Thursday, November 28, 2013

Jika Lampu Sudah Dipadamkan


Tidak ada yang sempurna di bawah langit biru, Is.Di antara rimbun awan. Di sela padang ilalang. Pula di rintik air matamu yang lekas kering ditiup angin malam.

Jika lampu sudah dipadamkan. Tidur sajalah, Is. Usah risau tentang kegelapan, bukankah kau mencintai sabit, bulan yang tak sempurna itu? Ah, tak sempurna lagi.

Jika lampu sudah dipadamkan. Berhentilah menggaris kehidupan di langit-langit kamar, Is. Hujan di luar adalah jatuh ke atap genting dan meluncur ke tanah, tidak ke hatimu, sekering apapun. Dari tanah itu, hiduplah kehidupan yang tak sempurna.

Jika lampu sudah dipadamkan. Apakah serta kesempurnaan muncul di pelupuk matamu, Is?

*pray for my grandma, syafahallah.

Malam, 23.11.13/22.23

Waktu Yang Tepat Memejamkan Mata



Tembok kamarku berwarna merah muda, sebelumnya biru, namun itu sekitaran 12 tahun yang lalu. Akan kuceritakan satu hal yang lebih penting dari sederet poster Amigos juga Sheila on Seven, favorit masa kecilku.

Di kamarku, di waktu tidur, aku (selalu) masih terjaga. Menerawang memandang pendar lampu yang silau, namun membuatku gerah dan aku suka.

Di kamarku, setelah malam semakin larut, akan ada yang membuka pintu kamar. Matanya awas menyusuri tiap jengkal ruang. Setelah itu, akan ada banyak tepukan. Di tembok, lemari, meja baca, kaki adikku, pipiku, ramai sekali. Lalu aku pun tertidur, karena lampu telah dimatikan. Dan derit pintu tertutup telah kudengar.

Di kamarku, saat aku terbangun di pagi hari, aku tahu tembok kamarku yang merah muda tak semulus semula. Ada banyak bercak panjang bekas darah nyamuk, ada juga di pipiku, di beberapa bagian tubuh adikku, di lemari, dimana-mana dan bertambah tiap waktu. Terulang selalu.

Di kamarku, aku tak tahu saat yang tepat memejamkan mata. Tapi aku tahu waktu yang tepat untuk membuka mata, yaitu pada malam dimana seorang ibu yang diam-diam melindungi anak-anaknya dari gigitan nyamuk. Memecah sepi dengan tepukan. Lalu mencipta tenang dan nyenyak. Sampai waktu menambah usia anaknya kelak.

Di kamarku, aku bertanya-tanya, apakah ada ibu seperti mamaku?

*

Kalau aku ikut ujian
lalu ditanya tentang pahlawan.
Namamu ibu akan kusebut
paling dahulu.
Lantaran aku tahu,
engkau ibu dan aku anakmu.
(Ibu, D Zawawi Imran)


Bukan di kamarku, 21.11.13/22.32

Tulisan Tak Penting Lagi


1.
Tak ada yang mampu membaca hati terdalam
mengapa pula inginmu dirasakan. Tak kau nyatakan.
Kau pikir kau siapa, Is?

2.
Perasaanmu ekstrim. 
Makan es krim sajalah, Is!

3.
Sudah berniat berhenti?
Sudah siap mati, Is?

4.
Lebih penting setelah 'tapi'
daripada sebelum. Tapi, Is...

5.
Kau kacau, Is!
Semoga kamu juga.

*ini apa yah?* -_-

Puisi Musim Gugur #1

DAUN-DAUN MUSIM GUGUR 

:)

