Tuesday, December 9, 2014

Mari Melangkah!




"Tujuan itu bisa jadi sesuatu yang dekat,
cuma saja kita perlu berani untuk memulai langkah."

~indeed~

Sunday, December 7, 2014

Benarkah Kau Tak Tahu?


 Ketahuilah...

Aku ingin menulis tentang apa saja, di mana saja, kapan saja, semua hal yang aku suka dan tidak. Dengan alasan, aku bukanlah pencerita yang memiliki pendengar setia. Aku yang terlalu malas bicara menjadi lengkap setelah hatiku tak mudah percaya.

Namun, pada bagian tentang dirimulah aku menulis seperti berbicara. Semudah menuliskan biru pada cuaca. Seriang gelak tawa adik bungsuku. Setulus waktu menjemput aku.

Tapi kau tak tahu. Yah, tak tahu.


Jkrt, 011214


Operating System Not Found!


Laptopku rusak! 
Saat kubuka, hanya ada layar hitam dan tulisan 
'Operating System Not Found' di pojok kiri atas.
Ah, sakitnya hatiku. :'(

jkrta, 061214

Friday, December 5, 2014

Mungkin!


“Kau harus menelusurinya dengan ujung jarimu, sampai ada bagian tak rata, di situlah ujungnya.” Srekkk. “Nah, lihat! Kalau kau sudah menggunakannya, lipat ujungnya agar tak susah mencarinya lagi."

“Itu KEREN sekali!”

“Itu biasa saja. Semua orang tahu.”

“Tapi aku tak tahu.”

“Mungkin kau bukan orang.”

“…”

jkrta, 031214

Untuk Kakak Sotta' yang Apakah Masih Sotta'? :P




If anyone can fill my world with joy and happiness

And cast away all of my loneliness

Always there beside me when I am down

And never left my face with a frown

It’s you! Yes, it is you my friend who can make it all come true.


(Friend-Mocca)

*

Hari-hari melepas dan melesat tak cepat atau tak lambat seperti biasanya, mereka selalu sama saja, sampai pikiran mengubahnya menjadi kereta yang melaju tanpa rem atau bak angkot tua yang terseok-seok kehabisan bensin. Ini sudah setengah tahun sejak saya meninggalkan Maros, dan tak lagi menyusahkan dua kakak yang setia disusahkan. Selain kak Jannah, adalah kak Ira yang kadang kubayangi hidupnya. Setidaknya sejak perkenalan di perpustakaaan SPIDI, dan kesamaan-kesamaan pikiran yang membuat kami dekat, lalu dekat banget.

Kak Ira adalah tempat berbagi yang perlu diwaspadai, terlalu sotta’ (sok tahu) tapi hampir selalu benar. Seperti tak ada celah untuk menyembunyikan sesuatu, tapi tetap saja saya masih lebih pintar bermain petak umpet. Untuk satu hal yang mungkin masih menjadi ‘gugusan hipotesis’ di kepalanya Kak Ira. Klo benar iya, saya patut bangga dan tertawa. Hahaha

Kak Ira adalah teman bermain teka-teki. Menebak-nebak apa yang terjadi pada kehidupan orang-orang yang kami amati. Mengobrolkannya siang-malam, di kamarnya yang tidak terlalu luas, kadang kami menghabiskan waktu bak komentator hebat berjiwa psikolog. Membaca dan mengomentari. Meski pada ujungnya, kami bukanlah siapa-siapa selain dua wanita kepo yang berwajah intelek. Titik.

Kak Ira adalah partner di mana saja, kapan saja, untuk apa saja. Hal sederhana, sedikit sulit, hingga hal gila yang perlu diingat kembali hari ini tapi enggan kucerita. Kesediaannya menerima saya dengan segala kekurangan, serta ketulusannya menjadi pendengar dari tiap masalah yang kucerita atau kusimpan, menjadikan Kak Ira itu keren sekali. Menurut saya. Tapi hal yang mengesalkan adalah, dirinya terlalu imut untuk seorang kakak bijak. Hingga saya merasa terlalu tua untuk bersikap kekanakan di dekatnya. Uff, begitulah.

