Tuesday, July 31, 2012

Menanti Agustus

Cepatlah datang..... Saya rindu kamu dan misteri-misteri di dalamnya.
Berharap ada banyak pengalaman hidup yang mendewasakan saya, untuk bercermin.

Menutup Juli

Saya mencintai Juli dengan segala warna-warni di dalamnya. Ada hal-hal yang membekas serupa tinta di secarik kain, tak bisa hilang.

Saya mengingat banyak hal. Lalu tertawa-menangis bersamaan. :P

Terima kasih atas kebahagiaan ini. Kepada Allah pemilik Juli. Juga teman-teman yang andai mereka tahu, kalian adalah pelengkap kepingan puzle yang hilang dalam hidup saya. *mengangguk serius hehe

#

Dengan kesyukuran yang sangat, saya menutup Juli atas nama Allah Yang Maha Esa.

Transitive Verb

Transitive Verb: Aku memerlukan complement.

Rahasia

Oh, jika sampai rahasia ini bocor. Saya akan malu sangat. 
Bahwa saya tidak bisa membaca. Tidak bisa menulis.
Saya mohon, jaga rahasia ini untuk saya.

Natural

Saya tidak akan menarik langkahmu untuk mendekat
Saya tidak akan memaksamu untuk menyukai warna hijau
Saya tidak akan menyuruhmu untuk duduk di sisi ini
Saya tidak akan memintamu untuk memilih saya

Saya tahu kamu akan menemukan jalan sendiri. Hati kamu yang akan menuntunnya. Secara natural.
Saya tahu kamu memiliki pertimbangan sendiri. Hati kamu yang akan memilahnya. Secara natural.

Secara natural. Saya menunggu itu.

About

Juli. 

Saya mulai mencari awal . . .

Benarkah di Juli?

Sunday, July 29, 2012

Ada 2 Hal. . .

Yang sangat saya senangi di dunia ini adalah:

Ketika kehadiran saya merupakan kebahagiaan bagi orang lain. Baik laku, kata, tulisan, senyum, pancaran mata, bahkan diam saya menjadi kebahagiaan yang baik dan benar.



Yang sangat saya takuti di dunia ini adalah:

Ketika kehadiran saya merupakan kesusahan bagi orang lain. Baik laku, kata, tulisan, senyum, pancaran mata, bahkan diam saya menjadi bencana yang buruk dan salah.


***

"Ya Allah, jika saat ini saya berada dalam kondisi dimana apa yang saya senangi terjadi, tetapkanlah hamba. Namun, jika saat ini saya berada dalam kondisi apa yang saya takuti terjadi, tolonglah hamba. KepadaMu saya berserah dan hanya kepadaMu saya meminta pertolongan. Amiin."

Entah

 
ENTAH
 
(Iwan Fals) 

 
Entah mengapa aku tak berdaya

Waktu kau bisikkan,

"Jangan aku kau tinggalkan"

Tak tahu di mana ada getar terasa

Waktu kau katakan

"Kubutuh dekat denganmu"



Seperti biasa aku diam tak bicara

Hanya mampu pandangi

Bibir tipismu yang menari



Seperti biasa aku tak sanggup berjanji

Hanya mampu katakan:

"Aku cinta kau saat ini"

Entah esok hari

Entah lusa nanti

Entah



Sungguh mati betina

Aku tak mampu beri sayang yang cantik

Seperi kisah cinta di dalam komik



Sungguh mati betina

Buang saja angan angan itu

Lalu cepat peluk aku

Lanjutkan saja langkah kita

Rasalah....

Rasalah....

Apa yang terasa.



Saturday, July 28, 2012

Mama Adalah Ibu

Menjadi seorang ibu itu bagaimana rasanya, Ma? Kenapa tiba-tiba saya ingin sekali menjadi seorang ibu dengan segala aktivitas yang terekam jelas di memori otak saya? Seperti mama.

Mama adalah ibu. Ibu yang mencintai anak-anaknya sepanjang waktu. Akankah saya seperti itu? Bukan lagi cinta yang berpindah-pindah dan pasang-surut dimakan waktu, cinta yang (katanya) ada dalam diam, tawa, tangis, marah, bahagia, itu berarti menjadi seorang ibu harus memiliki banyak cinta yah Ma? Atau, jutru ketika menjadi seorang ibu Tuhan menganugerahi bonus banyak 'cinta' yang takkan pernah habis?