Setangkai daun mapple yang telungkup
Bersaing warna dengan kuning senja
Di antara baris-baris pohon yang mulai renta
Angin musim gugur menyapa dengan kecupan dingin
Seperti ini puisi dibacakan, dan mereka berpaling
Meski airmata di pelupuk tak sanggup berdusta
Sore cepat menabur warna
Orang-orang melangkah sedih
Dengan busana yang menyentuh tanah, dihitungnya
hari yang terbuang di kantor-kantor bank
Atau pada meja yang selalu penuh arsip
Mungkin, pekerjaan datang seperti kelahiran bayi
di negara dunia ketiga: tak putus-putus
Mungkin perasaan sudah waktunya digosok kembali
dengan beberapa perjalanan tanpa beban
Suratmu terakhir kali, bisa jadi telah kehilangan huruf
Terletak masai, mirip setangkai daun mapple
yang akhirnya terlempar oleh deru mobil
Semakin banyak saja hutangku padamu:
Rindu yang akhirnya berbunga waktu
Atau dendam
Untuk sekedar menampik keinginan bertemu
Sudahlah --tahun bagai tak sabar menanti metahari
tenggelam. Setelah itu: seolah dimulai lagi penciptaan bumi
Untuk menulis kembali nama-nama di atas daun
Untuk menangkap kembali peristiwa reranting jatuh
di musim gugur...

(Kurnia Effendi)

***

Seperti inikah akhirnya: Rindu yang akhirnya berbunga waktu
Atau dendam 




Wednesday, November 20, 2013

Di Surat Ke-14



Aku dan Tuan Alien

Di surat ke-14,
tokoh Aku menemukan 'kekasih'
yang sedikit mampu -mungkin- mengalihkan
pikirannya dari Tuan Alien yang
tak sedikitpun mengingatnya.

Aku bahagia melihat, sebenarnya membaca,
si Aku yang bahagia. Dan percaya bahwa 
tak ada kesedihan yang benar-benar abadi.

Di surat ke-14,
Si aku benar-benar bahagia
menemukan 'kekasih'
yang sama anehnya dengan dirinya.

Di surat ke-14,
si Aku rupanya tak tahu
bahwa di surat-surat berikutnya
dia akan terluka, lagi.
Dikhianati, lagi.
Sendiri, lagi.

Di surat ke-14,
aku ingin berhenti membaca di sini saja.
Aku tak ingin ikut terluka.
Lalu menangis sendirian 
di kamar yang lengang.


*setelah membaca Novel,
Surat Panjang Tentang Jarak Kita Yang Jutaan Tahun Cahaya
karya Dewi Kharisma Michellia


Dua Orang Asing Di Akhir November


Apakah aku bahagia? Apa aku baik-baik saja? Apa sarapanku enak? Apa hidupku berjalan lancar? Apa aku sedang merasa bersalah? Apa aku melewatkan sesuatu? Apa aku menyesal? Apa aku sudah baikan?

Apa semenyedihkannya hidupku hingga di beberapa hal aku bertanya pada diriku sendiri? Apa tak ada orang lain yang mau berbasa-basi untukku? Hahaha. Hei, bukankah aku malas berbasa-basi?! Tapi kenapa akhir-akhir ini aku menginginkannya, yah? Uff.

Hidup ini indah. Untuk perempuan rumit sepertiku, hidup menjadi lebih sinetron dari biasanya. Aku akan memikirkan banyak hal -imajinasi liar- dan meratap sendirian jika menyedihkan, lalu tertawa sendirian jika lucu dan membahagiakan. Dimana letak keindahannya? Mungkin di sana, di ke-sen-di-ri-an itu! 

Sepulang mengajar, di perjalanan pulang aku memilih jalan memutar. Jalan panjang yang memberikan banyak kesempatan untukku menemui banyak orang: pejalan kaki, teman, warga, anak-anak SD, penjual, dan orang asing lainnya. Sebelumnya, ada jalan singkat yang kulewati tiap waktu, jalan yang lengang tanpa siapa-siapa. Jalan itu adalah pilihan ketika aku malas bertemu siapa pun, malas membalas sapaan, malas bertanya-menjawab, aku menjadi manusia unsosial yang hanya memikirkan bagaimana aku bisa sampai di rumah dan pulang. Itu saja! 

Oia, di perjalanan panjang tadi, sambil menahan beratnya isi tasku juga batuk luar biasa yang membuatku kelihatan lebih tua, aku membuat satu harapan -yang mungkin terlambat- di akhir November. Jika sebelumnya, di bulan Oktober aku membuat 3 harapan dan hanya 1 yang terwujud -ah sepertinya aku sudah terbiasa tak mendapatkan apa yang aku inginkan- untuk kali ini, cukuplah satu saja. 