Kak Ira adalah calon istri dan ibu yang terlalu lama menganggur. (Hahaha, diksiku ampun deh) Maksud saya, sebagai seorang adik yang banyak merasakan ‘kebaikan wanitanya’ seperti diurusi makan dan sakitnya, Kak Ira sudah cukup pengalaman untuk mengurusi sebuah keluarga.  Oleh itu, menganggur kata yang tepatkah? Hei, jodohnya Kak Ira, where are yuuuuuu? :D

Meski tak semua, itulah Kak Ira di mata seorang saya. Adik tak tahu dirinya, yang tersayang. Kalau gak berlebihan, yang tercintahhh, tapi cukup si anu saja yang tercinta. :D


*

Kak Ira,

Terima kasih sudah menjalani sedikit dari bagian hidupta menjadi teman dan kakak yang baik. Terlepas permasalahan yang pernah terjadi, Alhamdulillah kita masih baik-baik saja, justru menambah nilai pertemanan ini.

Terima kasih untuk mempersilahkan saya selalu datang ke rumahta, menginap, berbincang hingga larut malam, dan bangun pagi seakan akan saya adalah bagian dari keluarga besarta yang sama-sama menikmati teh dan sarapan.

Terima kasih untuk setiap nasehat yang kadang saya terima, kadang tidak, kadang malah membingungkan kepala. Seperti malam itu, ketika saya dihadapi serbuan tanya tentang ‘cintahhhh’. “Yang paling tulus adalah yang tidak mengatakan.” begitu menurutta, lalu saya tertidur sambil terus memikirkannya.

Terima kasih, kita telah melewatkan banyak hal bersama. Semoga saya tidak dilupa. Tidak tersisih dikalah oleh bagian cerita hidupta yang baru. 


*

Maaf untuk hal-hal yang luput, hal baik yang seharusnya dilakukan seorang teman kepada teman, namun tak kulakukan. Maaf untuk setiap cerita yang tak berakhir hingga hari ini. Maaf yah kak…

Seperti halnya kado untuk hari lahirnya kak Jannah, pada hari ini, meski terlalu murah untuk sebuah kado, tulisan inilah yang mampu saya berikan. Tahun lalu kita menghabiskan setengah waktu di PTB, meminum jus dan memutuskan menggenapkan waktu traktiran di Pariangan. hehehe diingatji

Teriring doa untuk segala keberkahan hidup, ilmu, dan hari-harita. Semoga Allah memudahkan yang sulit, menenangkan yang resah, serta menjadikan nyata apa yang terbaik dari impian-impian besarta. Aamiin. Kusayangki. :P

Terakhir, kutunggu undangan. Terserah undangan apa aja... ahahahaha




Jkrt, 011214
*

Catatan kecil:
- maaf baru dipost, kakak baru ngisi modemnya :(
- kutitip tulisan ini ke orang yang paling kuingini ada di sampingta nanti #youknowwhatImean ;)
- sengaja tulisannya agak nyastra, sengajahhhhhh... ahahaha
- jammi komen nah. jammi! wekkkk
- miss you kak!!! :')

Thursday, November 20, 2014

K for Key for Kamal


Kenapa namamu bukan Kemal saja, lebih nyaman saat lidah mengucapkannya? Tapi, yah sudahlah... itu kan nama pemberian dari orang tuamu. Hehehe Nah, apa yang harus aku tulis tentangmu? Siapa kamu nyuruh-nuruh aku menulis tentangmu? Wekkk malas rasanya. :P

*

Kamal bukan siapa-siapa. Temen yang ngeselin. Jelek. Iseng. Cerewet. Tipe cowok yang perlu dicuci pake molto sekali bilas (ini parah yah, maap). Gak pernah marah, tapi selalu bikin marah. Katanya gak bisa gombalin cewek, bisanya gombalin cewek-cewek. -_- 

Kamal bilang aku gak cantik-cantik amat, gak baik-baik amat, gak pinter-pinter amat, gak manis-manis amat, gak hebat-hebat amat, dan lainnya yang gak amat-amat. Semuanya dia lisankan tepat di depanku. Hoh, lihatlah, dia emang butuh direndam molto sekali bilas!