Mama adalah ibu. Ibu yang terjaga di tiap malam. Terkantuk-kantuk. Di pagi hari me-replay kembali rutinitas.
Mama adalah ibu. Ibu yang mencuri waktu tidur di tiap kesempatan. Menahannya jika tak kesampaian.

Mama adalah Ibu. Ibu yang bangun di malam hari, masuk ke kamar diam-diam, menepuk nyamuk-nyamuk nakal yang menghisap darah anaknya. Melihat banyaknya bekas noda darah di tembok kamar, saya seperti merasa durhaka. Pura-pura terlelap. Mata dan hati sepenuhnya terjaga.

Mama adalah ibu. Ibu yang marah pada tempatnya. Berkasih sayang dimana saja. 
Mama adalah ibu. Ibu yang mengingatkan shalat. Memanggil makan berjamaah. Mematikan televisi untuk mencuri perhatian anaknya.

Mama adalah ibu. Ibu yang instingnya kuat. Tajam. Dan digerakkan oleh Tuhan.
Mama adalah ibu. Ibu yang mengawasi. Memperhatikan. Memecah masalah. Meridhai segala.

Mama adalah ibu. Ibu yang mengumbar tawa, hingga anaknya tertawa. Menyimpan air mata, hingga anaknya tak peka.
Mama adalah ibu. Ibu yang mempersiapkan masa depan anaknya, meski itu baru sekedar catatan biasa.

Mama adalah ibu. Ibu yang selalu mengerti walau anaknya tak jua mengerti.
Mama adalah ibu. Ibu yang selalu menerima kembali anaknya yang pergi.

Mama adalah ibu. Ibu yang makan. Ibu yang mandi. Ibu yang berdandan. Ibu yang santai. Ibu yang tidur. Ibu yang menonton. Ibu yang membaca. Ibu yang sujud dalam keheningan. Ibu yang penuh keterlambatan. Sebab mama adalah ibu yang melakukan segalanya setelah yakin semua itu telah dilakukan anak-anaknya. Sebab mama adalah ibu yang menurunkan dirinya pada tingkat dua 'kepentingan' dan menaruh buah hatinya pada tingkat teratas. Sebab mama adalah ibu yang mengandung sembilan bulan, menyusui selama dua puluh empat bulan, kemudian di tangannyalah dia genggam tangan sang buah hati hingga pada masa harus terlepas. Namun, mama adalah ibu yang terus menggenggam tangan anaknya di dalam doanya. Di setiap hembusan nafasnya.Di setiap mimpi-mimpinya

Mama adalah ibu. Sebab saya ingin menjadi ibu yang seperti mama. Sebab saya ingin menjadi mama dan melakoni peran ibu. Sebab mama adalah ibu. Dan ibu dialah mama. 


Aku ingin menjadi seorang ibu yang seperti mama.



#

IBU
(Iwan Fals)

Ribuan kilo jalan yang kau tempuh

Lewati rintang untuk aku anakmu


Ibuku sayang masih terus berjalan


Walau tapak kaki, penuh darah... penuh nanah




Seperti udara... kasih yang engkau berikan


Tak mampu ku membalas...ibu...ibu




Ingin kudekat dan menangis di pangkuanmu


Sampai aku tertidur, bagai masa kecil dulu


Lalu doa-doa baluri sekujur tubuhku


Dengan apa membalas...ibu...ibu....




Seperti udara... kasih yang engkau berikan


Tak mampu ku membalas...ibu...ibu


Hadiah Dari Mas Bray

Terima kasih teman. Ketika saya lihat Monas, maka saya akan mengingat bahwa ada seseorang yang meminta-minta eh dapatnya Monas. Dan dia persembahkan untuk saya. Hehe (28/7/2012)



Tersesat

Ahad, 29 Juli 2012. 09.24.06 WITA

Kak ArineYuki AFz :

Kawan2, mari kita TDK M'P'DULIKAN "hasil" yang t'jadi di hari H tp mari B'JUANG u/ "hasil indah" yang kita impikan di hari H. KEEP FIGHTING!!

