Friday, June 27, 2014

Cerita Di Balik Pintu




Terima kasih, telah mengajakku berwisata ke tempat-tempat yang menakjubkan. Semua indah. Terima kasih, kau terus menggenggam tanganku. Menceritakan semua yang kau ketahui; tentang langit, bintang, matahari, pelangi, dedaunan yang gugur. Menikmati jeda saat lelah di perjalanan; menatap gumpalan awan yang seputih kapas, suara nafas yang terengah, atau degup jantung berdebar tak beraturan.

Aku percaya padamu. Mengikuti langkahmu. Meski perjalanan panjang dan melelahkan, melihatmu dengan kesungguhan, membuatku yakin bahwa kita menuju suatu tempat yang lebih indah dari yang kita nikmati saat ini.

Namun, di sinilah aku sekarang. Di depan sebuah rumah dengan pintu tertutup: terkunci. Sendiri.

Aku harus bagaimana? Kau ada di sana, di dalam rumah itu. Aku tak tahu bahwa kau belum siap menerima tamu. Tapi, bukankah kau yang mengajakku? Tadi, kau memintaku untuk pulang saja. Membiarkan aku kebingungan menerima keadaan, sendirian.

Telah kuketuk pintumu, berkali-kali. Kumohon bukalah pintumu sedikit saja, dan katakan padaku jalan apa yang harus kutempuh untuk pulang? Aku ingin pulang. Ke tempat di mana aku bermula; sebelum kau mengajakku pergi. Tapi aku tak tahu jalan pulang. Sepanjang perjalanan mataku hanya berpusat pada keindahan yang kau tunjukkan.

Namun, kau tak pernah membuka pintumu. Menjelaskan padaku jalan pulang, juga alasan mengapa kau mengajakku pergi jika hanya untuk meninggalkan. Aku hampir putus asa, ketakutan menyelimuti. Aku mulai terisak dan menangis sesenggukan seperti anak kecil yang tersesat. Aku ingin pulang.

"Hei, kau yang di balik pintu. Baiklah, aku akan pergi bila itu keingananmu. Aku akan mengingat semua keindahan yang kau berikan dan mengakhirinya dengan cucuran air mata. Semoga kau juga mengingat isak tangisku, karena tak akan ada yang terpedih setelah ini. Selamat tinggal."

*

Tak usah khawatir apakah aku baik-baik saja. Aku pasti menemukan jalan pulang walau harus berkali-kali tersesat. Aku takkan menangis. Lagi.


Selalu Saja Ada



selalu saja ada;
pengecualian

seperti janji-janji yang bermekaran di taman hatimu
justru layu oleh ingkarmu sendiri.

dan air mata yang kau simpan untuk tak jatuh di waktu yang tak tepat
deras meluncur di banyak tempat.

jkt, 28.06.14

Tunjukkan Padaku - So7


sumber gambar

Tenangkan resahku saat langkahku terasa berat
Teduhkan jiwaku saat matahari bersinar terlalu pijar
Kerana dirimu satu-satu yang kuandalkan
Saat diriku tak mampu berdiri di sini sendiri
 
Ceritakan Sayang
Hari-hari yang telah kau lalui
Katakanlah Sayang
Semua hal yang kau benci dari diriku
 
Cobalah Cobalah
'Tuk mengerti keadaan ini
Aku rapuh saat kau tinggalkan

 
Tunjukkan padaku
Kau selalu mencintaiku
Jadilah pelindung bagi sayapku
Aku berjanji Aku berjanji
Selalu menemani langkahmu
Dalam setiap helai nafasmu
 
Bangunkan tidurku
Bila kau terjaga lebih dulu
Dan bertegaslah sayang kita isi makna
Indahnya hari ini

*

Suka intronya :)


Monday, June 23, 2014

Dilukai Ingatan





Telah aku kumpulkan ingatan, di suatu pagi yang teduh
dan menangisinya dengan sungguh. Tak ada yang tersisa
saat ini, selain luka-luka yang terpanggang matahari kemudian.

Aku selalu mencari di mana kekuatan wanitaku tersembunyi,
kukira di jemari yang kadang letih. Kukira di senyumanku yang 
terpantul genangan hujan. Atau di sela tangisan-tangisan yang 
usai di sepertiga malam.

Di kemudian hari selepas aku mengira-ngira, semoga 
aku menemukannya. Di saat aku sangat membutuhkannya:
seperti detik ini.