*

alangkah indahnya, jika pertemuan asing itu terjadi di sini. :)

Aku berharap, sebelum November benar-benar berakhir, aku bisa bertemu dengan 'orang asing' yah, asing! Orang yang tak aku kenal dan dia tidak mengenalku. Tak peduli dimana kami akan bertemu, di bangku taman, di pinggir danau, di mall, di masjid kampus, di mana pun aku tak peduli. Yang aku inginkan hanyalah dia harus orang asing, makhluk asing -jika ada- pun tak jadi soal.

Kami bertemu. Tanpa ada perkenalan, tanpa menyebut asal, agar kami tetap menjadi asing di sepanjang pertemuan. Lalu, kami bercerita banyak hal. Bukan mengobrol. Tidak ada interaksi dua arah, tidak, dan aku akan memulai lebih dulu tanpa aba-aba. Aku akan menceritakan SEMUA yang ada di kepalaku bahkan rahasia-rahasia yang sudah menahun, tentang rasa lelahku, kegelisahanku, kesedihanku, kebahagiaan, hal-hal kecil yang mengganggu hidupku pula hal-hal besar yang telah merusak hidupku. Orang-orang yang ingin aku temui, harapan-harapan selama hidup, menyebut satu per satu tanpa beban. Aku seperti tumpah, jika aku adalah air. Meluah-luah. Aku akan menangis, di bagian yang paling menyedihkan. Aku akan tertawa, di bagian yang paling lucu tentunya. Aku akan marah dan berteriak layaknya orang gila, jika rasa benci sudah melewati batasnya. Aku akan terdiam sejenak, mengambil nafas, dan menatap orang asing di sampingku yang setia mendengarkan seluruh keluh dan kesah. 

Kami tak membuat batas waktu, karena pertemuan ini akan berakhir jika memang waktunya berakhir. Pertemuan ini tahu, apakah semua sudah tuntas atau belum. Dari pihakku juga orang asing itu. 

Ah, orang asing itu bukan patung, tentu dia akan bereaksi mendengar ceritaku yang penuh emosional, tapi yang bisa dia lakukan hanyalah tersenyum-tertawa-geram-murung, yah sesuai dengan ritme ceritaku. Aku tak mengizinkan dia menepuk pundakku, mengusap air mataku, apalagi berbicara menanggapi persoalan hidupku. Yang orang asing itu boleh lakukan hanya MENDENGAR, hanya itu!

Jika sudah selesai semua yang ingin aku ungkapkan, maka orang asing itu akan memulai ceritanya juga tanpa aba-aba. Dia akan melakukan seperti apa yang telah kulakukan. Kami berganti posisi, kini aku yang menjadi pendengar. Yang menangis-tertawa-marah-benci-geram-sedih- dan menahan diriku untuk menepuk pundaknya, mengusap air matanya, atau yang paling berat adalah menahan mulutku untuk memanggilnya. Orang asing itu menceritakan banyak hal, sepertiku, dia bagai gunung Merapi yang memuntahkan lava. Lalu berhenti setelah merasa dirinya telah kosong, selesai.

Orang asing itu akan menatapku dan aku menatapnya. Kami adalah dua orang asing yang bertemu di akhir November. Kami adalah dua orang asing yang baru saja melepas beban. Dua orang asing yang siap menyambut Desember dengan segala keringanan hati. Aku bersyukur bertemu dengannya, mendengar cerita hidupnya yang ternyata -mungkin- lebih mengenaskan dari ceritaku. Aku pun belajar banyak darinya .Begitu pun dia.

Teng!

Pertemuan harus berakhir. Tak ada yang menghitung seberapa banyak waktu yang kami habiskan di pertemuan itu. Lalu, sedalam apa pun perasaan yang terjadi di antara kami nantinya, (bukankah sesebentar apapun pertemuan selalu melahirkan keterikatan emosi?) aku dan orang asing itu akan berpisah. Kami akan bertolak sesuai kedatangan kami, mungkin aku ke barat, dia ke timur. Aku akan pulang ke rumah dengan hati yang terasa ringan, namun pikiranku penuh cerita hidupnya. Dan orang asing itu juga sama. Kami benar-benar menjadi asing sejak bertemu hingga berpisah. Hingga tak ada ketakutanku, atau dia, cerita-cerita yang kami utarakan terbongkar. Dan tak ada dari kami yang mencoba menoleh, merusak pertemuan asing ini dengan menanyakan nama. Apalagi mencoba menghadirkan 'perasaan asing' yang membuat salah satu dari kami berontak dan memilih jalan yang searah. Itu semua tak (boleh) terjadi. Kami berpisah seperti halnya kami bertemu: asing!