Ahad, 29 Juli 2012. 09.24.49 WITA

Saya:

Saya lebih mencintai prosesnya. Mencintai perjuangannya. Mencintai segala perjalanan yang dilewati, malah berharap kita tidak sampai-sampai. Kita tersesat saja yuk...hehe

Thursday, July 26, 2012

Hari Ini Gado-Gado Lontong

 Demi matahari yang saya lihat terbit dan terbenamnya, saya persembahkan: Hari ini gado-gado lontong.

1.
Amma'e.... capek suangat hari ini. Memulai pagi dengan mengabaikan maag yang menggerogoti perut dan punggung saya, untuk selanjutnya keberanian berpacu menyaingi deru pete-pete 3x nyambung: Daya-Pettarani-DPRD Makassar.

Harus berapa kali saya mengumbar diri betapa saya masih berdiri di angka nol dalam hal organisasi. Dan hari ini, oalah...saya mencoba membawa proposal bersama Kak Nur dan 'orang gila' yang ampun sangat terlatih melobi-lobi. Walau tokoh-tokoh baik yang kami tuju sedang tidak ada di tempatnya, tetap saja, saya menyukai perjalanan ini. Perjalanan yang mampu membuat saya lupa sedang sakit, menambah wawasan, pengalaman dan tentunya kepuasan bahwa saya sedang belajar. B-e-l-a-j-a-r.

2.
Kali kedua numpang tidur di Masjid Al-Markaz Maros. Waduh, buang gengsi. Tidur nyenyak, lebih dalam, masuki alam bawah sadar saya, lebih dalam lagi, lagi, dan..... Yah, jam 2 waktunya rapat. hehehe

3.
Rapat ke-? Saya gak tau, nggak pernah ngitung.... Ehm, dalam rapat banyak pembahasan mengenai kendala untuk keiatan pertama FLP CAMAR. Akhirnya diundur lagi :( Duh, sempat pesimis. Sedikit sih. Tambah sedikit. Sedikit lagi. Sedikitttttt lagi. Hahaha akhirnya jadi optimis. Kok bisa? Begitulah kalau berteman dengan teman-teman yang penuh optimisme di mata, hidung, mulut, tangan, kaki, pokoknya di diri mereka :D (lebayy kebangetan) Tapi jujur, saya senang menjadi bagian dari mereka. :))

4.
Bombe Dhila. Kamu (nunjuk hidung Dhila), saya (nunjuk saya) = END wkwkwk

5.
Kejujuran aneh dari Saya, Amel dan Dhila. Oalah, saya mundur bicara C***A.

6.
Mirna datang. Mirna datang. :)) Saya akan bantu kamu dek, semampu saya, yang terbaik yang bisa saya lakukan. Entah mengapa. kita baru saja dua kali bertemu dengan hari ini tapi....saya sangat ingin membantu kamu. Mari berdoa, dek... semoga harapanmu dikabulkan oleh Allah SWT. :)

7.
Mendengar kisah hidup Mirna. Seperti mendengar pantai yang tiba-tiba bergemuruh ombaknya. Sedih. Padahal di PTB (Pantai Tak Berombak) :(

8.
Buka puasa. Buka mata. Buka telinga. 

9.
Pulang.

10.
Yah....tidak usah ditanya. Apalagi kalau bukan buka pintu rumah keduaku: BLOG INI! Nulis, nulis,,,,


Oahmmmm, ngantuk berattttttt. Saatnya tidur. Tulisan sudah siap disajikan. Selamat malam teman-teman:)
 

Monday, July 23, 2012

Insya Allah

Sejak beberapa hari yang lalu saya sudah memikirkannya masak-masak, bulat-bulat, asal jangan sampai gosong-gosong...hehehe Dalam perenungan yang panjang, saya mulai mengevaluasi semua kerja anggota tubuh saya. Tak dinyana, otak-lah yang paling buanyak kerjanya. Berpikir, berpikir, dan berpikir. Ckckck, bukannya emang itu yang dia bisa yah? :D

Jadi ingat pesan mama, "Jangan terlalu banyak pikiran." Loh, bagaimana caranya ma? Saya tidak benar-benar tahu cara untuk membuat otak sedikit berpikir. Sedikiiiiiit saja, bagaimana? Semua punya otak kan? Ada yang bisa mengendalikan otak dalam berpikir? Beritahu saya, plissssss. Agar nanti saya tidak bohong lagi sama mama. hehehe

Sebenarnya bukan itu yang mau saya tulis kali ini. Bukan tentang otak. Bukan tentang pesan mama. Atau kebohongan saya. 