Kamal sok tua. Padahal emang udah tua. Sama sih, aku juga. Tapi tuaan dia, dari segi umur dan wajah. Kamal sok anak-anak, kalo lagi ketawa dan ngambek. Aku sih cuek aja, bodo amat. Ahahaha

Yang bagus dari Kamal apa yah? Gak ada kayaknya. Hohoho Eh ada sih, dia orangnya disiplin. Bahkan untuk ngegombalin cewek-cewek pun perlu kedisiplinan yang tinggi, katanya sambil cengengesan. Ckckck 

Kamal gak pernah ngegombalin diriku, mau tau karena apa? Dia bilang, "Lu kan gak 'amat-amat' ngapain digombalin." Nyesek juga dibilang gitu, ahahaha dasar cowok koplak!

Oh, sebelum dia pergi -entah kemana- saat perpisahan, dia bilang begini, "Yah, lu sih, ngapain juga gue ketemu lu." Terus dia ketawa ngakak. Apa lucunya coba?!

Yah, itulah dia. K for Key for Kamal. Ini semacam persembahan kecil buat teman yang tidak bisa lagi mengganggu diriku. Semoga dia menemukan korban baru di sana. Oia, selamat ulang tahun. :D


Jkrt, 211114


Tuesday, November 18, 2014

A Crazy Farewell Party! :')


MAKAN-MAKAN DI BEBEK SALERO
DAN KAROKEAN YANG KACAU :D
18 November 2014
~uyeeeee~


Narsis before eat

again na again :D

Makan-makan :D

togetherness

smiling :)

makanan maknyosss :D

Geng Belakang ahahaha

they're the best lah (y)

persiapan tukar2an hadiah :D

dikocok2, kayak arisann... :D

No.8 Gift from Embun, my enemy classmate :P

Lanjutttt... karokean eaaaa

Mau nyanyi appa narsisan --" ckckck

kalo aku sih, narsisan aja deh :D

with embunn.. mata menyala euy *_*

pulang kiteee

with mbak ana :)

yeaahhh..


This is our Farewall Party yeahhh...
What a beautiful day! Eventhough there is little bit of sadness in our heart,
but we enjoyed this moment.

Big thankfull for my lecturer, Pak Wawan n Pak Nugroho for all of kindness
that you gave for us. May Allah give you both His Blessing. Aamiin.

And you all my crazy classmates, yeaaahhh you rocked this party!
I do never forget what we'd through together, what we did, our tears, laughed
and every single 'gossip' that we talked in class ahahaha

So, should I say goodbye right now?
Damn, how terrible condition. I hate being melow early morning,
so, I just wanna make a pray for us. Please say 'aamiin' gals! :)

This Farewell Party is a moment to remember.
Because of us, Operator Komputer!!!

YEAH!!! ^_^


Jkrt, 191114


No One Knows


People think they know you. They think they know how you’re handling a situation. But the truth is no one knows. No one knows what happens after you leave them, when you’re lying in bed or sitting over your breakfast alone and all you want to do is cry or scream. They don’t know what’s going on inside your head—the mind-numbing cocktail of anger and sadness and guilt. This isn’t their fault. They just don’t know. And so they pretend and they say you’re doing great when you’re really not. And this makes everyone feel better. Everybody but you.

_William H. Woodwell Jr._

Monday, November 17, 2014

Mencari Aku Di Setiap Purnama


sumber gambar


Di suraumu, aku adalah katakata yang dieja ilalang sepanjang pematang.
Sambil mencari kerendahan hati, kita bersiul mencari keramaian -tak kudapatkan-
Perbaiki letak pecimu, ujarmu pada diri sendiri. Kau mulai berdiri
meletakkan dunia di sisi kiri. Menakbirkan keagungan Tuhan dan menangis.
Kau cari aku di tiap sujud yang basah, mengalirkan lelah serta amarah.