Karena harapanku, hanyalah bertemu orang asing di akhir November. Bukan untuk bersatu. Hanya itu!

*

Mungkinkah harapan ini bisa terwujud? Hahaha, sudah kukatakan, banyak kali aku mendapati harapanku tak dapat kuraih. Aku terbiasa untuk itu, bukan berarti aku pasrah saja dan tak mau memperjuangkannya. Tapi, untuk harapan yang satu ini, aku tak tahu. Aku hanya berharap saja, dan melewati hari-hari di akhir November seperti seharusnya. Harapan ini aneh yah? Tentu saja. Aku juga aneh kok. :)


Siang, 20.11.13/13.08 Wita

NB: Terima kasih adik, An. Untuk celotehmu yang menginspirasi. Tetaplah tersenyum.... ^_^


sumber gambar

Monday, November 18, 2013

Terima Kasih, Waktu!


Akhirnya terjawab. 
Senang. 
Walau luka. 
Tapi, bahagia.


*apa kubilang ini*

Siang. 19/11/13

Hari Dimana Aku Ingin Melupakannya Dan Memilih Menuliskannya


huh!

Di suatu malam, bilakah harus mengukur bahagiaku
tak lepas biar sedetik senyum manis di bibir.
Tapi, malam itu panjang, sekali lagi
malam itu panjang dan menyimpan misteri.

Di suatu malam, aku harus berjuang untuk tetap menjadi sadar
walau malam sudah getir dan satir.
Tapi, malam itu panjang, sekali lagi
malam itu panjang dan siap menjatuhkan.

Aku berkata, ini sudah tarikan nafas yang keberapa?
Aku berkata, ini sudah 'tidak apa-apa' yang keberapa?
Aku berkata, ini sudah 'akan baik-baik saja' yang keberapa?
Aku berkata, ini sudah 'tidurlah' yang keberapa?

Di suatu malam yang panjang
saat kecemburuan menjadikan aku bukan aku.

Mari lupakan!
 

Malam, 14/11/13


Di Sepanjang Jalan Saat Ayah Menggenggam Tanganku


Miss you dad...

Ayah menggandeng tanganku, kami menyusuri jalan di tengah taman. Aku suka kemeja hijau ayah. Aku suka rumput hijau di kiri-kananku. Aku menjadi suka birunya langit. Aku juga suka putihnya awan. Aku mulai suka merah muda bunga kertas. Aku kian suka hitam sepatuku, abu-abu jaketku, pula syal ungu lamaku. Dan itu, aku suka merah pita di kepala bayi mungil. Pun, kereta dorong kuning dengan selimut orange-nya.

"Ayah, apa menurutmu ada yang salah hari ini?" aku memulai tanya. "Tentu ada. Seharusnya kita ke pantai hari ini, tapi aku mengajakmu ke sini." jawab ayah sambil terus berjalan.

"Ayah, aku suka kesalahan hari ini." kataku malu-malu. "Esok kita ke pantai, nak. Kamu akan lebih menyukai kebenaran." genggaman ayah semakin erat. Ah, aku sangat suka coklat kulitmu, Yah!


Malam, 16.11.13/23.11 

Wednesday, November 13, 2013

Keep Holding On


:P


You're not alone, together we stand
I'll be by your side, you know I'll take your hand
When it gets cold and it feels like the end
There's no place to go, you know I won't give in

(Ahh, ahh)
No I won't give in
(Ahh, ahh)


[Chorus]
Keep holding on
Cause you know we'll make it through
We'll make it through
Just stay strong
Cause you know I'm here for you
I'm here for you

There's nothing you can say (Nothing you can say)
Nothing you can do (Nothing you can do)
There's no other way when it comes to the truth
So keep holding on
Cause you know we'll make it through
We'll make it through

So far away, I wish you were here
Before it's too late, this could all disappear
Before the doors close and it comes to an end
With you by my side I will fight and defend