Tentang ini, keputusan saya untuk mewajarkan sikap. Mewajarkan hati. Mewajarkan segalanya yang entah sejak kapan terasa mulai tak wajar. Entah karena apa segalanya menjadi lebay, alay, kamseupay, pay pay pay .... :P

Jika saya sudah terlalu jauh maju, maka saya akan mundur pelan-pelan. Bila hakikatnya saya sudah terlalu jauh mundur, maka saya akan maju pelan-pelan. Dimulai dengan kewajaran sewajar-wajarnya. Dimulai dengan penataan. Dimulai dengan harapan. Dimulai dengan Insya Allah.

Insya Allah, saya akan memulainya hari ini...... :)

Sunday, July 22, 2012

Sepasang Doa

Hampir-hampir pecah,
langit mendengar suara kamu memanggil-manggil namaNya dalam doa.
Getar takutmu menyatu pada bumi tempat kening menyetubuhi tanah,
resonansi yang indah. 
Menghamba padaNya.

Hujan turun menderas. Sangat. 
Dan menengadahlah kamu. Langit tetap biru dengan arakan awan yang tenang.
Kawanan burung bersiul. Dalam merdu mereka meminang.

Hujan belum berhenti. Masih.
Dan selepas taubat haru kamu melanjutkan perjalanan. 
Meninggalkan jejak sujudmu yang dilalui keluarga semut merah pulang.

Meninggalkan aku.
 Juga hujan deras yang tak kamu rasakan basahnya, dinginnya,
sebab petir itu di sini. Di hati. 
Aku mencuri doamu. Membahasakan atas nama, sebagai hamba padaNya.

Hampir-hampir pecah, langit menyambut doa kita.




?!@#$%^&*?!!!

Ya, ya, ya,

Ehm, bagaimana yah? 

Eh, iya juga sih...

Tapi,

Addeh, apa yah?

Argh, susah deh!

Oh, pokoknya begitu.

Uff!

Hiks, yah seperti itu.

Hah, ampun saya.

Ckckck, ribet.

Glek, masa sih?

Aduh, jadi malu.

Hahahaha, mengerti sajalah.



***

Oalah, akibat itu. :D

Friday, July 20, 2012

Surat Yang Tak Sampai

Teruntuk mama tersayang di ibu kota. . .


Assalamualaikum Wr.Wb.

Ma, bagaimana kabarmu di sana? Semoga bertanya kabar bukan basa-basi yang terulang tiap kali anakmu mengirim surat. Karena jawabmu setelah itu, menentukan ritme hati ini selanjutnya. Kalau saya, Alhamdulillah baik. Walau baru saja kehilangan hape dan menemukannya kembali. Saya cukup baik. Meski terkena 'sarampa': menurut comment teman di FB bahwa sarampa itu sejenis cacar, ada juga yang bilang campak, yang lebih faktual sarampa itu bentol-bentol dan ballang. Ada-ada ajha deh. :)

Kali kedua saya alfa sahur dan buka puasa bersama dengan orang-orang di rumah. Tak apalah, saya sudah sangat kuat hanya untuk sekedar menanam rindu di hati. Saya sudah lupa, apakah ritual puasa di Jakarta berbeda banyak dengan di sini? Ah, entahlah. Ma, banyak yang ingin saya sampaikan. Terutama permohonan maaf dari banyaknya kesalahan yang saya perbuat selama ini. Walau testimoni dirimu jauh hari sudah terlontar, bahwa engkau sudah memaafkan kesalahan anak-anak sebelum kami meminta maaf, tapi tetap saja: kami harus mengatakannya!

Maafkan iis, ma..
Bukan tidak mau pulang tapi belum saatnya. Maaf untuk kenakalan masa kecil, remaja, juga sekarang yang sudah kepala dua...tapi tetap kekanak-kanakan. Yang kadang membantah, malas disuruh ke pasar (karena terasa mau pingsan klo masuk pasar), tidak bisa bedakan jahe dengan lengkuas, juga hanya bisa masak air dan nasi (itupun dipertanyakan).

Maafkan Iis, ma..
Belum bisa menjadi apa yang mama harapkan. kadang masih cemburu sama adik-adik. kadang tak akur dengan kakak-kakak. Selalu mengabarkan diri sakit, akhirnya bikin khawatir. Jarang menelpon. Jarang cerita. 

