Saturday, September 27, 2014

Antara Bulan dan Matahari


"Kamu dipanggil apa oleh Langit?" tanya Bulan pada Matahari. 
"Sayang. Kamu?"
"Hei!"



Tuesday, September 23, 2014

-dia yang kupercaya-


"Jangan pergi ke tempat dimana aku tak bisa mengikutimu."
(Lord of The Ring)

*

Aku mengirim pesan pada -dia yang kupercaya-: 

Kak, kenapa aku selalu ingin mengikutinya, maksudku, aku suka dia ada di depanku dan melakukan halhal hebat?

-dia yang kupercaya- membalas pesanku setelah dua hari berlalu: 

Karena dia memiliki apa yang tak kau miliki. 

 Kubalas secepat mungkin:

Apakah ini cinta?

Tepat tujuh hari kemudian, -dia yang kupercaya- membalasnya:

Jika ada hal yang paling kau benci ada padanya, namun kau tetap mengikutinya. Mungkin, iya.

Aku tak melanjutkan percakapan. Aku benci ketika -dia yang kupercaya- lambat membalas smsku, seakan aku tak penting untuk disegerakan. Tapi aku tetap mempercayai apa yang -dia yang kupercaya- katakan. Aku suka nasehatnya. Aku suka.

jkrt, 230914

*Aku ngefans kamu, sudah kukatakan tadi malam.

Saturday, September 20, 2014

Happy Wedding: Datangmi Jodohna Kak Jan Tawwa :P


Nur Jannah Darwis-Muhammad Asdar (everlastingloveaamiin)

"Pernahkah terpikir,
saat menyematkan peniti di kerudung setiap pagi,
 bahwa hari ini akan menjadi seperti ini?"

*

Untuk Kak Jan, dan calon pengantin berikutnya yang entah siapa.*

"Kira-kira siapa yah?" Pertanyaan umum yang selalu berakhir praduga dan tanda tanya besar selalu mewarnai perbincangan. Mungkin di jeda tawa, masing-masing dari kita sudah sampai pada anganangan dari gambaran pendamping yang kita inginkan, -harapkan- Lalu, terbersitlah senyum malumalu di ujung bibir manis. Kemudian tertawa lagi, sambil terus mencipta terka yang tak berkesudahan.

Perihal jodoh memang bukan tema besar yang mendominasi setiap pembicaraan kita, namun berupa tema khusus yang kerap kali menyusup dalam jelma renungan. Pertanyaan keramat "Kapan nikah? Kapan nyusul?" tak habisnya terlontar, lalu otak kita menanggapinya sesuai pemikiran masingmasing. Banyak macam jawaban; "Kalau jodohnya udah datang." kak jan paling sering jawab ini, k ira juga, ika juga kayaknya atau "Nantipi, mauka berkarir dulu." klo ini jawabannya si anu atau "Saya belum siap." nda ada kayaknya yang bilang ini di' atau sekedar senyum kecil dan diam seribu bahasa. Ruparupa anak gadis mencipta cerita hidupnya.

Tentu, jodoh hanya bisa diterka beribu kali, tanpa ada yang bisa memastikan benar-salahnya. Tak peduli seberapa mirip wajah terlihat, seberapa banyak tandatanda jodoh tersemat, atau seberapa kuat orangorang menyatukan. Seperti halnya, kita dapat jatuh cinta sebanyak yang kita bisa, menginginkan seseorang sedalam yang hati mau, namun pada akhirnya kita hanya akan bersama seseorang yang telah Tuhan takdirkan. Well, itulah jodoh.

