Friday, September 28, 2012

Hati-Hati Dengan Hati

"Ada apa dengan hati, kak?"

"Berhati-hati saja." 

"Apakah kak?"

"Tidak ada hubungan yang murni antara wanita dan pria. Maka saya katakan hati-hati dengan hati."

"Ada yang salah kah?"

"Saya tidak mengatakan bahwa ada yang salah. Saya hanya menyarankan untuk berhati-hati dengan hati. Hanya itu." 

"Ini hanya masalah waktu, kak." 

"Ehm, bukan. Ini masalah hati."

"Saya hanya berteman!"

"Memang, tapi pertemanan bisa menjadi awal. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. So, hati-hati dengan hati."

"Maksudnya?"

"Spontanitas yang tak disadari. Contoh, ketika satu sama lain tidak ada kabar, pasti akan mencari. Adanya sikap yang tidak ingin ada yang marah. Sikap bahagia yang sudah tidak pada tempatnya ketika membahasnya. Intensitas penyebutan nama yang terlalu sering. Sekali lagi, hati-hati dengan hati. Saya hanya mengingatkan saja, semua akan terasa ketika sudah tidak ada."

"Hahaha, saya hanya berteman. Suatu saat dia akan melupakan saya dan sebaliknya. Waktu yang akan menjawab."

"Justru kita tidak tahu apa yang akan dijawab oleh waktu, makanya hati-hati dari sekarang. Hehehe"

"Jadi saya harus memutuskan pertemanan begitu?"

"Memanage hati lebih tepatnya."

"Ehm, sudahlah membicarakan teori. Kita lihat aksinya saja."

"Aksi tanpa bantuan teori bisa salah jalur. Oia, sudah deh saya mau tidur."

"Oh Iya. Saya juga."


HATI-HATI DENGAN HATI!

^_^y



Friday, September 14, 2012

Levitasium Aramiis

Ketika saya tidak tahu, saya dicecar. 
Semakin dicecar, saya tertekan. 
Semakin tertekan, saya ingin lari. 
Semakin saya ingin lari, saya diam. 
Dalam diam, saya menikmati kontemplasi panjang.
Ternyata, saya hanya perlu BELAJAR untuk menciptakan alur yg indah. 
Bukan pada ketidaktahuan yang berujung dalam diam keapatisan.

*Semangat!!! ^^
Kembali menumbuhkan semangat belajar. Ilmu Allah amatlah luas. yayaya :)

Tuesday, September 11, 2012

Who Am I ?

Suatu saat nanti. saya akan sulit mengenal diri saya sesungguhnya. 

Apakah...

Aisyah Istiqomah Marsyah

atau


atau


atau



???

Namun, saya akan terus belajar. Mengenal jati diri saya. Menjadi apa adanya.
Bukan sebagai perempuan banyak nama atau tanpa nama.
Tetapi perempuan atas nama 

. . .


Monday, September 10, 2012

Sebuah Puisi Lagu

LAGU ARAM


Aku ingin menjadi sebuah lagu saja. 
Jika kamu tak mampu membaca diriku.

Aku akan menemanimu dalam setiap alunan. Parau suaramu.
Dalam harmoni.

Aku adalah...
Lagu yang diciptakan oleh kehidupan. Untukmu.
Tapi bukan untuk dimiliki. Olehmu.

Aku adalah...

Na...na...na... La...la...la...



11/9/12

Sunday, September 9, 2012

Ingin Cerita Tentang Longmarch

  . . .

Tapi saya lelah. 
Lelah sangat. 
Raga dan pikiran. 
Semoga esok bisa. 
Semoga esok kembali segar. 
Raga dan pikiran.
 Semoga. ^^

Friday, September 7, 2012

Katanya

Pernah ada percakapan (kurang-lebih) seperti ini:

D: Kayaknya elu punya penggemar rahasia deh Is.
A: Maksudnya?
D: Yah, setiap gue sudah koment status lu, FB gue keblokir.
A: Ah, masa sih?
D: Bukannya su'udzhon, tapi ini udah beberapa kali. Mungkin ajha dia cemburu liat gue ada terus di wall lu. hehe
A: (berpikir)

#

Itu bukan penggemar. Tapi orang gila. ckckck

#

Semoga hanya kesalahan teknis saja. Aamiin.

#

Lagi pula siapa saya, bukanka siapa-siapa. :(

#

Mari berteman dengan damai. Pissss ^^V

#

Wednesday, September 5, 2012

Shelomita Not Autumn

SHELOMITA
(Keyakinannya Dalam Mencinta)
By: Sparkling Autumn


Aneh. Temanku sungguh-sunguh aneh. Aku dibuat pusing memikirkannya. Oia, namanya Shelomita. Dia cantik. Pintar. Sederhana. Jika kamu melihatnya, kamu pasti ingin mendekatinya. Jika sudah di dekatnya, maka kamu berhasrat memilikinya. Ketika kamu memilikinya, kamu takkan pernah rela melepaskannya. Begitulah kicauan teman-teman sekelasnya. Aku akui itu benar. Kamu harus percaya itu.