Maafkan Iis, ma..
Menjadi anakmu yang banyak salah. 

Terakhir, maafkan Iis ma...
Untuk kesekian kali surat-surat ini tak tersampaikan padamu. Surat-surat yang berakhir di laci atau blog seperti ini. Surat-surat yang ditulis dengan kerinduan paling dalam namun ditutup oleh sedikit keberanian untuk mengirimkannya padamu, mama.

Sungguh maaf.


:anakda yang penuh salah.






#Mungkin nanti malam, saya perlu berdoa pada Tuhan untuk mengirimkan sedikit keberanian untuk saya. Setidaknya melisankan kata-kata di atas. Amiin. :)

Pintu Kita

Pintu-pintu ghaib pun menutup dan membuka:

adalah Neraka dan Syurga.

kemana engkau akan menuntunku?


****






#Saat Ramadhan seperti ini sangat melelahkan melanjutkan teka-teki yang penuh praduga. Tapi kita cukup dewasa untuk menjawab semuanya. Setuju tak?:)

Tuesday, July 17, 2012

17-07-12-22-37

"Hei!"

"Hei!"

 "Hei!"

 "Hei!"

 "Hei!"

 "Hei!"

 "Hei!"

 "Hei!"

Sunday, July 15, 2012

Sajak Terakhir di Bulan Juli



Berapa kali engkau membaca wajahku? Entah. Membacamu mengembalikanku pada bangku-bangku kayu di sekolah dasar. Terbata-bata. Jika sampai pada kalimat sempurna, seperti itulah kesimpulan bahagiaku.

Berapa kali engkau menafsirkan air mataku? Entah. Menerjemahkan air matamu menarikku dalam sebuah penjara, ketika Yusuf alaihissalam menjawab mimpi dengan arif. Akulah narapidana yang ditinggal pergi, menaksir hari menjumpa kebebasan. Air matamu serupa tiga dinding, lalu jeruji membatasi.

Berapa kali engkau mencintaiku? Mencintaimu separuh di bulan Juni, menggenapkannya di akhir Juli.

lalu,

Mencintaimu, adalah ladang waktu yang tandus tiba-tiba. Mencintaimu, adalah lautan kata yang surut tiba-tiba. Mencintaimu, adalah musim kesunyian yang gugur tiba-tiba. Mencintaimu, adalah samudera ketidakpastian yang selalu tiba-tiba mengganas, tiba-tiba tenang, tiba-tiba aku mulai berpikir.

: apakah mencintaimu adalah kebenaran?

Sumber gambar: disini

Sajak 08.20

Aku menemukanmu di hutan, belantara merobek bajumu. Ikan-ikan menikamku dan kamu memilih telanjang.
Kamu membawaku ke laut, ombak menistaiku. Daun-daun melarung jasadku dan kamu memilih berbaju darah.

Kamu memindai poros langit. Orang-orang menggembel menepi dan jasadku tiba di muara.
Kamu bersujudkan coklat tanah bumi. Awan-awan memerah dan kulit-kulitku membiru.

Kamu menemukan aku di kerikil-kerikil saat menghitung waktu. Di kerikil ke-08, aku-aku meracau kehidupan.
Kamu merindukan aku di not-not saat lagu terputar di bumi kamu bersujud. Di not ke-20, kamu-kamu melucu kematian.

Salam.


Sajak 20.08

Dalam hutan, ikanikan menikam
Dalam sungai, daundaun melarung

Di langit, orangorang menggembel
Di bumi, awanawan memerah

Pada waktu, akuaku meracau
Pada lagu, kamukamu melucu

Salamsalam, salamsalam, salamsalam

Saturday, July 14, 2012

Mati

Sudah lama saya tak bertemu dengannya. Mungkin saya tidak akan pernah melihatnya lagi. Kabar terakhir, dia pergi bersama kamu dan ditemukan mati. Lebih mengenaskan dari yang saya harapkan. Buku yasin pemberiannya benar-benar berfungsi kali ini.

