Wednesday, March 28, 2012

Saya dan Pujangga Kedelapan

Bismillahirrahmaanirrahiim.

Apakah anda bahagia? 

Tanya ustad Muzakkir pada adik-adik yang sedang bekerja. Selintas mereka kaget dengan pertanyaan yang kurang akrab didengar, biasanya sapa yang paling umum adalah apa kabar? Tapi kali ini seseorang bertanya tentang kebahagiaaan, suasana hati yang anehnya jadi abstrak dirasa. Entah karena kaget atau memang tidak dihiraukan sebelumnya.

Ehm bahagia ustad, jawab mereka sambil nyengir kuda. Padahal sebelumnya  seribu macam keluhan terlontar seperti orang demo.

#

Sekarang saya ingin bertanya, Apakah anda bahagia? Apakah saya bahagia? Apakah kamu bahagia?


: Saya Bahagia! Karena saya memilih untuk bahagia.

Itulah jawaban saya, bagaimana dengan anda?

#

Tadi hanya intro saja, membicarakan kebahagiaan agar melahirkan kebahagiaan. Izinkan saya menularkan kebahagiaan saya pada anda. :))

cerpen pertama yang dimuat di Harian Fajar Makassar
Tanggal 18 Maret 2012, hari kelahiran cerpen saya di media koran. Saya bahagia karena ini. Tapi terlepas itu, saya lebih bahagia ketika menyadari saya urung menyerah setelah berapa kali mengalami penolakan. Kalau dihitung-hitung, mungkin banyak kali saya mengirim dan menengok email masuk yang mati pemberitaan atau balasan dari redaksi.

Di akhir Februari, saya katakan pada Umi, "Saya mau bikin cerpen. Dan harus hari ini juga dikirim." Mulailah saya menulis, entah mengapa istilah 'keturunan delapan' selalu muncul di benak saya. Ada apa dengan keturunan delapan? Apakah saya akan membahas tentang seseorang yang sesungguhnya keturunan bangsawan namun karena dia keturunan kedelapan akhirnya jauh dari harapan? 

Tulis. Hapus. Tulis. Hapus.

Saya mulai gerah. Umi menyarankan untuk istirahat. Tapi saya kembali menulis, membiarkan otak bekerja...mengolah imajinasi, melakukan proses kreatif. Keturunan saya ganti menjadi Pujangga. Puisi-puisi Rendra menjadi potongan2 yang menolong, saya memulai bermain dengan kata. Lagi.

Diselingi makan, ke kamar mandi dan tak alpa kewajiban shalat, saya benar-benar menulis. Fokus menulis. Sambil bergumam, "Harus jadi, harus jadi, harus jadi..."

#

Dan jadi. Saat itu maghrib, cerpen saya terbang riang ke email redaksi Fajar. 

#

Seperti saat saya mengirim puisi dan akhirnya dimuat, pada cerpen ini pun saya sudah yakin 99,99 % akan dimuat. Kenapa? Tidak tahu. Saya merasa memiliki ke-narsis-an yang baik. Maka ketika 2 minggu berlalu tanpa kabar kejelasan cerpen saya, putus-asa sempat menyapa. Tersisa harapan saya pada 2 minggu akhir maret. Pasti dimuat! (masih narsis)

#

Dan dimuat. Saat itu siang hari, bukan dari email kabar gembira itu datang. Melainkan langsung dari mulut Redaktur Budaya, Pak Basri yang menjadi pemateri dalam pelatihan menulis di pesantren.

#





Saya setuju comment ka Ophy tempo hari, langkah awal yang saya jalani itu terasa sangat berat. Bila saya seorang laki-laki yang berulang kali ditolak pinangannya, mungkin berakhir pada lajang lapuk atau jomblo garing karena putus asa.

Tapi saya lebih memilih menjadi Thomas Alfa Edison, tak berhenti untuk mencoba. Sampai cahaya itu datang.

#

Lalu apa hubungan Kebahagiaan dengan Pujangga Kedelapan?

Teman....

Kebahagiaan adalah pilihan, Pujangga kedelapan adalah perjuangan. Kedua-duanya saling mengisi, bahwa dalam hidup kita akan selalu memilih dan dituntut untuk memperjuangkannya. Jangan ceraikan keduanya. 