Tak jua kau temukan aku.

Aku adalah bunyibunyi jangkrik malam yang ditemani salak anjing bersahutan.
Kupesankan keangkuhan dari pucuk pohon di hutan belantara, kau hanya terima satu dan takzim melepasnya. Rapihkan sarungmu, kau ingatkan lagi hatimu sendiri.
Sampai salam terakhir, kau mencari aku yang tak pernah lagi kau temukan
meski kering air mata. Meski berbilang purnama.


Jkrt, 181114

Friday, November 14, 2014

Pesan Random


Dear....

Mama:
Aku ingin minta maaf.

Amma Syam: 
Terima kasih smsnya, aku sudah meng-invitemu. Nama alamat blogmu, aku suka. Tapi, kolom komentar meski memakai google+ jadi aku takkan pernah bisa meninggalkan jejak. Itu, menjengkelkan.

Rahmawati Auliya:
Aku sudah berkunjung di rumah keduamu. Terima kasih menjadikanku orang pertama yang tahu alamatnya. Lihat komenku pada tulisanmu tentangku.

Kakak Mata FN:
Aku tidak menyukaimu.

Adek Puput:
Blognya tak pernah diiisi lagi. Sedikit mengecewakan.

Bapakku:
Jangan paksa aku makan, kalau aku lapar aku akan dengan segera makan. 

Maryam:
Senang bisa kenal kamu. Dan teman Operator Komputer lainnya.

Adek An Maria:
Aku ingin merasakan musim gugur. Adakah di sana?

Kak Ira:
Banyak temanku di sini, kak. Lebih banyak temanta pasti di sana.

Adek-adeku:
Jangan suka merusak pagi. Menjengkelkan tau.

Ishma:
Masih kutunggu love stry-mu.

Kak Jan:
Telponka.

Dek Palen:
Cepat sembuh yah.

Perempuan yang bukan temanku:
Usahamu cukup keras, mari lihat hasilnya.

Perempuan virgo di sana:
Semua tentangmu menarik.

Someone over there:
Aku tertidur. Aku lelah sekali.

Jkrt, 151114


 


Thursday, November 13, 2014

Benarkah Kita Ingin Kembali Ke Masa Lalu?



  "Dunia akan hancur, Ah!"


Namanya Pluto. Aku yang menamakannya, dia terima begitu saja. "Apapun darimu, aku suka." gombalnya kesekian kali yang pula ku(coba) hiraukan berjuta-juta kali. Dia lelaki tampan dengan banyak sangsi dariku. Cerewet. Humoris menjurus narsis. Ada luka garis panjang di pelipisnya, itu keren menurutku. Dia teman, teman kecil yang amat besar di mataku. Dia ada di sini, tak jauh dariku.

*

"Dunia ini bermasalah kan, Plu?" tanyaku berhasil menarik pandangan Pluto. Dia sibuk mengurusi telunjuknya yang kesusupan serbuk kayu saat membuat figura. Aku kesal menunggu jawabannya yang lama. "Jawab dong!"

Plu meringis meniupi telunjuknya. Dia berteriak ketika tiga batu kecil mendarat tepat di kepalanya. "Auw! Auw! Auw!" dia mendatangiku sambil mengusap-usap kepala. "Iya, Iyus. Dunia ini bermasalah, sangat malah. Karena ada seorang perempuan cantik yang hobi melempar batu ke teman tampannya." Dia bersungut memasang wajah galak, aku tergelak. Dia Pluto, aku Merkurius. Sayangnya, dia memanggilku 'Iyus' itu aneh sekali dan aku...menerimanya. Kesepakatan bodoh.

"Aku serius. Selain karena tak ada es krim gratis di dunia ini, juga terlalu banyak manusia yang ingin kembali ke masa lalu. Dunia ini diambang kehancuran."

