Sunday, July 21, 2013

Game Over!




Hei, selamat malam? Selamat berjumpa dengan tulisanku lagi. Mengapa kamu baru berkunjung? Sepertinya kamu mulai bosan dengan tulisanku yang selalu berubah, tidak tentu temanya, seperti itu yah? Hehehe maaf. Jika aku sedang tak ingin mengingatmu, aku menulis banyak hal yang sejauh mungkin bukan tentangmu. Semacam pelarian yang melelahkan. Tapi tenanglah, kali ini aku malah kepikiran tentangmu terus. Dan tulisan ini, ehmmm kamu bacalah. Semoga kamu suka. Ini tentang...

Hei, aku memintamu untuk tak membayangkan diriku sedang tersenyum, tersenyum dengan sangat manisnya, di pipi sebelah kiri nyatalah lesung pipi yang kecil saja, ehm bagaimana? Kamu membayangkannya bukan? Hahaha kamu lucu!

Hei, berhentilah ikut tersenyum. Kini aku minta padamu untuk tak membayangkan diriku merengut, lipatan berlapis di jidat, mulut yang memanyun, melengos, mendengus, dan akhirnya kamu membayangkan diriku dengan wajah jelekku yang sedikit (sok) polos, benar begitu? Hohoho jangan marah. Tertawalah saja, aku memang sedang ingin bercanda denganmu. 

Hei, jangan bayangkan aku tertawa! Yah yah yah, kamu mebayangkannya lagi, gelak tawaku yang renyah memenuhi kepalamu bukan? Hmmm, kini kau malah ikut tertawa dan jengkel sedikit. Aku tak mempermainkanmu, aku hanya ingin bermain 'bayang-membayangkan' denganmu. Aku harap kamu suka yah...

Ufff

Hei, kini aku memintamu lagi untuk membayangkan aku yang tersenyum di hadapanmu, kemudian tertawa dengan sangat cerianya, dan bayangkanlah di balik tawaku, tepatnya di hatiku, aku sedang tersakiti karenamu. Kamu bisa membayangkannya? Rasa perih itu, luka itu, sesak yang berombak mendebur dengan kerasnya. Hatiku nyeri. Kamu membayangkannya bukan? Hei, jawablah! Kamu membayangkan aku tersenyum, dan hatiku menggigil karena 'ketidakpastianmu', aku tertawa, dan hatiku membeku mendengar ceritamu tentang 'perempuan-perempuan itu'. 

Kamu membayangkannya, bukan?

Hei, bagaimana? Yah, permainan ini memang tak lagi menyenangkan. Karena apa yang kuminta padamu adalah nonsense! Engkau takkan bisa membayangkan apa yang terjadi di ruang hatiku, tidak akan. Karena ini bukan lagi perihal yang bisa digambarkan dengan pikiran. Ini tentang perasaan. Yang hanya bisa dirasakan, dan yang merasanyakan hanyalah aku. Hatiku. Tidak kamu, juga siapapun.

Hei, tidak, tidak mungkin kamu juga merasakan hal yang sama. Aku tak pernah percaya mulut-mulut yang berkata, "Aku bisa merasakan apa yang kamu rasa." atau "Apa yang aku rasa sama denganmu." Hoh, tidak sekali-kali tidak. Perasaan bagiku seperti sidik jari, tiap individu berbeda, tidak juga kembar sekalipun. Perasaan yang aku rasakan, hanyalah aku yang rasakan, apatah sedih, bahagia, luka, perih, kesemuanya. Kamu takkan merasakannya. Yah, kamu...

Hei, maaf. Aku terlihat emosi dengan permainan ini. Konyol? Iya, maaf. Aku akhiri saja permainan ini. Kamu terlihat tak suka, oh, mungkin tak mengerti. Hmmm, kamu tak pernah benar mengerti, karena berkali-kali yang terjadi selalu saja sama. Bukankah artinya kamu, ah, sudahlah... aku lelah. Permainan ini menguras sekali tenagaku, pikiranku, juga hatiku yang kini sedang penuh-penuhnya tentang kamu. 

Seseorang yang bertanya-tanya, "Apa salahku?"

Hei, selamat malam. 


Friday, July 12, 2013

Jika Lagi

If You Forget Me

(Pablo Neruda)


I want you to know
one thing.

You know how this is:
if I look
at the crystal moon, at the red branch
of the slow autumn at my window,
if I touch
near the fire
the impalpable ash
or the wrinkled body of the log,
everything carries me to you,
as if everything that exists,
aromas, light, metals,
were little boats
that sail
toward those isles of yours that wait for me.


Well, now,
if little by little you stop loving me
I shall stop loving you little by little.


If suddenly
you forget me
do not look for me,
for I shall already have forgotten you.


If you think it long and mad,
the wind of banners
that passes through my life,
and you decide
to leave me at the shore
of the heart where I have roots,
remember
that on that day,
at that hour,
I shall lift my arms
and my roots will set off
to seek another land.

But
if each day,
each hour,
you feel that you are destined for me
with implacable sweetness,
if each day a flower
climbs up to your lips to seek me,
ah my love, ah my own,
in me all that fire is repeated,
in me nothing is extinguished or forgotten,
my love feeds on your love, beloved,
and as long as you live it will be in your arms
without leaving mine.

(Sumber Puisi Keren ini dari sini)
***

Puisi ini, hanya karena ada kata 'Autumn'
dan tiba-tiba sesuatu menggugur di hatiku. Lalu, suka.

Monday, July 1, 2013

Jangan Panggil Saya Kakak!


"Jangan panggil saya kakak!"


Sebab saya lebih suka menjadi adik. Sebab rasanya lebih 'sesuatu' dipanggil 'Dek'. Sebab itu jangan panggil saya kakak lah.

Aneh yah? Hehe begitulah saya. 

Tapi, kalau memang faktanya saya kakak...bagaimana? Ehmmm, iya juga yah. Oia, itulah mengapa saya sangat senang punya kenalan lebih tua dari saya, jadi saya yang manggil dia kakak. Bukan saya. Kembali lagi, kalau ternyata saya harus dipanggil kakak? Yah...bingung lagi. :(

Setiap bertemu dengan kenalan baru, saya panggil mereka kakak. Walaupun sebenarnya saya belum tahu apa memang benar panggilan itu, ah, saya tak peduli. Salah pun tak jadi masalah. Hehehe

Saya suka memanggil 'kakak', dan dipanggil 'adik'. :))
Huh, sesuatu sekali rasanya. Apalagi kalau sama 'kakak FN', haduhhhh, senang sekali rasanya. 
Tapi, tidak deh..hehehe (sok galau)

Kak, cepat sembuh nah.... bagaimana caranya saya sampaikan ini?

Huaaah kenapa jadi ngalor-ngidul begini..huuuuu

Sudahmi, pokoknya panggil saya DEK nah...nah...nah
Bahagia sekalika itu. :))