            Sayang, ada yang aneh dari Shelo. Begitulah panggilannya. Perihal cara mencintanya. Aku tak pernah paham, sekalipun selama tiga tahun dia menjelaskannya. Aku tetap saja tak mengerti. Ah, Shelo nampak mengerikan dalam kondisi seperti itu. Ini menurutku, entah apa pendapat kamu jika menyaksikannya berkata, “Lev, seperti inilah aku mencinta. Membiarkan lelaki itu dalam ketidaktahuan bahwa aku mencintainya.” Aku sampai terbengong ketika dia melanjutkannya, “Karena cintaku bukan untuk meminta dia menjadi milikku. Cintaku adalah penyerahan. Pada sebuah kitab yang aku percaya, di sanalah tertulis jawaban dari semua pertanyaan.”

            Shelo, Shelomita, bagaimana dia bisa memiliki pemikiran kuno seperti itu. Cinta itu harus dikejar, diperjuangkan, dan dipertahankan. Kamu setuju padaku, bukan? Cinta itu tak boleh diam. Cinta itu bicara. Katakan apa yang kita rasakan, biarkan orang yang kita cintai mengetahuinya. Karena jika hanya dipendam, hanyalah rasa sakit yang mengakar.

            Hahaha, aku tertawa bodoh. Shelomita mengindahkan pendapatku, maksudku, dia cukup teguh memegang prinsipnya. Karena apa yang dia katakan tiga tahun lalu sampai hari ini masih dijalankannya. Ini salah. Menurutku, juga mungkin menurutmu.

#

            “Aku mencintainya, melakukan segala yang dia suka, Shelo. Tapi-”
            “Tapi kamu tak cukup sabar. Kamu memintanya dan dia menolakmu. Lalu kamu marah, menangis, dan kecewa. Apakah menurutmu itu cinta, Yan?”
             Serempak aku dan Yanti bersatu dalam heran. “Maksud kamu, Shelo?” suara Yanti tercekat.
            “Hanya keyakinan tentang cinta. Kamu perlu menjawabnya. Mungkin bukan sekarang.”
            Yanti diam, menemani kebingunganku.

#

            “Shelo, kamu gila?! Lelaki itu menyapamu dan kamu hanya mengangguk. Membiarkannya berlalu saja. Ingatlah butuh berapa lama kesempatan langka ini terjadi! Shelo?!” Aku menahan gemuruh. Kemarahanku tertelan. Kamu tahu kenapa? Sebaris senyum manis dari bibir Shelo nampak indah di bawah sinar matahari.
            Sepertinya, dia menikmati harmoni antara hangat Surya dan lembut angin yang menyapa kulitnya. “Lev!” Aku terlonjak. Mata Shelo menghujamku. “Cintaku tak berisik. Bahkan ketika lelaki itu akhirnya pergi, cintaku akan tetap diam. Sampai saatnya tiba, cintaku akan berbicara pada cinta yang benar.”
            Kamu dengar itu teman? Aneh. Konsep cinta yang aneh milik Shelo. Apa yang dapat aku katakan jika aku sungguh tak mengerti jalan pikirannya. Mengikutinya seperti aku tersesat. Tidak mengikutinya aku terusik. Aku kelu. Membiarkan Shelo tersenyum, selama mungkin yang dia suka.

#

            Hari ini datang. Aku mencari air mata Shelo. Tapi aku tak menemukannya. Bagaimana bisa? Kamu harus tahu apa yang terjadi hari ini pada cinta Shelomita. Lelaki itu, yang tiga tahun telah dicintai Shelo dalam diam, dia menemukan pujaan hatinya. Wanita lain.
            Sepanjang hari aku di sisi Shelo. Rasa sedih mendalam milikku seakan lebih besar dari Shelo yang kehilangan. Tak ada setetes pun air mata yang luruh di pipinya.
 Ada apa ini?!
            Tak ada air mata. Tak ada suara. Kemana perginya kata-kata? Aku ikut diam. Bersama Shelo aku tetap menjalani sisa hari ini seperti biasanya. Walau sesungguhnya ada yang berbeda. Kamu mungkin bertanya-tanya, aku juga, biarlah Shelo menjelaskannya nanti. Ketika dia menyadari tentang cara mencintanya yang salah. Menurutku, mungkin menurutmu juga.

#

            “Lev, kamu tahu mengapa aku masih kuat berjalan, setelah lelaki yang aku cintai tak mencintaiku juga tak menjadi milikku?” Shelo tersenyum. “Karena cintaku tak berisik. Bukan meminta dia menjadi milikku. Lalu aku menjadi miliknya. Cintaku adalah penyerahan. Ketika Tuhan menjawab ‘Ya’, aku percaya cintaku akan menemukan jalannya. Namun, jika Tuhan menjawab ‘Tidak’, Dia akan mengarahkanku pada cinta yang sesungguhnya. Aku yakin itu, Lev.”
            Aku membisu. Shelomita memiliki cara mencinta sendiri. Kemungkinan-kemungkinan yang kita ucapkan bisa saja beribu, namun kebenaran hanya satu. Shelomita meyakini kebenaran cintanya dalam diam. Dia menjadi kuat karenanya. Aku menghargai itu.
Bagaimana dengan kamu?
#

Shelomita, aku mencintaimu dengan caramu. Meski hanya sebuah buku diary. Akulah Lev: tempatmu berbagi.

Senin, 3 September 2012.
 @AisyahAram