Thursday, November 20, 2014

K for Key for Kamal


Kenapa namamu bukan Kemal saja, lebih nyaman saat lidah mengucapkannya? Tapi, yah sudahlah... itu kan nama pemberian dari orang tuamu. Hehehe Nah, apa yang harus aku tulis tentangmu? Siapa kamu nyuruh-nuruh aku menulis tentangmu? Wekkk malas rasanya. :P

*

Kamal bukan siapa-siapa. Temen yang ngeselin. Jelek. Iseng. Cerewet. Tipe cowok yang perlu dicuci pake molto sekali bilas (ini parah yah, maap). Gak pernah marah, tapi selalu bikin marah. Katanya gak bisa gombalin cewek, bisanya gombalin cewek-cewek. -_- 

Kamal bilang aku gak cantik-cantik amat, gak baik-baik amat, gak pinter-pinter amat, gak manis-manis amat, gak hebat-hebat amat, dan lainnya yang gak amat-amat. Semuanya dia lisankan tepat di depanku. Hoh, lihatlah, dia emang butuh direndam molto sekali bilas!

Kamal sok tua. Padahal emang udah tua. Sama sih, aku juga. Tapi tuaan dia, dari segi umur dan wajah. Kamal sok anak-anak, kalo lagi ketawa dan ngambek. Aku sih cuek aja, bodo amat. Ahahaha

Yang bagus dari Kamal apa yah? Gak ada kayaknya. Hohoho Eh ada sih, dia orangnya disiplin. Bahkan untuk ngegombalin cewek-cewek pun perlu kedisiplinan yang tinggi, katanya sambil cengengesan. Ckckck 

Kamal gak pernah ngegombalin diriku, mau tau karena apa? Dia bilang, "Lu kan gak 'amat-amat' ngapain digombalin." Nyesek juga dibilang gitu, ahahaha dasar cowok koplak!

Oh, sebelum dia pergi -entah kemana- saat perpisahan, dia bilang begini, "Yah, lu sih, ngapain juga gue ketemu lu." Terus dia ketawa ngakak. Apa lucunya coba?!

Yah, itulah dia. K for Key for Kamal. Ini semacam persembahan kecil buat teman yang tidak bisa lagi mengganggu diriku. Semoga dia menemukan korban baru di sana. Oia, selamat ulang tahun. :D


Jkrt, 211114


Tuesday, November 18, 2014

A Crazy Farewell Party! :')


MAKAN-MAKAN DI BEBEK SALERO
DAN KAROKEAN YANG KACAU :D
18 November 2014
~uyeeeee~


Narsis before eat

again na again :D

Makan-makan :D

togetherness

smiling :)

makanan maknyosss :D

Geng Belakang ahahaha

they're the best lah (y)

persiapan tukar2an hadiah :D

dikocok2, kayak arisann... :D

No.8 Gift from Embun, my enemy classmate :P

Lanjutttt... karokean eaaaa

Mau nyanyi appa narsisan --" ckckck

kalo aku sih, narsisan aja deh :D

with embunn.. mata menyala euy *_*

pulang kiteee

with mbak ana :)

yeaahhh..


This is our Farewall Party yeahhh...
What a beautiful day! Eventhough there is little bit of sadness in our heart,
but we enjoyed this moment.

Big thankfull for my lecturer, Pak Wawan n Pak Nugroho for all of kindness
that you gave for us. May Allah give you both His Blessing. Aamiin.

And you all my crazy classmates, yeaaahhh you rocked this party!
I do never forget what we'd through together, what we did, our tears, laughed
and every single 'gossip' that we talked in class ahahaha

So, should I say goodbye right now?
Damn, how terrible condition. I hate being melow early morning,
so, I just wanna make a pray for us. Please say 'aamiin' gals! :)

This Farewell Party is a moment to remember.
Because of us, Operator Komputer!!!

YEAH!!! ^_^


Jkrt, 191114


No One Knows


People think they know you. They think they know how you’re handling a situation. But the truth is no one knows. No one knows what happens after you leave them, when you’re lying in bed or sitting over your breakfast alone and all you want to do is cry or scream. They don’t know what’s going on inside your head—the mind-numbing cocktail of anger and sadness and guilt. This isn’t their fault. They just don’t know. And so they pretend and they say you’re doing great when you’re really not. And this makes everyone feel better. Everybody but you.

_William H. Woodwell Jr._

Monday, November 17, 2014

Mencari Aku Di Setiap Purnama


sumber gambar


Di suraumu, aku adalah katakata yang dieja ilalang sepanjang pematang.
Sambil mencari kerendahan hati, kita bersiul mencari keramaian -tak kudapatkan-
Perbaiki letak pecimu, ujarmu pada diri sendiri. Kau mulai berdiri
meletakkan dunia di sisi kiri. Menakbirkan keagungan Tuhan dan menangis.
Kau cari aku di tiap sujud yang basah, mengalirkan lelah serta amarah.

Tak jua kau temukan aku.