(Ahh, ahh)
I'll fight and defend
(Ahh, ahh)
Yeeah, yeah

[Chorus]
Keep holding on
Cause you know we'll make it through
We'll make it through
Just stay strong
Cause you know I'm here for you
I'm here for you

There's nothing you can say (Nothing you can say)
Nothing you can do (Nothing you can do)
There's no other way when it comes to the truth
So keep holding on
Cause you know we'll make it through
We'll make it through

Hear me when I say, when I say I believe
Nothing's gonna change, nothing's gonna change destiny
Whatever's meant to be will work out perfectly

Yeah, yeah, yeah, yeah-h-h-h

La da da da (yeah)
La da da da
La da da da da da da da da da


(KEEP HOLDING ON- AVRIL LAVIGNE)

***
So sweet, I swear... :)


The Reason

is you


I'm not a perfect person
There's many things I wish I didn't do
But I continue learning
I never meant to do those things to you
And so I have to say before I go
That I just want you to know

I've found a reason for me
To change who I used to be
A reason to start over new
And the reason is you

I'm sorry that I hurt you
It's something I must live with everyday
And all the pain I put you through
I wish that I could take it all away
And be the one who catches all your tears
That's why I need you to hear

I've found a reason for me
To change who I used to be
A reason to start over new
And the reason is you

And the reason is you
And the reason is you
And the reason is you

I'm not a perfect person
I never meant to do those things to you
And so I have to say before I go
That I just want you to know

I've found a reason for me
To change who I used to be
A reason to start over new
And the reason is you


(HOOSBASTANK-THE REASON)


***

So sad, I swear... :(


I l o v e U


judulnya ini pale...


La La
La la la la
la la
la la la...

I like your smile
I like your vibe
I like your style
But that's not why I love you

And I, I like the way
You're such a star
But that's not why I love you

Hey, do you feel, do you feel me?
Do you feel what I feel too?
Do you need, do you need me?
Do you need me?

You're so beautiful
But that's not why I love you
I'm not sure you know
That the reason I love you
Is you being you, just you
Yeah, the reason I love you
Is all that we've been through
And that's why I love you

I like the way you misbehave
When we get wasted
But that's not why I love you
And how you keep your cool
When I am complicated
But that's not why I love you

Hey, do you feel, do you feel me?
Do you feel what I feel too?
Do you need, do you need me?
Do you need me?

You're so beautiful
But that's not why I love you
And I'm not sure you know
That the reason I love you
Is you being you, just you
Yeah, the reason I love you
Is all that we've been through
And that's why I love you

Even though we didn't make it through
I am always here for you, you


(I LOVE YOU-AVRIL LAVIGNE)


***

easy listening, I swear... :)


Monday, November 11, 2013

Bye-Bye Teen: Welcome Twenty,Putri!


Adik Puput n Me

Kepada adik Puput,

Pernah kuberitahu Fika di akhir Teen-nya, bahwa dulu, saya juga pernah takut sekali membayangkan 'berkepala dua'. Meninggalkan teen dan beranjak menuju tua, menua. Huh. Saya dan Nisa berteriak-teriak di pospel, "Haaaah, nda moka kepala dua! Nda mokaaaa!"

Apa yang sebenarnya saya takutkan dulu? Karena bagi saya usia dua puluhan itu menyeramkan, seperti satu tambah satu, saya merasa masalah akan berlipat. Bertambah dan terus bertambah. Banyak hal akan berubah. Saya tak bisa lagi bertingkah yang aneh-aneh, segalanya harus terlihat teratur, salah sedikit akan ada yang menegur, "Ingat umur!"

Ehmmm, pikiran-pikiran yang sesat itu, Put! Sejujurnya, saat itu saya hanya tak ingin beranjak dari kenyamanan menjadi seorang remaja. Selalu ingin enak-enakan. Semau gue. Dan bertingkah konyol di tempat dan situasi yang tak peduli entah dimana. Saya merasa belum siap menerima tanggung jawab besar yang dibawa oleh waktu. Itulah mengapa saya dulu teriak-teriak tak jelas. Memalukan! -_-