Thursday, June 12, 2014

Tulisan Jujur dari kak Jan :)


Three Muskeeters :D

Aku sangat tegang di hari pertama
Aku tidak mampu mengatakan apa pun
Pada saat itu tidak terpikirkan olehku
Kami akan memiliki banyak hari untuk bersama
Sebelum kami mengetahui itu..
Kami adalah pemula
Kami kadang memamerkannya
Pada saat itu tidak terpikirkan olehku
Kami mengenal satu sama lain dengan cara ini
Sebelum kami mengetahui itu..
Banyak yang dibagi diantara kita, Keringat, tangis, rahasia
Aku bahkan mampu mencintai waktu yang sama2 kami benci.
Sebelum kami mengetahui itu..
Kami tidak dapat dipisahkan
Aku akan kehilanganmu
Aku akan merindukanmu
Aku mencintai temanku
Aku tidak akan lupa, berikan aku pelukan
Jangan lupakan aku, jangan berubah
Wajahku menjadi merah, air mata yang mengambang d pelupuk mata, 
 Meski begitu, kami tidak akan melepaskan tangan satu sama lain
Aku sangat bersyukur untuk ini
Sebelum kami mengetahui itu..
Jangan lupakan aku, jangan berubah
Akan tiba hari dimana kita akan berjauhan
Kita mungkin tidak dapat melihat satu sama lain
Ketika itu terjadi, kenangan kita akan memberikan kekuatan. 
Sampai hari dimana kita dapat bertemu lagi. 
Mungkin bagi kalian ini kekanakan tapi inilah yg ku rasakan skarang... 

Miss you Sparkling Autumn dan kakak IRa Lumut

*

Miss you too kak jan :)

Tulisan Tulus dari Puput :)


Kak iis :)


Sebuah perpisahan yang menyentuh hatiku ...

kini kak Iis telah bersama keluarga tercintanya dan bahkan bertemu dengan teman lamanya atau teman barunya di jakarta sana. kak iis tidak di maccopa lagi namun kak iis terus berjuang terus mentata hidup yang lebih indah dan begitu pula denganku dengannya dengan mereka yang mrasa hilang dengan perpisahan ini.
 
yah banyak yang merasa hilang saat kak iis menyatakan kalau dia telah memengang tiket pulang ke rumahnya tercinta, merasa bahagia karena akhirnya kak iis bersatu dengan orang tua dan saudaranya namun bersedih karena kak iis akan bersahabat jarak jauh dengan sahabat lamanya teman teman seperjuangan di kampus putri teman teman kenalannya dengan orang orang hebat anak muda maros dan orang orang yang menjadikan kak iis inspirasi kesuksesan mereka semua merasa hilang saat jum'at siang hari harus melihatnya terakhir kali dengan secara langsung, iya memang bakal masih bisa lihat foto uplotannya atau apalah tapi 100% sama sekali berbeda, tidakkah ini sangat menyedihkan? bisakah kaki ini melangkah ketempat tempat kami berkumpul kak iis? jalanan yang kami jalani bersama bisakah kenangan yang sudah banyak tetap tersimpan rapi di memory hati ? dan bisakah kami bertemu kembali? bagaimana kalau kami takkan bertemu lagi denga kak iis? bagaimana dengan  acara acara pentingku tanpa kak iis? akankah saya menceritakan semua hal yang saya jalani? tentang kampusku tentang masalahku tentang apa yang kurasakan?

kak iis adalah Unni, Unni is feeling
walaupun  kak iis juga merasa butuh waktu untuk beradaptasi dengan perpisahan ini karena bagaimanapun orang yang meninggalkan jauh lebih sedih dari yang ditinggalkan :( bukankah begitu hati? lihatlah kak iis lebih memikirkannya dibandingkan kita

akan banyak kalimat yang tak akan bisa terucap lagi, walau nantinya bakal hanya diparodikan :(
  • kak is, di mana meki ku tunggu meki ini
  • kak is, jadi tidak kumpulnya?
  • kak is, ayo ke ptb
  • kak iis, ayo mi
  • kak iis kerumah meki
  • kak is, ayo ke rumahnya miftah
  • kak is sdh ka dowload sini mki blutut
  • kak is, kak iis kak issssssssssssssssssssssssss
  • kak is masa toh di campus
"kak iis terimah kasih juga sudah mengajarkanku welcome dengan orang lain dengan membuka hati mencari teman yang lebih banyak dan menjadi inspirasi membuat blog selama ini dan mengajarkanku menjadi orang yang jauh lebih baik, Gomawo gomawo..... Bogosipo :) "

kak iis,,,,,,,,learning never forget me, do not ever learn to get away with our but do not ever have to forever!!!!!