*

pengantin geollll :D
pasangannya pengantinn geoll :D

Hari ini adalah babak baru dalam kehidupanmu, Kak Jan. Pintu mahligai pernikahan telah terbuka, dengan iringan doa melangkahlah dirimu bersama seorang pria yang kelak menjadi pendampingmu di dunia dan akhirat. (aamiin)

Ingin rasanya berada di sana -di kamar yang selalu kutumpangi tidur siang- yang kini telah disulap menjadi kamar pengantin (ternyata di kamar macenya, salahka itu wkwkwk), kemudian membisikkan katakata ini, "Ciee.. nikah niyeeee. Manjur doaku toh?" dan ini, "Ahahaha itu pae jodohta." Seperti halnya yang sering kita parodikan di ruang tamuta, di kamarnya kak Ira, di jalan sepulang ngejus, bahwa rasa penasaran kita tentang jodoh masingmasing akan berujung celetukan, "ITU POENG!!!" Ahahahaha... atau yang parahnya lagi, kita pernah berkelakar saat calon kita masuk dan nampaklah wajahnya, kata spontan yang keluar dari mulut kita adalah... "KAU PALE!!!" Arghhhhhhahahaha...

crying and laughing :'(

Tapi sepertinya itu tak terjadi padamu Kak Jan. Di hari bahagiamu aku tak bisa hadir. Berfoto bersama, makan ayam, makan kue, ngomentarin dandanan para tamu, atau sekedar melirik tamu lakilaki yang kece badai; seperti teman lainnya (fitnah kecil). Uff, inilah penyesalan kedua di bulan September yang membuatku sedikit galau. :((

Bihhhh.... nda adaka :((
Tuh kan, nda adaka lagi.. -nassami iis- :((
tantippna pengantengg *_*

Namun, tanpa mengurangi rasa bahagia di hari penikahanta, tolong yakini saja... ada adik anehmu di sini yang jauh di lubuk hatinya terdalam, amat-sangat-teramat bahagia atas pernikahanmu. Sampai lemas jejarinya merangkai kata, mencoba menahan semua yang loncat-loncat di kepala. :")

Barakallahu lakuma wabaraka alaykuma wajama'a baynakuma fii khoir. Selamat menempuh hidup baru Kak Jan dan Kak Asdar (sok kenal), saling menjaga cinta dan impian yah. Oia, moka ponakan yang banyak nahhh... sebelasmo. Ahahahaha *kaburrrr* :P

Terakhir... Aku akan selalu mengingat nasihatmu di ulang tahunku kemarin, kak. :')

*

jkrt, 210914


*anu, semoga k Ira n Ikha menyusul duluan, Acc yah My Allah :))

Thursday, September 18, 2014

Surat Lelaki Pengecut


Dek, aku tidak tahu bahwa lelaki sepertiku bisa sepengecut ini. Aku tak bisa menjaga perasaanku, menyisihkannya di ruang pertemanan yang telah kita jalin. Bahkan menjadi begitu lemah untuk mengembalikan diriku ke tempat semula sebelum aku mengenalmu.
Dek, aku menyukaimu, kadang di keheningan malam, aku malah merasakan aku telah sampai pada cinta yang jatuh. Padamu. Meski yang kusampaikan hanya kekaguman, aku yakin kau melihat lebih dari itu. Aku begitu pemalu, sampai aku harus berpura-pura mencintai orang lain untuk menutupi cintaku padamu yang teramat sunyi.
Dek, aku tak bisa lagi, tak akan pernah bisa menahan perasaan yang sialnya tak bisa pula kusampaikan padamu secara tegas. Karena aku tahu, hatimu telah menuju seseorang yang ada sebelum kehadiranku. Aku tidak akan membandingkan cinta siapa yang lebih besar, selama matamu memancarkan kebahagiaan, itu cukup. Sudah aku putuskan, aku takkan berjuang, jika itu hanya akan merusak hatimu -bahagiamu-.
Dek, maaf untuk setiap sms datar yang kubalas untukmu -telah kubuang semua emo tersenyum yang selama ini menghiasi pesanku-, sengaja lambat membalas, yang terparah aku tak membalas semua smsmu lagi. Yah, aku adalah si pengecut itu, yang mencoba membalik keadaan. Mengorbankan pertemanan, ketulusanmu, dan hatiku.
Dek, jika kamu selesai membaca surat ini, aku siap menjadi lelaki egois di matamu. Maafkan aku. Aku tak mengenal diriku lagi, saat aku memtuskan untuk berhenti berteman denganmu. Maaf.
Lelaki Pengecut
Selembar kertas jatuh di pangkuan Perempuan. Tangannya bergetar, hatinya telah dulu poranda. Perempuan terdiam, lama, sangat lama. Dia tak percaya pada apa yang baru saja dibacanya, bullshit. Perempuan marah kepada semua yang meninggalkannya karena alasan yang tak masuk akal. Aku hanya ingin berteman, memiliki teman. Masih dengan tangan bergetar, Perempuan mengambil handphone-nya dan mencari satu kontak. Dia hanya tinggal menekan tombol hijau, untuk melakukan panggilan dan memarahi sang pemilik nomor. Namun, Perempuan urung. "Seperih itukah berteman denganku, kak?" Perempuan menatap surat yang kini telah tergeletak di lantai, tangannya menekan sebuah tombol, saat itu juga air matanya jatuh mengiringi nomor seseorang yang telah terhapus dari handphone-nya. "Kak..."