Semilir angin menerpa wajahku. Pantai sejuk tapi panas. Di bawah lindungan pepohonan aku memandang jauh ke pantai lepas. Ini hal yang serius sekali bagiku. Hanya pada Plu aku ingin membaginya, karena dia dan aku....aneh! Jadi tak ada lagi kerutan-kerutan di dahi saat kami membicarakan suatu perkara, apa saja. 

Aku melanjutkan keluh, "Kamu tahu, Plu, kalimat 'aku ingin kembali ke masa lalu' penuh bertengger di setiap sosial media yang aku punya. Kalau aku ibu hamil, mungkin aku sudah muntah-muntah melihatnya." Plu mendengarkan dengan serius kali ini, aku sedikit lega. "Untuk apa sih kita kembali ke masa lalu? Emang bisa? Trus kalo bisa mereka mau ngapain? Trus-"

"Ehemm, sebenarnya aku juga, aku ingin kembali ke masa lalu dan melihat bagaimana kamu blepotan makan es krim dan hanya mengenakan can-" Tiga butir batu mematahkan ocehan Plu. Ah, aku tertipu, dia belum menjadi Plu yang serius. Dia meringis lagi.

"Plu, lihat batu-batu ini? Aku takkan segan melemparkan semuanya ke kamu!"

"Dunia ini bermasalah, Iyus. Aku sepakat denganmu. Mari kita bicara baik-baik dan biarkan aku duduk di sampingmu." Pluto menempati sisi kosong dan menyender di batang pohon, tepat di sisiku. "Iyus," suara Plu menegas. "Mereka bukan ingin kembali ke masa lalu karena masa lalu itu sendiri."

Aku menegakkan sandaran. Plu serius sekali, aku membatin dan tersenyum kecil. "Tuan Pluto, tolong jelaskan lebih lanjut!" perintahku. Plu memonyongkan mulutnya.

"Begini, Nona Iyus. Hari ini aku mengatakan cinta padamu, tapi kamu menolaknya dan mulai menjauhiku. Kita tak sedekat ini lagi. Kita tak lagi saling bicara. Kamu menghindariku karena kamu risih dengan pernyataan cintaku. Nah, saat itulah aku berpikir, 'Tuhan, kembalikan aku ke masa lalu, dimana aku bisa bermain bersama Iyus lagi, berbincang banyak hal, makan es krim bareng, ketawa bareng, tak apalah dia tak tahu aku mencintainya asalkan dia tetap menjadi temanku.' NAH!" Plu menepuk pundakku dan tertawa kencang. "Hahahahahaha, matamu hampir keluar. Hahahaha..."

"Pluuuuuuuuuuuuuu!!!"

Plu berhenti tertawa. Dia melanjutkan penjelasannya sembari mengusap lengannya yang telah dihujani cubitanku. "Tadi aku hanya ingin ambil nafas, Iyus." aku mendelik, "Okeh, aku lanjutin. Nah, aku ingin kembali ke masa lalu bukan karena masa lalu itu indah. Tapi, karena aku tak bisa menghadapi 'ketidakindahan' yang ada di masa sekarang. Yah, ini soal kesanggupan."

"Maksudmu, sejelek apapun masa sekarang, kalau kita sanggup menghadapinya, kita tidak akan meminta kembali ke masa lalu?" tanyaku.

"Tepat sekali. Sekalipun masa lalu itu sangat indah."

Aku terdiam, mencoba merenungi.

"Itu artinya, hanya orang-orang lemah yang ingin kembali ke masa lalu?"

"Itu manusiawi, Iyus. Seberapa banyak pun orang yang ingin kembali ke masa lalu, itu hanya menjadi hitungan kalimat penenang diri. Takkan ada yang pernah bisa kembali. Jadi kamu tenang saja, dunia tidak akan hancur." Plu berdiri, melangkah menuju pantai.

"Tapi, Plu..." seruku. Plu berbalik. "Analogimu. Aku tak suka. Aku pikir dunia sangat bermasalah sekarang, karena kamu menjadikan kita analogi yang buruk. Kau dengar, Plu?!"