kami semua merindukan kak iis, tetap semangat kak #salamsuksesberkah
*
 Terima kasih lagi, Tuhan. Karena engkau mempertemukanku dengan adik puput yang sungguh tulus berteman denganku. Berikanlah kebahagiaan untuknya, karena adik puput pantas bahagia. Sampai jumpa lagi yah Put, dont be sad because your smile is beautiful. :)
sumber tulisan dari sini

Tulisan Manis dari Amma :)




2012 kemarin, sebuah pertemuan dalam peluk Forum Lingkar Pena , bersama teman-teman yang lain, kami diberi kesempatan tuk bersua dengan para pejuang pena, pengukir kata beribu makna. Kakak-Kakak FLP Maros. 

And The Story Begin....

Semua berawal dari hari Jum'at itu, *lupa tanggal*. Setelah paparan materi, seseorang yang seingat saya juga sebagai pembawa acara hari itu, membacakan sebuah cerpen. Bukan karyanya memang, tapi cukup membuat saya terkesima. Kak Iis, waktu itu membacakan salah satu cerpen, entah antologi apa dan siapa penulisnya. Yang jelas terekam adalah, Kak Iis yang membacanya.

Menarik, sangat. Alur cerita dan pembacaannya. Dalam hati saya berdecak kagum, mengukir kata 'hebat' dalam benak, Diam-diam juga ingin seperti dia -- Kak Iis. Selalu ada yang istimewa dari yang pertama. Maka jangan salahkan ingatan ini yang tak luput mengabaikannya, tak kuasa menghapus dari ingatan momen itu.

Kukira, kala itu adalah pertama dan terakhir bertemu. Namun kenyataan berkata lain. Allah masih memperkenankan kita bertemu, dalam sekmen-sekmen FLP Camar. Kak Iis terus mengompori kami agar berkarya. Giat menoreksi karya-karya awam dari sekumpulan anak SMP yang masih labil itu.
Membaca karya Kak Iis sama saja dengan terbang tinggi lalu jatuh dalam waktu sama. Berangan bisa sepertinya, berkarya imajinatif, namun nyali itu menciut kembali.

Entah berapa lembar waktu yang kita lalui, dan aku lewatkan dalam kebersamaan FLP Camar. Tidak banyak memang, tapi sungguh, itu berkesan. Tak dapat kurinci, namun kepingannya masih tersimpan elok. Al-Markaz, PTB, dan.... entahlah, dua tempat itu menjadi saksi kebersamaan The Camars.

Oh iya, Kak Is, kenyataan 'Orang Enrekang' di seminar kemarin itu entah kenapa seakan menantangku untuk mencampur kata dalam tulisan tentang Enrekang. Hal itu ingin kusampaikan, kemarin. Tapi kebersamaan, canda tawa, dan kehangatan bersama The Camars kemarin membuatku lupa mengutarakannya. Hehehe....

Hingga waktu kembali menggertak. Kenyataan menghempas mimpi. Bahwa kebersamaan itu hanya sementara. Dua hari lampau, kuharap itu bukan penutup perjumpaan kita. Bukan akhir bersuanya kita dalam pembukaan Sekmen berkesan itu. 

Perpisahan adalah awal pertemuan yang lebih baik. Untaian itu kubenarkan dalam hati, namun raga ini seakan menolak. Membuat perangai labil itu kembali berkuasa.Sebab inilah yang kutakutkan, perpisahan di balik pertemuan yang indah. Sebab kenangan selalu menghias mimpi. Kata Kak Iis, tidak akan kembali ke Maros kecuali ada hal urgent. Itu berarti ruang dan waktu berkuasa memisahkan kita. Saya. Kak Iis. Dan The Camars.

Maka sesi poto-poto kemarin, kuharap bukan yang terakhir. Menaruh harap agar Allah berkenan mempertemukan kita dalam keadaan yang indah. Lebih indah. Jauh lebih indah. Semoga... Aamiin, Allahumma aamiin.