#

*Saya memilih untuk menjadi penulis. Lekas saya dalam perjuangan. . .



Marsyah Keempat

Bismillahirrahmaanirrahiim.


Tanpa melihat jam saya tahu dimana keberadaan waktu sekarang, ehm...tepat jam satu malam. Kenapa bisa? Karena ini adalah kali kedua saya mendengar suara tiang yang dipukul, menjelma bebas menjadi bel bagi manusia malam seperti saya. Dimulai dari jam 12, Sang Satpam akan memukulnya berulang-ulang tiap pergantian jam. Hehe, jadi kala malam tanpa jam saya tetap sadar waktu.

#

Saya tidak sedang galau, lalu membuat note ini. Tidak, saya baik-baik saja kok. Hanya saja, saya sedang lapar sangat. Pada dasarnya saya omnivora, pemakan segalanya, kecuali; pete, jengkol, terong, ikan asin, oncom, hati daging, kambing yang berbau, ayam mati kemarin, ikan tewas karena potas, bebek yang tertabrak motor bebek, juga daging burung bekas tabrakan dengan pesawat. Masih banyak lagi. :))

Sesungguhnya, satu yang menyebabkan saya sekarat lapar. Yaitu: Tahu. Bukan saya tidak suka, tapi perut saya seperti memiliki dendam kesumat sehingga menolak kehadiran makanan satu ini. So, bukan niat saya pilih-pilih kasiaaaan...

Lupakan di atas, cukup mengingat satu hal; belajarlah berdamai pada semua jenis makanan ketika lapar. Jika tidak, masalamah pada ketenangan. Merengut; LAPAR! (suara hati)

#

Yap, pengalihan isu lapar ke topik lain.

Si Preman Rumah

Yang di atas, namanya Muhammad Abdullah Azzam. Adik saya, pas banget lahir setelah saya, kalau tidak hilang sudah point kebanggaan melawan dia. "Gue kakak-Lo tuh adik!"  (^_^)v

Males juga sih bahas ini anak, masalahnya yang diinget cuma masa-masa 'peperangan' juga 'pemboikotan massal' selebihnya 'pergulatan kecil-kecilan' haha, ampun dah.

Mama ngidam apa sih punya anak kayak gitu?

Kalo kesel udah di puncak, yah pertanyaaan di atas jadi peluru. Nggak tahu kenapa, adik saya yang satu ini ngeselinnya minta ampun. Punya hoby kok bikin nangis kakak sama adiknya setiap hari. Bawel pula, mengalahkan ibu penjual jamu yang sering teriak-teriak di depan rumah.

Yang namanya berantem, sudah semua tanding sama dia. Kalah-menang, selalu berujung tangisan, karena cuman itu yang bisa bikin kelar. Ibaratnya, visi dia hidup adalah mengeluarkan air mata saudara sebanyak-banyaknya. Ckckck

#

Sebenarnya saya mau nulis yang baik-baik, tapi, aduh gimana yah? Berat banget...hehehe

#

Azzam, akibat lidah Jakarta, akhirnya dipanggil Ajam. Biasa diplesetkan 'Kojam' kadang juga 'Kejam' seperti sifatnya. 
Lucunya nih anak, bersikap macam preman kampung cuma di rumah doang, kalo di luar main sama teman-temannya usut punya usut nggak jauh beda dengan anak bawang. Taringnya disimpan sampai masuk pintu rumah. Pembalasan dendam, mungkin.

Kata mama, efek minoritas laki-laki di rumahlah (4 cowok VS 8 perempuan) yang menularkan kebawelan pada cowok satu ini. Gengsinya yang tinggi, memaksa dia untuk terus melawan ribuan peluru kata dari cewek2 yang tiada habisnya. Ah, saya agak tersinggung untuk yang satu ini. :(( Tapi, iya juga sih.