Pantai menggelar ombak. Plu memainkan kakinya di pasir, sementara giginya sibuk mecoba mengeluarkan serbuk kayu yang masih menempel di telunjuknya. Kini aku ada di sampingnya. Aku terlihat semakin kerdil, Plu... dia besar ah, maksudku tinggi sekali. 

"Apalagi yang kamu risaukan, Nona Iyus?"

Aku tersenyum manis pada Plu. Aku rentangkan tangan membiarkan angin pantai memelukku dengan bebas. Sebentar lagi sahabat kami akan datang, senja. Nanti, di jalan pulang, aku akan katakan pada Plu bahwa dunia akan baik-baik saja selama dia selalu ada di sampingku.

*

"Ayo pulang!"

"Plu..."

"Apa?"

"Ehmm,"

"Kenapa? Dunia akan hancur lagi?"

"Iya. Tapi dunia akan baik-baik saja kalau-"

"..."

"-kalau kamu membelikanku es krim. Setiap hari."


Kami berpamitan pada langit, setelah senja pulang lebih dahulu. Plu mengangguk saja, bukan karena takut dunia akan hancur, tapi hari sudah gelap dan ibuku akan mengomelinya jika memulangkanku setelat ini. Rencanaku gagal. Aku tak bisa mengatakannya. Tak mengapa, selama kalian tahu apa yang aku rasa, aku punya keyakinan kalian akan membocorkannya pada Plu. Suatu hari nanti.


Jkrt, 141114

Suatu Siang yang Terik


Ada seorang wanita, di antara
pakaian yang dijemurnya,
tetiba ingat cinta.

Alangkah hebat, di tiap waktu
yang tak terduga
cinta bisa melesap.

Sejengkal, 
sehasta, sepenuh-penuhnya.

Pakaiannya belum kering benar, 
beberapa waktu kemudian.

Tapi, cinta
nampak hangus terbakar kerinduan.

Aneh.

Jkrt, 141114

Saturday, November 8, 2014

Pesan dari Ujung Dermaga


Jika,

Jika ingin datang, datanglah dengan sungguh
seperti lari para pekerja
menuju kereta 

Jika ingin datang, datanglah dengan suka
seperti bulan merah yang meniada
gelap dengan cahaya

Jika ingin datang, datanglah dengan segera
seperti aku telah sampai di dermaga
sedang kapal hanyalah singgah.


Jkrt, 091014

Monday, October 27, 2014

Kalau Kau Ingat, Ini Sekedar kalau


Kepada kamu,

Kalau aku hilang, lagi, kamu tak usah berupaya serta bersusah-susah mencari. Kamu punya alasan yang logis untuk tak memperjuangkan aku, yang lari kesana-kemari bersembunyi. Selalu minta ditemukan, selepas lelah didapatkan. 

Kalau aku hilang, lagi, kamu duduk saja diam dan lihat apa yang terjadi. Aku, barangkali, hanya sebentar mencari perhatian. Di saat itu, kamu berpikir panjanglah, tentang waktu yang habis kau gunakan untuk mengurusi kekurang perhatiaannya aku. Yang tak -selalu- merasa tak pernah cukup. Bukankah itu membosankan?

Kalau aku hilang, lagi, kamu berjalanlah atau belari sekencang-kencangnya bukan untuk mencariku. Kamu tak usah merasa bersalah, sudah banyak waktu dan tenaga kamu persembahkan untuk menemukan orang hilang. Sudah saatnya kamu berhenti mengikuti permainan aku yang tak tahu diri.

Kalau aku hilang, lagi, sudah sepatutnya kamu mulai menimbang tentang apa yang sebenarnya aku lakukan. Semacam apakah aku yang selalu lari darimu dan meringkuk menunggu uluran tanganmu, kembali. Semacam apakah aku yang pergi tiba-tiba dan datang semau hati. Semacam apakah aku yang minta dicintai penuh, lalu menyusahkanmu seluruh. Semacam apakah yang ingin aku jalani, separuh ada separuh tiada?

Kalau aku hilang, aku tahu takkan ada yang mencari, lagi.

