Monday, October 27, 2014

Kalau Kau Ingat, Ini Sekedar kalau


Kepada kamu,

Kalau aku hilang, lagi, kamu tak usah berupaya serta bersusah-susah mencari. Kamu punya alasan yang logis untuk tak memperjuangkan aku, yang lari kesana-kemari bersembunyi. Selalu minta ditemukan, selepas lelah didapatkan. 

Kalau aku hilang, lagi, kamu duduk saja diam dan lihat apa yang terjadi. Aku, barangkali, hanya sebentar mencari perhatian. Di saat itu, kamu berpikir panjanglah, tentang waktu yang habis kau gunakan untuk mengurusi kekurang perhatiaannya aku. Yang tak -selalu- merasa tak pernah cukup. Bukankah itu membosankan?

Kalau aku hilang, lagi, kamu berjalanlah atau belari sekencang-kencangnya bukan untuk mencariku. Kamu tak usah merasa bersalah, sudah banyak waktu dan tenaga kamu persembahkan untuk menemukan orang hilang. Sudah saatnya kamu berhenti mengikuti permainan aku yang tak tahu diri.

Kalau aku hilang, lagi, sudah sepatutnya kamu mulai menimbang tentang apa yang sebenarnya aku lakukan. Semacam apakah aku yang selalu lari darimu dan meringkuk menunggu uluran tanganmu, kembali. Semacam apakah aku yang pergi tiba-tiba dan datang semau hati. Semacam apakah aku yang minta dicintai penuh, lalu menyusahkanmu seluruh. Semacam apakah yang ingin aku jalani, separuh ada separuh tiada?

Kalau aku hilang, aku tahu takkan ada yang mencari, lagi.

Tapi,

Kalau kamu hilang, apa yang harus aku lakukan?


Jkrt, 281014

#worrier


Aku tak tahu pikiran mana  yang lebih menakutkan, jika timbul-tenggelam terka, aku berkata di ujung ceritanya, "Aku pernah merasakan yang lebih pahit dari ini." atau "Aku pernah merasakan yang lebih manis dari ini." Dan aku takkan pernah tahu karena semua hanya pikiran yang dipikirkan jauh, jauh sebelum semuanya terjadi -mungkin- takkan pernah terjadi.

Jkt, 281014

Wednesday, October 8, 2014

Selamat Tak Menghitung yang Tak Terhitung


Tak terhitung berapa banyak 'selamat tinggal' kukatakan padamu sejak hari dimana kita bertemu, namun sampai saat ini, yang pergi hanyalah keraguan demi keraguan. Aku masih saja di sisimu, mengomentari apa yang salah, jelek, atau aneh di hidupmu. Mencerewetimu. Beruntungnya, kamu tak mengusirku karena kesal atau terganggu.
Tak terhitung maaf yang kita lontarkan di tiap-tiap kesempatan, seperti melepas pantun dan saling berbalas. Maaf-maaf-maaf. Kalau otakku sedang error, aku bertanya-tanya sendirian. Apakah kita adalah sepasang kesalahan yang enggan berakhir?
Tak terhitung terima kasih yang mengisi kantung kesopanan kita, saat kamu dan aku saling memberi atau berbagi, saling menolong dan menyelamatkan. Pernah kubayangkan, kita saling mengejek kantung siapa paling penuh terisi, dan saling tak mengakui, lalu berakhir diam-diaman. Padahal, kantung kita sama-sama terlalu penuh, tumpahlah kebahagiaan.

*

Ada banyak 'tak terthitung' yang tak kutuliskan, karena sunyi memangku malam. Ditegaskannya lewat langit dan bulan yang gerhana tadi, cukupkan hitung-hitungan dan syukurilah kehidupan. Ada yang tak terukur untuk sebuah perasaan di hati yang tumbuh subur. Kalau aku bisa, aku ingin berteriak dan meloncat-loncat kegirangan, sebab aku tak pernah beranjak dari kesetiaan. Dan kamu di sana, melihat penuh gelak tawa dan gelengan kepala: namun langkahmu tetaplah menuju. Aku.

Jkrt, 09-10-14

Saturday, October 4, 2014

Pengingat Pagi




Suatu hari nanti, 
kata-kata menjadi asing untuk menebas jarak.
Itulah mengapa kita belajar diam, agar sampai saatnya
mudah untuk kita berbagi keheningan. 
Kelak.

_a i m