Thursday, July 12, 2012

Surat Izin Mencinta

Hei! Apa pula engkau minta izin padaku, padanya, pada mereka bahwa dirimu ingin mencinta?! Tak usahlah bicara, tak usahlah berkata, apalagi minta izin segala. Mencinta yah mencinta saja. Toh, dalam diam kita bebas mencinta. Tak percaya, lihat saja cara mencinta langit pada bumi. Awan pada asap. Air sungai pada batu karang. Hutan pada pepohonan. Pemburu pada buruan. Lebah pada putik. Aspal pada ban-ban. Samudera pada kapal-kapal. Lalu cinta mereka melahirkan kedamaian.

Ah. . .

Silahkan cari sendiri pasangan cinta yang lain, banyak sekali yang mencinta tanpa meminta izin. Bahkan presiden sekalipun dicinta gembel dalam doa subuhnya. Mencinta itu mudah. Apalagi dalam diam. Sayangnya, engkau selalu meminta izin padaku, padanya, pada mereka karena cintamu terlalu berisik. Cintamu adalah meminta. Aku jadi milikmu, itulah cintamu. Dia jadi kepunyaanmu, itulah cintamu. Mereka harus ada di sisimu, itulah cintamu. Cinta yang berisik.

Ah. . .

Hei! Apa pula engkau meminta Surat Izin Mencinta?!

Luka Menganga, Terisi Lagu Laut.

LAGU LAUT

(D. Zawawi Imron)




Sampaikan salamku, wahai kecipak laut!
Pada bumi Bugisku yang hangat
Perahuku teramat jauh kini berlayar
Kutembangkan siul di tengah jerit lautan

Dan langit
tempat melukis hati gadisku
di mana saja sama birunya
Karena kesetiaan perlu diuji
oleh jarak, topan dan cakrawala

Semua gelombang biarkan terus menggebu
Paling-paling jadi gambar tenun sarungku
dan sekian karang
bisa dihindar dengan kemudi

Ibu, alangkah jauhnya Sinjai
Meski tanpa tali temali
Engkau tetap tambatan
Dan kalau malang perahuku karam
Kuyakin hatimu, ibu
adalah kuburku yang sebenarnya


***

Sepuluh Juli, saya berani bertaruh,  belum ada malam yang mampu membuat saya merinding begitu syahdu. :)

Sunday, July 8, 2012

Raja dan Ratu

Mengapa kamu sibuk mencari persamaan kita, Rajaku?

Dengan perbedaan yang ada aku masih menjadi Ratumu.


#


Mengapa aku sibuk memikirkan perbedaan kita, Ratuku?

Dengan persamaan yang ada aku masih menjadi Rajamu.

Saturday, July 7, 2012

Friday, July 6, 2012

Perkuliahan Narsisus

SAYA. SAYA. SAYA. SAYA. SAYA.

Wahai ibu, gantunglah sementara kata 'saya' di rumah ibu yang besar dan nyaman itu. Kami telah menanggalkan 'saya' di kamar-kamar kecil nan sempit kami. Kembalilah pada RPP, pada awal niat kedatangan ibu di kelas ini. Waktu berlalu, hanya gunung 'saya' menimbun otak kami. Setelah melewati pintu itu, jangan salahkan kami jika lahar 'saya' tumpah di masyarakat. 

Peradaban 'saya' bukan berita baik untuk generasi mendatang.

Kode


What do I thinking about?

Seorang wanita menyusuri bibir pantai, membiarkan jilatan air bermain di sekitar mata kakinya, bahkan sedikit lebih tinggi. Dari arah yang berlawanan, seorang pria menjejak pasir pantai dalam-dalam hingga terbenam, lalu berjalan dengan tenang.

Angin menderu. Menerbangkan rok. Memainkan anak rambut.

Burung-burung berkicau. Langit cerah pada pukul tujuh pagi. 

Butuh beberapa depa mereka bertemu. Bersitatap mengangguk ragu.

Wanita berbalik. Pria menunduk.

Mengapa mereka tak melaju?

Langit mendung pada pukul sembilan pagi.

Spasi tak terukur lagi.



Thursday, July 5, 2012

Hari itu...

Terima kasih tidak kau sebut namamu.

Aku bebas memanggilmu.

Sebab, ragam nama tercipta untukmu.

Terminal

Saya adalah terminal.
Tempatmu menunggu, sampai engkau pergi melanjutkan perjalananmu.

Pulang.

Tuesday, July 3, 2012

Spekulasi

Seperti bunga api di simpan dalam tempurung kepala. Meledak-ledak.
Tak pernah padam. Redam.