Memang benar Put, siapa bisa mengalahkan laju waktu? Ini bukan soal tua atau tidak tua. Bertambahnya usia itu kepastian. Teriakan ketakutan sepanjang apapun takkan mengubah apa yang sudah ditakdirkan. Yang harus kita lakukan adalah menghadapinya, sebagaimana usia-usia sebelumnya. Namun, itu belum cukup. Perjalanan usia sesungguhnya adalah proses kita untuk membentuk diri, tahun ini akan menentukan tahun-tahun selanjutnya, selalu seperti itu Put. Oleh itu, perjalanan ini, adalah perjalanan yang takkan usai dengan padamnya api di lilin atau pecahan telur di kepala. Apalagi sekedar selamat yang bertebaran  di wall FB. Perjalanan ini harus dimulai dari 'azzam'mu, tekadmu, harapanmu, cita-citamu, doa-doamu, ingin menjadi apa kelak perjalanan hidupmu. Itu semua yang harus kamu hadirkan. 

Nyalakan semangat hidupmu, Put. Terangilah jalanmu sendiri dan temukan tujuanmu. Kamu boleh lelah, tapi tidak untuk menyerah. Sepanjang apapun perjalanan hidup, pasti ada akhirnya. Kamulah yang boleh menentukan akhirnya, karena ini hidupmu!

*

Put, jadilah Putri yang baru, bukan berarti berubah kayak Power Ranger hehehe. Ah, kamu pasti tahu kan maksud saya? Kamu sudah menyadari kan bagaimana Putri sebelumnya, seperti yang tertulis di catatanmu Sisa-Sisa Teen, ah, saya suka sekali. Kamu harus ingat itu Put, jadikan tulisan itu sebagai alarm. Apalah artinya cobaan-cobaan hidup yang kita hadapi selama ini, jika berlalu saja tanpa menjadi pelajaran. Ah, kita adalah manusia pembelajar, yang tak boleh merugi, menjadi itu-itu saja tanpa perubahan yang lebih baik.

Put, saya senang bisa kenal adik Puput yang ceria, ramai, dan selalu heboh dalam bercerita. Menjadi tempat penghilang kesedihan dan kebosanan. Hehehe. Sebelum waktu menarik kita saling menjauh, semoga dikebersamaan saat ini kita bisa mengukir kenangan yang indah dan sangatttttt indah. Bersama Miftah, Fika, Adibah, dan teman-temanmu yang lainnya. Bukankah kita sudah melewati suka-duka yang sama di Markaz KOB? :D 

Selamat berkepala dua adik Puputtttttt.... ^_^

*

SEBELAS-SEBELAS

Pada hari ini,
harapan-harapaNmu butuh Ridho-Nya
dan Aaminku selalu ada di sana.


Maros, 11 November 2013/19.23



Sunday, November 10, 2013

Jangan Memusuhi Wanita-wanita Ini!



wanita-wanita ini adalah wanita ini

Ada. 

Jika bukan di sisimu saat ini, di sekitarmu, atau mungkin saja di kehidupan nanti. Kamu akan menemui wanita-wanita yang hidup dalam kata-kata. Kebanyakan dari wanita-wanita ini sedikit bicara, ah sekalipun tidak, beberapa memang terlihat cerewet, tapi takkan kamu dapati dirinya dalam -keributan aneh itu- ocehannnya.

Wanita-wanita ini, separuh hatimu akan mengasihani mereka. Bagaimana tidak? Ketika wanita lain dapat mengungkapkan seluruh perasaannya dengan blak-blakan. Wanita-wanita ini, mereka justru lari dalam dunianya, menulis-menulis-menulis dan selalu begitu. Mereka takkan menelponmu dan berkata, "Aku jatuh cinta!" Sekali-kali tidak, bahkan ketika perasaan cintanya menguat sampai memenuhi pikiran, wanita-wanita ini lebih memilih menumpahkannya dalam kata, menyamarkanmu dengan inisial: menjelma alfabet, benda-benda yang disukainya, tentu yang menggambarkan tentangmu. Pula, saat mereka marah, bahagia, terluka, sedih, cemburu, dan segenap perasaan yang paling jujur menjelma anak-anak kata -semisal puisi, cerpen, prosa, dll-

Wanita-wanita ini, sungguh membingungkan kamu bukan? Bukankah mereka punya mulut, tapi mengapa mereka tidak bicara saja? Mengapa kamu harus bersusah membacanya di semua tulisannya, ah, ternyata dia begini-begitu sedang merasa ini-itu, kamu akan lelah karena pikiranmu bekerja lebih banyak. Tahukah kamu? Wanita-wanita ini juga lelah, mungkin lebih, mereka juga ingin mengungkapkan perasaannya dengan bebas. Sebebas saat presentase di perkuliahan, sebebas menyanggah dalam forum perdebatan, sebebas menyapa selamat pagi. Tapi, kenyataannya, wanita-wanita ini berbeda. Sekuat apapun mereka ingin frontal bicara, sepertinya takdir menarik ke jalan yang lebih sunyi, menenggelamkan mereka dalam luapan kata.