*

Perempuan adalah setiap perempuan, yang perlu banyak belajar. Menarik satu benang merah dari tiap peristiwa yang terjadi dalam hidupnya. Semisal, benarkah ada pertemanan antara pria dan wanita yang dapat lepas dari sebuah rasa?

*

jkrta, 190914

Saturday, September 13, 2014

Kalau Ada Yang Bertanya-tanya Tentang Aku



"Setelah dinyatakan LULUS, ke depannya hari-hariku akan sibuk. Pukul 07.30 WIB harus sudah ada di tempat pelatihan hingga pukul 15.00 WIB. Aku harus belajar sungguh-sungguh, dua bulan waktu yang berharga untuk mendapatkan ilmu yang gratis. Agar tak terlalu jenuh, sebelum pulang ke rumah, aku akan mengunjungi Perpustakaan tepat di samping gedung pelatihan. Walau kutahu, aku akan berhadapan dengan macet yang parah di jam pulang kerja. Atau sedikit kemalaman karena angkot yang terlalu lama ngetem. Tak masalah. Aku harus menjalani hariku dengan seriang-riangnya. Dari senin hingga jumat. Sabtu-minggu, belum tahu. Mungkin berleha-leha, mungkin tetap sibuk juga.

Sesekali kubuka portal CPNS, mama bilang cobalah ikut, kemudian aku mendownload semua soal tes CPNS, membaca artikel tentang ini-itu, serta mengerjakannya satu per satu. Telah kukatakan jauh hari, aku tak ingin menjadi PNS. Sampai saat ini aku belum terlalu yakin apakah aku telah memilih jalan yang benar. Tapi, melihat wajah mama, aku merasa bahagia telah mendaftarkan NIK-ku. Kini, sedang aku tunggu Kemenag buka pendaftaran, meski sesekali hatiku menarik ke Kemendikbud yang sudah terbuka pendaftarannya. Aku selalu ingin tertawa saat tahu aku dilema karena CPNS, bukankah dulu aku anti sekali. Ckckck Mama selalu yakin kalau aku bisa melewati tes apa saja -untuk urusan otak-, seperti halnya pelatihan itu. Dari sekian banyaknya pendaftar, namaku masuk ke dalam 20 orang yang diterima. Mungkin, satu-satunya keraguan yang kulihat di mata mama adalah, ketika aku memutuskan 'sibuk' di dapur. Beliau lebih baik mengusirku dengan halus, memerintahkanku pekerjaan yang lain. Asalkan, bukan memasak! Perempuan malang.