#

Selain ngeselin, bawel, Ajam juga penakut. Sebagai seorang lelaki bagaimana bisa dia orang yang paling pertama lari kalo ada hal-hal aneh. Mau cabut gigi ajah di puskesmas harus diajarkan segala tetek-bengeknya, sampai cara masuk ke ruang dokter. "Nanti masuknya bagaimana mak, Ajam ngomong apa, kartunya ditaruh dimana, siapa yang dikasih, blablabla." (geleng2 kepala)

Oia, mau tau binatang yang paling dia takuti? Bukan singa apalagi ular. Tapi, ULAT. Taringnya tumpul kalo sudah berhadapan dengan ulat. Takut plus jijiknya minta ampun. Lumayan juga sih, kalo lagi bete yah teriakin ajah si Ajam, "Awas...ulat di baju lu!" Sontak dia keleper-keleper ketakutan sambil teriak "Mana, dimana, mana, ambilin dong!!!" Haha, macam Ayu Ting2.

#

Apalagi yah, banyak banget deh jeleknya tuh anak. Busyet, kok dari tadi ngomongin yang jeleknya terus yah, astaghfirullah...jelek-jelek gitu si Ajam kan adik saya. *mulai deh

Dia sekarang kelas 3 SMK, punya hobi utak-atik barang elektronik, pintar bongkar gagal mengembalikan. Kurang-lebih gitu. Sekarang berkecimpung di dunia listrik karena jurusan yang diambilnya Instalasi Listrik. Kulitnya cukup putih klo nongkrong sama teman2nya, tapi kalo di rumah harus diakui dia paling hitam. Pengikut bapak satu-satunya. Hha, hati-hati kesetrum Jam, bisa-bisa tambah.....*sensor*

Tapi harus saya akui dia jago membuat sesuatu dari tanah liat. Berapa kali karyanya menimbulkan decak kagum orang rumah, pernah kejadian salah satu miniatur miliknya jatuh dan rusak. Demi kebaikan bersama, atas ide mama juga sih, kami sepakat mengatakan itu salah kucing. Menyelamatkan adik saya yang ketakutan kena marah, wong Ajam suka banget sama tuh karyanya yang patah-patah. Hehe.

#

Sebenarnya, walau riwayat berantem kami paling banyak, tapi kami pernah dalam satu perjuangan. Yah, saat harus sekolah di pesantren. Memang benar ungkapan, di saat mendesak kita akan saling bahu-membahu untuk bertahan meski berstatus saling benci sekalipun. Itulah yang terjadi. Semua keluarga ada di Jakarta, hanya ada saya dan dia di tempat asing. Anak rantau. Kalo butuh apa-apa, kami saling mencari. Saling menanyakan keadaan, saling bertanya keuangan, saling bertanya keinginan juga saling menyimpan kerinduan.

Kali pertama kami menanggalkan keegoisan, "Eh masih ada uang lu gak?" atau "Nih, uang buat lu." kalimat2 yang sebelumnya haram diucapkan. 

Kadang di asrama, saya mikir Ajam sehat gak yah, kelaparan apa tidak, sudah punya teman atau belum, juga kekhawatiran lain yang sebelumnya mana pernah saya rasakan. Aneh tapi nyata. Tapi begitulah faktanya, ikatan darah tidak serta-merta terputus hanya karena kejengkelan sedikit ataupun kebencian banyak. Saudara yah saudara. Dekat saling ngeledek, jauh saling merindu. Harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar. Karena itulah saya sekarang. 

#


Saya berharap sih dia dapat menggapai semua cita-citanya, setinggi-tingginya, setinggi badan dia yang alamak seperti tiang listrik. Padahal dulu sebelum pindah dari Jakarta kami saling membandingkan tinggi, sayangnya kemenangan 5 cm milik saya berakhir setelah melihat foto di atas. Cowok kok enak banget yah pertumbuhannya, menjulang ke atas. Saya...*Ups sensor lagi.

#

Satu hal saya lupa, Ajam tidak memakai 'Marsyah' di belakang namanya. Hanya dia seorang. Bukan karena dia anak pungut seperti ejekan masa kecil, tapi mama kasian klo nama panjangnya ditambahkan lagi dengan 'Marsyah', bisa-bisa saat Ujian Nasional habis waktu lantaran dia kecapean menghitamkan kolum nama. hehehe

#

Sorry Jam, kalo tentang lo lebih banyak jeleknya dari pada bagusnya. Kakak lu satu ini hanya mencoba untuk jujur, wkwkwkw *Juskid :p

Oia, jangan sakit yang aneh-aneh lagi yah. Kasian banget dengernya, semoga tidak terulang. Take care, bro!