Aku adalah bunyibunyi jangkrik malam yang ditemani salak anjing bersahutan.
Kupesankan keangkuhan dari pucuk pohon di hutan belantara, kau hanya terima satu dan takzim melepasnya. Rapihkan sarungmu, kau ingatkan lagi hatimu sendiri.
Sampai salam terakhir, kau mencari aku yang tak pernah lagi kau temukan
meski kering air mata. Meski berbilang purnama.


Jkrt, 181114

Friday, November 14, 2014

Pesan Random


Dear....

Mama:
Aku ingin minta maaf.

Amma Syam: 
Terima kasih smsnya, aku sudah meng-invitemu. Nama alamat blogmu, aku suka. Tapi, kolom komentar meski memakai google+ jadi aku takkan pernah bisa meninggalkan jejak. Itu, menjengkelkan.

Rahmawati Auliya:
Aku sudah berkunjung di rumah keduamu. Terima kasih menjadikanku orang pertama yang tahu alamatnya. Lihat komenku pada tulisanmu tentangku.

Kakak Mata FN:
Aku tidak menyukaimu.

Adek Puput:
Blognya tak pernah diiisi lagi. Sedikit mengecewakan.

Bapakku:
Jangan paksa aku makan, kalau aku lapar aku akan dengan segera makan. 

Maryam:
Senang bisa kenal kamu. Dan teman Operator Komputer lainnya.

Adek An Maria:
Aku ingin merasakan musim gugur. Adakah di sana?

Kak Ira:
Banyak temanku di sini, kak. Lebih banyak temanta pasti di sana.

Adek-adeku:
Jangan suka merusak pagi. Menjengkelkan tau.

Ishma:
Masih kutunggu love stry-mu.

Kak Jan:
Telponka.

Dek Palen:
Cepat sembuh yah.

Perempuan yang bukan temanku:
Usahamu cukup keras, mari lihat hasilnya.

Perempuan virgo di sana:
Semua tentangmu menarik.

Someone over there:
Aku tertidur. Aku lelah sekali.

Jkrt, 151114


 


Thursday, November 13, 2014

Benarkah Kita Ingin Kembali Ke Masa Lalu?



  "Dunia akan hancur, Ah!"


Namanya Pluto. Aku yang menamakannya, dia terima begitu saja. "Apapun darimu, aku suka." gombalnya kesekian kali yang pula ku(coba) hiraukan berjuta-juta kali. Dia lelaki tampan dengan banyak sangsi dariku. Cerewet. Humoris menjurus narsis. Ada luka garis panjang di pelipisnya, itu keren menurutku. Dia teman, teman kecil yang amat besar di mataku. Dia ada di sini, tak jauh dariku.

*

"Dunia ini bermasalah kan, Plu?" tanyaku berhasil menarik pandangan Pluto. Dia sibuk mengurusi telunjuknya yang kesusupan serbuk kayu saat membuat figura. Aku kesal menunggu jawabannya yang lama. "Jawab dong!"

Plu meringis meniupi telunjuknya. Dia berteriak ketika tiga batu kecil mendarat tepat di kepalanya. "Auw! Auw! Auw!" dia mendatangiku sambil mengusap-usap kepala. "Iya, Iyus. Dunia ini bermasalah, sangat malah. Karena ada seorang perempuan cantik yang hobi melempar batu ke teman tampannya." Dia bersungut memasang wajah galak, aku tergelak. Dia Pluto, aku Merkurius. Sayangnya, dia memanggilku 'Iyus' itu aneh sekali dan aku...menerimanya. Kesepakatan bodoh.

"Aku serius. Selain karena tak ada es krim gratis di dunia ini, juga terlalu banyak manusia yang ingin kembali ke masa lalu. Dunia ini diambang kehancuran."

Semilir angin menerpa wajahku. Pantai sejuk tapi panas. Di bawah lindungan pepohonan aku memandang jauh ke pantai lepas. Ini hal yang serius sekali bagiku. Hanya pada Plu aku ingin membaginya, karena dia dan aku....aneh! Jadi tak ada lagi kerutan-kerutan di dahi saat kami membicarakan suatu perkara, apa saja. 

Aku melanjutkan keluh, "Kamu tahu, Plu, kalimat 'aku ingin kembali ke masa lalu' penuh bertengger di setiap sosial media yang aku punya. Kalau aku ibu hamil, mungkin aku sudah muntah-muntah melihatnya." Plu mendengarkan dengan serius kali ini, aku sedikit lega. "Untuk apa sih kita kembali ke masa lalu? Emang bisa? Trus kalo bisa mereka mau ngapain? Trus-"

"Ehemm, sebenarnya aku juga, aku ingin kembali ke masa lalu dan melihat bagaimana kamu blepotan makan es krim dan hanya mengenakan can-" Tiga butir batu mematahkan ocehan Plu. Ah, aku tertipu, dia belum menjadi Plu yang serius. Dia meringis lagi.

"Plu, lihat batu-batu ini? Aku takkan segan melemparkan semuanya ke kamu!"