Beberapa dari wanita ini, sesungguhnya sudah banyak berbicara padamu. Yah, memang selama ini mereka diam di hadapanmu, selalu memainkan emoticon senyum dan tawa saja di ruang pesanmu. Namun, tengoklah tulisan-tulisannya, mereka berbicara padamu cerewet sekali. Jika kata-katanya disuarakan, kamu butuh penyumbat telinga sepertinya. Sayangnya, sekali-kali itu tak terjadi, maksudku, itu sebuah keajaiban jika terjadi.

Apakah mereka bersembunyi? Entahlah, ini adalah bagian yang tak dapat mereka jelaskan secara eksplisit. Bukankah ketika kita haus yang kita cari adalah minuman? Kiranya seperti itulah gambaran yang sedikit membingungkan tentang mereka. Haruskah segalanya berakhir di sebuah tulisan? Bagaimana bisa? Yah sekali lagi, mereka pun selalu bertanya-tanya. Tapi kamu tahu apa jawaban yang didapatkannya? Tidak ada. 

Dan mereka, tak sungguh-sugguh ingin tahu dari jawaban 'mengapa', mereka lebih membutuhkan penguatan, semisal -Menulislah, aku akan terus membacamu!-

*

Wanita-wanita ini, apakah kamu mendapati mereka di kehidupanmu?

Kamu. Ah, kalian. 
Jangan buat mereka berhenti menulis, meski kamu tak ingin menjadi alasannya untuk menulis.
Jangan memarahi mereka yang menurutmu tak jujur atau malah terlalu jujur. 
Jangan buat mereka bersalah, atas apa yang tak bisa mereka katakan.
Jangan salahkan mereka, jika kejujurannya berbeda.
Jangan salahkan mereka, jika menemukan dirimu dalam tulisannya.
Jangan lelah membacanya, jika kamu percaya padanya.
Ah, untuk banyak hal, jangan memusuhi wanita-wanita ini!

Sekalipun akhirnya kamu tak pernah memahami wanita-wanita ini, biarkanlah mereka tetap dalam jalannya, apalagi yang mereka miliki selain keinginan untuk terus jujur merangkai kata dan membesarkan hatinya sendiri. Yah, wanita-wanita ini, mereka harus sadar bahwa mereka tak sendiri. 


Maros, 11 November 2013/15.31

*refleksi blogwalking dan menemukan banyak wanita seperti 'wanita-wanita ini' :D



Tuesday, November 5, 2013

Tak Terjawab


Pada lagu, yang aku dengar tanpa seksama,
bertanyalah pada angin, ujarnya.

Mengapa bukan tanah?


Siang di kantor, 06.11.13/12.08


Personal Conversation



O Allah, You are The Almighty
The most Merciful...
O Allah, help me for I am weak...
O Allah, help me for I am stupid...

Sunday, November 3, 2013

Sajak Kamu Adalah: Siapa?



Siapa kamu?