Tapi,

Kalau kamu hilang, apa yang harus aku lakukan?


Jkrt, 281014

#worrier


Aku tak tahu pikiran mana  yang lebih menakutkan, jika timbul-tenggelam terka, aku berkata di ujung ceritanya, "Aku pernah merasakan yang lebih pahit dari ini." atau "Aku pernah merasakan yang lebih manis dari ini." Dan aku takkan pernah tahu karena semua hanya pikiran yang dipikirkan jauh, jauh sebelum semuanya terjadi -mungkin- takkan pernah terjadi.

Jkt, 281014

Wednesday, October 8, 2014

Selamat Tak Menghitung yang Tak Terhitung


Tak terhitung berapa banyak 'selamat tinggal' kukatakan padamu sejak hari dimana kita bertemu, namun sampai saat ini, yang pergi hanyalah keraguan demi keraguan. Aku masih saja di sisimu, mengomentari apa yang salah, jelek, atau aneh di hidupmu. Mencerewetimu. Beruntungnya, kamu tak mengusirku karena kesal atau terganggu.
Tak terhitung maaf yang kita lontarkan di tiap-tiap kesempatan, seperti melepas pantun dan saling berbalas. Maaf-maaf-maaf. Kalau otakku sedang error, aku bertanya-tanya sendirian. Apakah kita adalah sepasang kesalahan yang enggan berakhir?
Tak terhitung terima kasih yang mengisi kantung kesopanan kita, saat kamu dan aku saling memberi atau berbagi, saling menolong dan menyelamatkan. Pernah kubayangkan, kita saling mengejek kantung siapa paling penuh terisi, dan saling tak mengakui, lalu berakhir diam-diaman. Padahal, kantung kita sama-sama terlalu penuh, tumpahlah kebahagiaan.

*

Ada banyak 'tak terthitung' yang tak kutuliskan, karena sunyi memangku malam. Ditegaskannya lewat langit dan bulan yang gerhana tadi, cukupkan hitung-hitungan dan syukurilah kehidupan. Ada yang tak terukur untuk sebuah perasaan di hati yang tumbuh subur. Kalau aku bisa, aku ingin berteriak dan meloncat-loncat kegirangan, sebab aku tak pernah beranjak dari kesetiaan. Dan kamu di sana, melihat penuh gelak tawa dan gelengan kepala: namun langkahmu tetaplah menuju. Aku.

Jkrt, 09-10-14

Saturday, October 4, 2014

Pengingat Pagi




Suatu hari nanti, 
kata-kata menjadi asing untuk menebas jarak.
Itulah mengapa kita belajar diam, agar sampai saatnya
mudah untuk kita berbagi keheningan. 
Kelak.

_a i m

Saturday, September 27, 2014

Antara Bulan dan Matahari


"Kamu dipanggil apa oleh Langit?" tanya Bulan pada Matahari. 
"Sayang. Kamu?"
"Hei!"



Tuesday, September 23, 2014

-dia yang kupercaya-


"Jangan pergi ke tempat dimana aku tak bisa mengikutimu."
(Lord of The Ring)

*

Aku mengirim pesan pada -dia yang kupercaya-: 

Kak, kenapa aku selalu ingin mengikutinya, maksudku, aku suka dia ada di depanku dan melakukan halhal hebat?

-dia yang kupercaya- membalas pesanku setelah dua hari berlalu: 

Karena dia memiliki apa yang tak kau miliki. 

 Kubalas secepat mungkin:

Apakah ini cinta?

Tepat tujuh hari kemudian, -dia yang kupercaya- membalasnya:

Jika ada hal yang paling kau benci ada padanya, namun kau tetap mengikutinya. Mungkin, iya.

Aku tak melanjutkan percakapan. Aku benci ketika -dia yang kupercaya- lambat membalas smsku, seakan aku tak penting untuk disegerakan. Tapi aku tetap mempercayai apa yang -dia yang kupercaya- katakan. Aku suka nasehatnya. Aku suka.

jkrt, 230914

*Aku ngefans kamu, sudah kukatakan tadi malam.