#

Muhammad Abdullah Azzam: Diambil dari nama tokoh utama Penggerak jihad dan Pergerakan Islam di Afganistan. Pemberian dari kakek.



Monday, March 26, 2012

Kita Sebut Apa Diri Kita?

Bismillahirrahmaanirrahiim.

KITA SEBUT APA DIRI KITA? Lima tahun, kurang lebih itulah angka yang telah kita lewati di jalan masing-masing. Meninggalkan rok biru, menjemput abu-abu, lalu… memasuki dunia ‘semau gue’; Tak perlu takut tak menyisipkan baju di dalam rok, gesper hitam yang melilit di pinggang, atau kaus kaki putih panjang setinggi betis. Kita meninggalkan itu semua, seperti kupu-kupu meninggalkan cangkang kepompong. Inilah metamorfosa diri kita…

#

Menjajaki kisah kemarin artinya mengurai kembali cerita kita. Menanggalkan keegoisan ‘masa kini’ dengan segala kesibukan untuk duduk di meja kita yang berdekatan, menghadap papan tulis seakan serius menyimak sementara earphone di telinga adalah titik focus yang utama. Keakraban terjalin karena bangku-bangku bertetangga, serupa genk tanpa nama.

#
Kita takluk pada waktu, membiarkan kuasanya untuk menarik kita saling menjauh. Mematahkan sendiri janji kecil kita untuk selalu bersama, walau pada hakikatnya ini bukan sebuah pengingkaran yang dengan sengaja kita lakukan. Kita boleh saja berencana tapi tetaplah Tuhan menjadi Hakim Penentu Segalanya.

#

Baiklah, mari bicarakan ‘kita’ tanpa ‘saya’ karena yang sedang merindu itu saya. Biarlah semua tentang kalian… kupu-kupu yang terbang dan hinggap di bunga dan taman berbeda.

Haryanti, meski sempat lost contact tapi dunia berpihak pada kita untuk bertemu di dunia lain….ups, dunia maya maksudnya. Meski hanya mengeja sebagian dari dirimu saat ini di layar kaca computer, it’s ok, perubahan selalu ada tapi mae yang baik hati dan friendly tetap tergambar di sana.

Devi, dimana? Dimana? Dimana? Lima tahun tanpa sekali pun bersua, Oh God! Selalu ada yang special tentang kamu, Devi yang pemalu, tidak banyak bicara, sabar mendengarkan, cepat nangis secepat itu pula tertawa, cewek anti pacaran yang hebatnya kamu memutuskan untuk nikah muda!!! (salut) yah…. itulah dirimu, selalu special. Semoga Allah mempertemukan kita di hari yang special.

Ina, apa kabar bandung? Kota cantik untuk cewek secantik kamu, itukah takdir? Hehe, you’re the best friend I ever had. Kembalilah ke ONSIT, ke tempat duduk kita yang selalu berdampingan. Mengerjakan PR bersama dan dihukum pun bersama. Masih adakah buku lagu milikmu yang setia menemani kita di jam istirahat, bernyanyi gak jelas, sampai-sampai bel bunyi tak kita sadari? Is it still in your memory?

#

Last, I live in hopes. Dan semua harapan berujung pada kalian, berkumpul bersama di kantin yang penuh sesak dan akhirnya lebih memilih berdiri di pinggir jalan. Tertawa.

#
Ketika Tuhan memepertemukan kita kembali…. Kita sebut apa diri kita?
#

By: Sparkling Autumn
December sweetiest, all of great memories

Thursday, March 22, 2012

Homework [1]

Bismillahirrahmaanirrahiim.


Sebelum saya lupa bahwa My Blogmate Dynda Putri Saida memberikan PR yang mesti saya jawab. Hehehe

Terima kasih sudah men-tag saya, Insya Allah akan saya jawab pertanyaannya dengan jujur. :)


Saya tidak tahu, apakah ini sebuah permainan berantai atau bukan, tapi lucu juga untuk diikuti. Baiklah, saya akan jawab pertanyaan di bawah ini:


And the answers are...


