Berapa kali engkau membaca wajahku? Entah. Membacamu mengembalikanku pada bangku-bangku kayu di sekolah dasar. Terbata-bata. Jika sampai pada kalimat sempurna, seperti itulah kesimpulan bahagiaku.
Berapa kali engkau menafsirkan air mataku? Entah. Menerjemahkan air matamu menarikku dalam sebuah penjara, ketika Yusuf alaihissalam menjawab mimpi dengan arif. Akulah narapidana yang ditinggal pergi, menaksir hari menjumpa kebebasan. Air matamu serupa tiga dinding, lalu jeruji membatasi.
Berapa kali engkau mencintaiku? Mencintaimu separuh di bulan Juni, menggenapkannya di akhir Juli.
lalu,
Mencintaimu, adalah ladang waktu yang tandus tiba-tiba. Mencintaimu, adalah lautan kata yang surut tiba-tiba. Mencintaimu, adalah musim kesunyian yang gugur tiba-tiba. Mencintaimu, adalah samudera ketidakpastian yang selalu tiba-tiba mengganas, tiba-tiba tenang, tiba-tiba aku mulai berpikir.
suka sekali posting kali ini... amazing! :)
ReplyDeletehaha, imsonia produktif. (meminjam istilah k raidah) :) terima kasih kak ophy....
ReplyDeletecatatannya menarik
ReplyDeleteApakah mencintaimu adalah kebenaran?
ReplyDelete*ughhh... :')
cicicieee... nusuk lagi yah? hahaha *pengalaman kayaknya*
Delete