Aku ingin melakukan apa yang aku suka. Aku ingin menjadi apa yang aku inginkan. Aku (sedang) tak suka ditanya-tanya, meski aku tahu banyak yang peduli padaku. Bahkan ada yang terang-terangan bilang, dia ingin sekali melihatku sukses. Aku juga, aku ingin sukses. Tapi, samakah sukses di kepalaku dengan sukses yang ada di pikiran dia/mereka? Aku tak ingin terjebak dalam banyaknya harapan orang, aku takut jika apa yang aku lakukan nanti hanya karena ingin membahagiakan mata orang yang melihatku, aku tak mau itu. Saat hatiku bilang 'tidak' maka aku akan mengikutinya, sebisa mungkin, juga sebaliknya. Di umurku yang tak lagi kanak-kanak atau remaja, sudah sepatutnya aku bisa menentukan sendiri hidupku. Bahkan, orang tuaku pun selalu berkata, "Orang tua cuma mengarahkan, semuanya tergantung Iis." Ya, yang kujalani sekarang adalah pilihan hatiku, kalaupun salah atau gagal, yang paling bertanggung jawab adalah diriku sendiri. Aku takkan (sangat) menyesal.

Aku tak pernah lagi menulis. Cerpen maupun puisi. Bagaimana kalau aku kubur saja mimpiku menjadi penulis? Hatiku belum memutuskan. Apakah aku kehilangan pegangan?  Aku tak tahu. Saat ini, aku tak bisa mengerjakan banyak hal dalam satu waktu atau kasarnya, aku gagal fokus. Pikiranku malah kacau kalau aku paksakan. Akhirnya, aku hanya memilih satu hal yang paling harus aku kerjakan.

Satu hal lagi, mesti kutulis ini semua, sejatinya masih banyak yang tersimpan di kepalaku. Tapi sayang, aku masih tak ingin berbagi pada siapa pun."


*

Jkrt, 140914

Ha Ha Ha


"Kak, ada kuliak anu. Kukira kita orang spesial, bukanji pale."

"Hoh, iyokah? Nah bukan memangja. Kauji itu berpikir seperti itu."

"Hehehe, karena kelihatannya seperti itu."

"Mdd.."

"Kak, baik-baik jeki?"

"Hah? Iyyo baik-baikja."

"Kukira sakit hatiki... hehe"

"Kah kau melapor terus mukerja. Biarkanmi we' jammi kasih tauka apa-apa."

"Ehmm cemburuki?"

"Nda. Sakit kepalaku anu, malaska berpikir."

"Berarti tapikir teruski yang kukasih tauki? Iyakan?"

"Ckckck, banyak masalahku. Jammeko infokan apa-apa, siapa-siapa, ato apapun lah. Lagi kacau pikiranku."

"Maaf kak nah..."

"Iyyo, sehat-sehat jeko toh?"

"Sehatja."

"Bagus itu. Jaga kesehatanmu."

"Jadi janganmi lagi kukasih tauki tentang dia?"

"Nah, nda pernahja suruhko ato mintaka ckck sudah-sudahmi. Terkadang ketidaktahuan itu pilihan terbaik untuk menyelamatkan harimu."

"Jiaahh...keluarmi kata-kata mutiaranya. Ampunga..."

"Ahahaha issengko. Sudahmi, moma tidur."

"Oh iye, tapi kak..."

"Ehmm apa?"

"Nda sregku sama itu. Kusayangki kak, nda kusuka klo nda bahagiaki."

"Ckckck, siapa jugaaaa...."

"Hahahaha... kucarikanmi yang lain nah."

"Tinro mekoooooooo..."

"Ciee, mauji itu..."

"Zzzzzz"

"Tidurma pae. Met tidur kakak kesayangan..."

"Pretttnuuuu..."

"Ciee, bangun lagi."

"Zzzzzz"

"Ckckck"

___________________________________

*susahnya punya adek ketemu besar, sok perhatianna  -___- Ahahaha

Friday, September 5, 2014

Saat Rindu Menjadi Nafas


Mari tetap bernafas!

Kakimu berjalan, pikiranmu berlari
Adakah pada tujuan yang satu?

Matamu memandang, mulutmu bernyanyi
Adakah hanya untuk hati yang satu?

Dari setiap tanda tanya yang kau temukan
percayalah kasih tak ada ragu menyatu.
Ada saatnya rindu semacam udara
yang tak tahu lagi membentuk apa.
Terlalu sulit, selain kau menjadikannya nafas.

Jkrt, 050914