1. 12 hal yang mengesankan untuk saya. . .
  1. Cowok yang cerdas tanpa kehilangan selera humornya selalu mengesankan buat saya (hehe, blm apa2 udah cowok ajha ditulis)
  2. Tulisan/Essay/Cerpen/Puisi yang ringan tapi bermakna.
  3. Buku-buku yang terpajang di toko buku.
  4. Dibelikan es krim, dihadiahkan minyak gosok.
  5. Saat Yongky dan Lionel Messi mencetak gol.
  6. Bersama mama, adik dan kakak menyanyikan lagu lawas menjelang maghrib, membuat orang-orang yang lewat depan rumah keheranan.
  7. Dipercaya.
  8. Diingatkan oleh teman ketika salah melangkah.
  9. Diskusi bersama orang yang paham sastra.
  10. Mendengar lantunan Al-quran sampai merinding.
  11. Mendatangi tempat yang belum pernah saya kunjungi.
  12. Dimarahi yang membuat sadar. Bukan sekedar dimarahi tanpa solusi. (Ayo silahkan marahi saya) hehehe

Baiklah, untuk pertanyaan berikutnya akan saya jawab nanti. Saya tidak ingin cepat-cepat mengakhiri, menjadi bersambung lebih romantis bukan....(lebay)

Monday, March 5, 2012

Marsyah Kesembilan

Bismillahirrahmaanirrahiim.

Nge-blog di subuh hari, ckckck. . . pengalaman baru yang sekarang sedang saya jalankan. Oh, curi-curi kesempatan untuk rehat sejenak dari tuntutan makalah yang gak ada habisnya dibaca. Tugas naskah drama hanya memerlukan sentuhan ending, dan. . .selesai.

Sebelum makan malam tadi, saya minum kopi secangkir (kecil) tidak banyak-banyak amat sih. Tapi efeknya ajaib, mata saya tahan menantang komputer berjam-jam lamanya. Sesekali menguap, tapi hanya sampai disitu, seperti ada perintah rahasia entah dari organ mana, sepertinya mereka berkomplot untuk membuat saya tidak tidur. Wah, lain kali harus hati-hati nih. . .

#

Ngebahas apa yah?

Oia, bahas bocah mungil di bawah ini aja deh.


Namanya Adibah Ash-Shiddiqah Marsyah, tapi karena kesalahan cetak di akte kelahiran berubah menjadi Adibah Ash-Shiddigoh Marsyah. Nggak bertanggung jawab tuh yang nulis, emang dia nggak tau apa kalo  satu huruf ajha salah bisa beda arti. (lho kok jadi marah2)

Panggilannya 'Abah', dia adik saya yang keenam (jangan kaget), anak kesembilan (silahkan kaget) dari sepuluh bersaudara (Nggak pingsan kan?), di umur 2 tahun gelar bungsu miliknya mau tak mau diserahkan pada adiknya yang hadir tiba-tiba (lebay). Abah pun menjadi seorang kakak.

Abah;

Perawakannya kecil, matanya bello, rambut tipis tapi masih bisa dikucir, cantik, hidungnya mancung ke kiri dan ke kanan (hehehe), kulitnya putih (ini keturunan cez, narsis euy), yang terpenting adik saya satu ini...PINTAR.

Kata mama, dilihat dari gestur wajah Abah mirip Asiah (adikku yang lain) tapi usut punya usut otaknya tuh keturunan saya (ehm2). Di umur dua tahun, abah bisa menghafal kosa kata bahasa inggris walau belum fasih-fasih banget. Tapi ini sudah sebuah tanda-tanda, di saat bayi seumurannya sibuk dengan empeng atau dot, abah malah diajarkan bahasa inggris oleh kakak-kakaknya.