Kamu adalah, orang yang mendapat pengecualian dari radarku.
Kamu adalah, orang yang ingin aku ketahui lebih banyak lagi dari sebagian apa yang aku ketahui sekarang.
Kamu adalah, orang yang padanya kutitip rasa hormat serta rasa kagum yang mendalam.
Kamu adalah, orang yang akan kukejar ragam tanya dan kudesak untuk menjawab.
Kamu adalah, orang yang menjelma ombak dalam laut hatiku.
Kamu adalah, orang yang aku pikir telah kugenggam namun itu adalah harapan.
Kamu adalah, orang yang membuatku berpikir kamu memang seharusnya ada di muka bumi ini.
Kamu adalah, orang yang ingin aku ajak dalam tawa dan tangisku.
Kamu adalah, orang yang padanya aku diajak dalam suka dan duka.
Kamu adalah, orang yang harus tahu alasanku tersenyum juga tertawa.
Kamu adalah, orang yang harus percaya tiap kataku.
Kamu adalah, orang yang ingin aku tak pernah meragu.
Kamu adalah, orang yang akan menguatkanku dengan tulus katamu.
Kamu adalah, orang yang ingin aku redamkan amarahnya dengan kesabaranku.
Kamu adalah, orang yang padanya ingin kuintip masa lalumu dan mempelajarinya.
Kamu adalah, orang yang menggugahku untuk melihat masa depanmu dan melihat siapa di sisimu kelak?
Kamu adalah, orang yang ingin aku minta pada Tuhanku.

tapi

Kamu adalah, siapa kamu?


Malam ini, 03 November 2013/20.04

Jika Istrimu Seorang Guru SD


ibu guluuuuuu :)


Apa yang ada dibenakmu jika pada waktunya nanti jodohmu adalah seorang guru?bukan guru SMA atau SMP,melainkan guru SD. Setiap hari tepat pukul 7 pagi, istrimu ini harus sudah berada di SD tempatnya mengajar. Mendidik anak didiknya tanpa pandang status sosial, entah dia anak pejabat, dokter, dosen, tukang sayur, sopir bus akan tetap dipandang sama. Jangan salahkan jika rumahmu nantinya akan penuh dengan anak- anak yang silih berganti membawa tas dan buku untuk belajar berhitung atau membaca. Riuh akan suara anak- anak yang memiliki semangat untuk maju. Mungkin ini akan berdampak pada waktu istirahatmu yang terganggu.

Jika kamu mengharapkan seorang istri yang menjanjikan materi sepenuhnya, jangan kau cari pada sosok guru SD ini. Ia jauh dari segala gemerlap materi dunia, ia sederhana dengan cinta yang dimilikinya. Cinta akan anak didiknya, cinta dengan pekerjaan yang ia geluti dan yang paling utama adalah cinta dengan keluarganya. Ia tak akan pernah melalaikan tugasnya sebagai seorang istri bagi suaminya dan ibu bagi anak- anaknya. Setiap pagi ialah yang akan bangun pertama kali menyiapkan sarapan untuk keluarganya. Memasak menu makan siang walaupun raga telah lelah pasca mengajar,mengajarkan les tambahan untuk anak didiknya dan ia tidak akan melupakan tugasnya sebagai ibu rumah tangga.

Setiap ibu adalah guru, dan ia tidak lupa akan perannya menjadi madrasatul ula bagi buah hatinya. Kau akan melihat bagaiamana ia mendampingi anak-anakmu tertatih membaca Al-Qur’an dan alphabet, bagaiamana ia dengan sabar mengajarkan berhitung dan menulis, bagaimana bunyi doa- doa sehari-hari yang tergolong sederhana dan lain sebagainya.Walaupun sebagai wanita karier, seorang guru SD memiliki waktu yang cukup banyak untuk menghabiskan waktu bersama keluarga. Ia mempunyai waktu untuk memperhatikan bagaimana buah hatinya tumbuh dan berkembang.

Kau tak usah heran ketika dia seolah mengenal setiap orang yang dijumpainya, atau ketika tiba- tiba ada seorang anak yang mendekat dan mencium tangannya dengan malu- malu.Itulah resiko menjadi guru, sebagai panutan dan tuntunan bagi anak didiknya. Ketika dia mulai mengeluh dengan pekerjaannya, ketika sebagian dari siswanya belum bisa memahami pelajaran seperti yang ia harapkan, ia hanya ingin kamu kuatkan dengan senyuman atau genggaman yang menghangatkan. Asal kau tahu, mendidik anak orang lain itu tidak semudah mendidik anak sendiri, itu jauh lebih sulit dari yang Kau bayangkan.

Tulisan ini karya http://destina-des.tumblr.com/ yang diikutkan dalam project #ceritajika milik kak masgun. :)


***

Sebagai seorang guru SD (juga), saya kira ini mewakili. 
 

Bad Dream



Someone told me
That your heart is not for me
Do you know who is she?
She is me

*blank again*