Dalam atmosfer kaku, saya mungkin akan menyapa dengan lisan, Kak Aisyah. Tapi, keadaan melunakkannya seiring berputarnya waktu. Maka seiring berputarnya waktu pula, saya berharap tidak ada kekakuan yang meraja di antara kita. Saya. Kak Iis. Dan The Camars. Karena itu, tak bermaksud melahirkan kekakuan, apalagi mengabadikannya, izinkan saya untuk bilang,

"Daadaaa babay, Kak Aisyah. Semoga kenangan bersama dengan senang hati Kak Aisyah kenang, sebagaimana saya. Dan jangan lupa, -ingatkan saya- untuk menagih janji Kak Aisyah, menuntun saya dalam berkarya." 

Salam hangat, kangen, bakal rindu, dan kawang-kawang na,

Amma 
*

Terima kasih, Tuhan. Atas takdirMu mempertemukan adik Amma dengan ku di Maros tercinta. Terima kasih, Amma sudah menuliskan tulisan manis ini. Inshaa Allah, ini bukan yang terakhir. Sampai jumpa lagi yah dek, :)

sumber tulisan di sini


Wednesday, June 11, 2014

Setelah Waktu Itu




Aku ingin memberitahukan padamu apa yang terjadi padaku setelah waktu itu. Di malam hari aku tertidur lebih cepat dari biasanya, aku sudah bukan 'orang-orang malam' tanpamu. Aku tidur dengan perasaan yang masih tak menentu. Entah kenapa, aku selalu terbangun di tengah malam. Aku merasakan perih dan sakit di hati, lalu menjalar ke ujung jari-jariku. Rasa nyeri itu mengalahkan sakit fisik yang pernah kurasakan.

Di malam buta, aku menangis tanpa suara. Jika di sisi kananku ada seseorang, aku akan berbalik ke sisi kiri dan menangis dalam diam. Dan sebaliknya. Aku bisa menyembunyikan tangis, namun tidak dengan guncangan tubuhku yang bergetar menahan ledakan. Ini sangat melelahkan, tidakkah kau tahu?

Aku menangis dengan banyak alasan. Aku menangis karena rasa nyeri yang menjalar dengan cepatnya, aku menangis karena harus menahan suara tangis yang ingin meledak, aku menangis karena semua itu membuatku marah, aku menangis karena tak tahu marah pada siapa, aku menangis karena aku menyesali mendapati diriku menangis dan hal ini masih saja terjadi sampai sekarang, aku menangis karena tak tahu cara menghentikannya. Aku menjadi begitu lelah menunggu malam berakhir, lalu di pagi hari aku mendapati mata yang sembab sisa semalam. Namun, yang lebih menyakitkan adalah... aku akan bersikap baik-baik saja untuk menghabiskan hari. Lalu, menjumpa malam dengan ketakutan baru lagi.

Aku ingin memberitahukan ini padamu. Tapi aku tak tahu bagaimana caranya. Dan, untuk apa? Apakah setelah tahu hal ini akan ada yang berubah? Apakah aku tidak akan terbangun dan menangis lagi? Apakah aku akan baik-baik saja?

Kalau ada kesempatan, mungkin bukan hal ini yang akan kucerita. Tapi, aku akan bertanya, dengan cara apa kau melupakanku? Hanya itu.


Monday, June 2, 2014

Mengalahkan Hujan Bulan Juni




Tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon bunga itu.

(Hujan Bulan Juni, SDD)

*
Sebaiknya kita pulang saja, menuju pertanyaan-pertanyaan yang pernah dikumpulkan mata kepada hati. Sudah di pertengahan tahun sejak kita mengayuh peluh, sampailah di jawaban yang lusuh. Bahwa sedemikian rapat hati menyimpan rahasia, pada matalah kita perlu menutup celah. Karena tatapan selalu mencari jendela yang terbuka. 

Sebaiknya apalagi untuk yang terbaik kita? Mari tak berjumpa. Mari mengunci cerita. Atau mari memperbaiki diri. Agar kita baik-baik saja, jika api menyala dan membakar udara. Agar kita baik-baik saja, saat sesak asap melesap menjelma dupa. Agar kita bisa bernafas dengan tenang, saat kesendirian menawarkan diri menjadi teman. 

Sebaiknya kita mencoba memilih satu yang sama. Melambai atau menggenggam. Melepas atau mendekap. Karena kelak kita perlu tabah yang bertubi-tubi, untuk mengalahkan hujan bulan Juni.

Sebaiknya... 


Makassar, 01 Juni 2014.

*Dengarkan soundcloudnya di sini. :)