Tenang pemirsa,

Kami tidak merampas masa kanak-kanak Abah, dia tetap bermain, tidak dilarang menangis atau pup, beginilah cara kami mengajarnya:

Hari ini,
Kami: Bah, bahasa inggrisnya kaki 'Fit'(Feet), coba ulang? Apa Bah?
Abah: Pit
Kami: Coba ulang lagi?
Abah: Diem.
Kami: Bahasa inggrisnya kaki (sambil menunjuk kakinya) yaitu 'Fit'. Apa coba?
Abah: Fit
Kami: Pinter.

Esoknya kami ulang lagi, kalau dia bisa jawab kami tambah kosa kata baru. Kalau tidak, yah kami ulang terus sampai dia hafal tapi tetep tidak dipaksa, Abah justru kelihatan seneng kalo bisa menjawab apalagi ditambah tepuk tangan serta pujian yang hiperbola dari kami semua. Hehehe

Setiap hari berulang, dari Feet, Hand, House, Cake, Eye, Hair, Mouth, Cat, Fish, Finger bla...bla...bla.

Setiap ada teman, tamu, atau keluarga maka Abah menjadi Maskot yang perlu dipertontonkan (ngelanggar HAM gak yah?) Bahasa inggrisnya kue apa, Bah? Abah? Apa dek...? Sepi. Sunyi. Eh, si Abah malah ngumpet di belakang mama, sementara kami nyengir asem, bahasa kerennya kecele abiss. Ternyata, Si Abah jago kandang tapi pemalu di depan orang lain. Saya yakin untuk yang ini pasti remah-remah keturunan dari Azzam, preman rumahan.

#

Jadi kangen sama Abah. . .T_T

#

Semua tentang Abah yang saya ceritakan di atas, adalah Abah dua tahun yang lalu saudara. Berarti Abah sekarang sudah berusia empat tahun, mungkinkah sekarang tubuhnya meninggi, rambutnya bertambah dan bisa dikepang, matanya makin bello, hidungnya sempurna mancung ke depan, semakin putih dan semakin. . ...PINTAR?

Saya tidak tahu.

Dua tahun lamanya saya tidak bertemu dia. Hanya sesekali mendengar suaranya yang 'cempreng' melalui telepon. Padahal, ketika saya di Jakarta dia menjadi adik kesayangan. Saya yang mendapat kehormatan memberikan nama untuknya, karena di hari kelahirannya saya masih dalam perantauan. Dia masih ingat saya nggak yah?

Saya tidak tahu.

Apakah dia benar-benar menjadi 'iis kedua' seperti yang diceritakan kakakku? Apakah dia masih pandai menghafal vocabulary? Apakah dia masih suka ngumpet-ngumpet berdandan? Apakah dia tetap cantik? Apakah dia tumbuh dan berkembang dengan baik? Apakah dia masih suka bernyanyi?

Ah, saya tidak tahu.

#

Kakak sayang kamu, Abah. Love you, pulllllll.....

#

Marsyah Kesembilan: Adibah Ash-Shiddiqah Marsyah = Wanita yang beradab lagi jujur.







Sunday, March 4, 2012

Doa [1]

Bismillahirrahmaanirrahiim.

Malam ini saya ingin berdoa agar diberikan kekuatan seperti Cheko Wynee, kecerdasan seperti Dibah Ashri, sikap yang bertanggung jawab seperti K Asma Syam M, sikap kritis seperti Reski Sululing, rasa humor yang tinggi seperti Taryanti Kangen Chir, kesabaran seperti K Mursyidah Mesra, dan kesuksesan seperti K Raidah Intizar Yusuf. . .
Yang pintar masak seperti Fakhirah Riska Selfianty, dan diberikan kedewasaan berpikir seperti K IRa Lumut.

#Amiin. :):):)

Friday, March 2, 2012

Episode Terakhir di Baruga Tercinta

Bismillahirrahmaanirrahiim.


Dulu, di atas tanah itu berdiri pos yang bertahun-tahun lamanya menemani pohon-pohon mangga. Ibarat kupu-kupu, Pos meninggalkan cangkangnya, berubah menjadi sebuah Baruga yang lebih luas dan sedikit elit.