"Dunia ini bermasalah, Iyus. Aku sepakat denganmu. Mari kita bicara baik-baik dan biarkan aku duduk di sampingmu." Pluto menempati sisi kosong dan menyender di batang pohon, tepat di sisiku. "Iyus," suara Plu menegas. "Mereka bukan ingin kembali ke masa lalu karena masa lalu itu sendiri."

Aku menegakkan sandaran. Plu serius sekali, aku membatin dan tersenyum kecil. "Tuan Pluto, tolong jelaskan lebih lanjut!" perintahku. Plu memonyongkan mulutnya.

"Begini, Nona Iyus. Hari ini aku mengatakan cinta padamu, tapi kamu menolaknya dan mulai menjauhiku. Kita tak sedekat ini lagi. Kita tak lagi saling bicara. Kamu menghindariku karena kamu risih dengan pernyataan cintaku. Nah, saat itulah aku berpikir, 'Tuhan, kembalikan aku ke masa lalu, dimana aku bisa bermain bersama Iyus lagi, berbincang banyak hal, makan es krim bareng, ketawa bareng, tak apalah dia tak tahu aku mencintainya asalkan dia tetap menjadi temanku.' NAH!" Plu menepuk pundakku dan tertawa kencang. "Hahahahahaha, matamu hampir keluar. Hahahaha..."

"Pluuuuuuuuuuuuuu!!!"

Plu berhenti tertawa. Dia melanjutkan penjelasannya sembari mengusap lengannya yang telah dihujani cubitanku. "Tadi aku hanya ingin ambil nafas, Iyus." aku mendelik, "Okeh, aku lanjutin. Nah, aku ingin kembali ke masa lalu bukan karena masa lalu itu indah. Tapi, karena aku tak bisa menghadapi 'ketidakindahan' yang ada di masa sekarang. Yah, ini soal kesanggupan."

"Maksudmu, sejelek apapun masa sekarang, kalau kita sanggup menghadapinya, kita tidak akan meminta kembali ke masa lalu?" tanyaku.

"Tepat sekali. Sekalipun masa lalu itu sangat indah."

Aku terdiam, mencoba merenungi.

"Itu artinya, hanya orang-orang lemah yang ingin kembali ke masa lalu?"

"Itu manusiawi, Iyus. Seberapa banyak pun orang yang ingin kembali ke masa lalu, itu hanya menjadi hitungan kalimat penenang diri. Takkan ada yang pernah bisa kembali. Jadi kamu tenang saja, dunia tidak akan hancur." Plu berdiri, melangkah menuju pantai.

"Tapi, Plu..." seruku. Plu berbalik. "Analogimu. Aku tak suka. Aku pikir dunia sangat bermasalah sekarang, karena kamu menjadikan kita analogi yang buruk. Kau dengar, Plu?!"

Pantai menggelar ombak. Plu memainkan kakinya di pasir, sementara giginya sibuk mecoba mengeluarkan serbuk kayu yang masih menempel di telunjuknya. Kini aku ada di sampingnya. Aku terlihat semakin kerdil, Plu... dia besar ah, maksudku tinggi sekali. 

"Apalagi yang kamu risaukan, Nona Iyus?"

Aku tersenyum manis pada Plu. Aku rentangkan tangan membiarkan angin pantai memelukku dengan bebas. Sebentar lagi sahabat kami akan datang, senja. Nanti, di jalan pulang, aku akan katakan pada Plu bahwa dunia akan baik-baik saja selama dia selalu ada di sampingku.

*

"Ayo pulang!"

"Plu..."

"Apa?"

"Ehmm,"

"Kenapa? Dunia akan hancur lagi?"

"Iya. Tapi dunia akan baik-baik saja kalau-"

"..."

"-kalau kamu membelikanku es krim. Setiap hari."


Kami berpamitan pada langit, setelah senja pulang lebih dahulu. Plu mengangguk saja, bukan karena takut dunia akan hancur, tapi hari sudah gelap dan ibuku akan mengomelinya jika memulangkanku setelat ini. Rencanaku gagal. Aku tak bisa mengatakannya. Tak mengapa, selama kalian tahu apa yang aku rasa, aku punya keyakinan kalian akan membocorkannya pada Plu. Suatu hari nanti.


Jkrt, 141114

Suatu Siang yang Terik


Ada seorang wanita, di antara
pakaian yang dijemurnya,
tetiba ingat cinta.

Alangkah hebat, di tiap waktu
yang tak terduga
cinta bisa melesap.

Sejengkal, 
sehasta, sepenuh-penuhnya.

Pakaiannya belum kering benar, 
beberapa waktu kemudian.

Tapi, cinta
nampak hangus terbakar kerinduan.

Aneh.

Jkrt, 141114

Saturday, November 8, 2014

Pesan dari Ujung Dermaga


Jika,

Jika ingin datang, datanglah dengan sungguh
seperti lari para pekerja
menuju kereta 

Jika ingin datang, datanglah dengan suka
seperti bulan merah yang meniada
gelap dengan cahaya

Jika ingin datang, datanglah dengan segera
seperti aku telah sampai di dermaga
sedang kapal hanyalah singgah.


Jkrt, 091014