Namun,

Baruga, telah dibongkar hari ini. Kelak akan terbangun Food Court, katanya. Banyak kenangan yang tercipta di Baruga meski umurnya tidak sampai 3 tahun. Pembahasan mengalir, tentang ini-itu, bahwasanya tempat serba guna itu akhirnya akan menjelma menjadi kenangan. Hah, perubahan itu keniscayaan. Menolak perubahan dalam kebaikan, yah sama saja meninggalkan diri sendiri di tempat terbelakang. *sighing

##


#


#


#

Selamat tinggal Baruga,,,,,,

Thursday, March 1, 2012

Kekalahan dan Penerimaan

Bismillahirrahmaanirrahiim.





Malam ini,


Indonesia kalah telak dari Bahrain dengan puas membuat telur ceplok di kandang sendiri. Dan dibantai habis-habisan oleh lawan, 10 poin mereka bawa pulang.


Sungguh menyakitkan mendengarnya, berhubung saya sendiri tidak sempat menyaksikan laga ini, rasa sakit saya hanya sekedar nyeri di pelipis saja. Pening. Mungkin lain cerita jika saya berada di depan TV tadi, tangan saya bakalan keringat dingin, perut mulas, kaki gatal -karena tidak tahan melihat gawang yang tak pernah sepi dari tamu-tamu bundar- selalu ingin pergi ke kamar mandi hanya sekedar cuci muka. Terkadang pada tingkat kekhawatiran yang akut, saya akan masuk kamar, berkemul dengan selimut sambil menitikkan air mata juga merapal doa berharap ada keajaiban pemain TimNas bertukar roh dengan Messi, CR7, Fabregas, Rooney, Ronaldo untuk sementara saja. 

Ah.... jawabannya bisa ketebak, semua takkan prnah terjadi. 

Menghadapi kekalahan teramat sulit yah, apalagi kalo sebelumnya prediksi-prediksi, asa-asa, komentar-komentar, bergulir lincah membuat aroma pertandingan semakin kental. 

Saya ingat saat masih kecil, ketika memainkan permainan yang sifatnya team, tanpa bisa menahan diri selalu saja ada yang harus dipersalahkan dalam kekalahan. Gara-gara si A tidak serius, si B yang gagal terus, atau C nggak semangat mainnya. Padahal kalo yang namanya Team, kalah-menang yah milik bersama.


Berikut beberapa status mengenai kekalahan TimNas 0-10 dr Bahrain, beragam, sesuai dengan penerimaan pribadi masing-masing...

Sparkling Autumn (saya sendiri) :
Selamat Indonesia, lain kali tambah satu angka lagi jadi 11 agar selaras dengan kesebelasan kita yang 0 berputar-putar di lingkaran, nggak tau ujung pangkalnya. Tapi saya tdk akan berkhianat mninggalkanmu, i'm support you until..? i dont know when...
Zulkarnain Zr:
hahai, mentang-mentang habiz jam 10, indo menang 10-0...
xixix
Raihana Smile:
Pertandingan berakhir.....
Untuk pertama kalinya....
Pertandingan indonesia mendapat kekalahan sebesar ini
10-0.......!???
Hahah.....
Sungguh talliwa'......
Andi Muflih Sohib Launun:
10-0 selamat buat bahrian, dan semangat buat timnas, y mash perlu bnyak brbnah.
Uphy Urfiana:
Tetap mendukung TIMNAS apapun yg terjadi, dan mengutuk org2 yang menjadikanx seperti sekarang ini -,-
 Marwan Chamak
''indonesia bru bsa juara klau pelatihnya d ganti sm pep guardiola''
### 
(Sebelas Patriot, Andrea Hirata)
“…. Indonesia, bangsaku, bagaimanapun keadaannya, adalah tanah mutiara dimana aku telah dilahirkan. Indonesia adalah tangis tawaku, putih tulangku, merah darahku, dan indung nasibku. Tak ada yang lebih layak kuberikan bagi bangsaku selain cinta, dan takkan kubiarkan lagi apapun menodai cinta itu, tidak juga karena ulah para koruptur yang merajalela, biarlah kalau tidur mereka didatangi kuntilanak sumpah pocong.”
 
###
 

"Seni menerima kekalahan adalah  mengakui pembelajaran masih terus berjalan. Karena Cinta, kita tetap mendukung TimNas Indonesia."