Thursday, May 30, 2013

Gugur #3


IKHLAS SAJA.


Gugur #2




Yang menggugur,
selalu kah yang tidak mengenakkan?
 
Maunya tidak!
Tapi untuk saat ini, selalu IYA.
 

Gugur #1


Seperti ada yang menggugur.
Tak terlihat.
 
Aku merasakannya.
 
Mungkin saja di atas tanah keras,
sebab sakit sekali rasanya.
 
 


Thursday, May 16, 2013

Menaklukkanmu...



Perihal takluk-menaklukki, ehm, apa yang terlintas di benak kalian? :D Ya ya ya, pikir kalian saya ingin berbicara tentang bagaimana menaklukkan sesorang? Laki-laki ke perempuan dan sebaliknya? Atau menaklukkan gebetan? Hohoho, ehm, bukan! Tiada inginku membahas hal semacam itu.

Ini tentang sesuatu yang lebih menantang...
Ini tentang bagaimana kamu menjadi...
Ini bagaimana kamu mencoba...
Ini jalan kamu memahami ketulusan...

siapa kamu, bagaimana kamu, dan tetapkah kamu begitu?

Hehehe

Perlukah me-nyastra untuk menjelaskannya? :D

Baiklah, saya akan menjelaskannya...perihal apakah ini?


"MENAKLUKKANMU" 


Tawa mereka... :D
Bagi saya, menaklukkan hati anak kecil lebih sesuatu dibandingkan hal lainnya. Ketika anak kecil yang memiliki hati 'pure' belum tahu apa-apa, memilah, menganalisis siapa 'orang besar' yang ada di hadapannya, mencubit pipinya, mengerling-ngerlingkan mata. Anak kecil itu, -bagi saya- punya radar tersendiri. Sesuatu yang halus dan peka mem-filter orang ini baik-tidak baik, kasar-tidak kasar, senyum tulus-senyum palsu, segala-gala yang mencengangkan yang bisa dilakukan oleh 'sesuatu' milik anak kecil itu. :D



Tak mampu terbeli oleh kepura-puraan.








Hahaha, saya belum browsing keilmiahan pemikiran saya ini. Tapi, saya terlalu yakin akan hal itu. Pengalaman adalah gurunya. Kadang kala, pernah kita menjumpa anak-anak yang seperti membuat benteng besar terhadap diri kita, mendapati hal itu, jangan heran. Mungkin saja, ada yang salah dengan cara kita menatapnya, berbicara padanya, atau bahkan menyentuhnya. Nah, bukankah itu sungguh indah? Kita perlu belajar lagi untuk menjadi lebih lembut, lebih apa adanya, bahasa kerennya: TULUS



Entah apa, asal bahagia. :)


Hohoho, sok sekali diriku membahas ini! Anak saja belum punya. wkwkwk 

Bersama mereka sangat menyenangkan. Meski bukan hak milik. ckckck


Mata Ajwad.


Senyum Ajwad. :)

Nabil dan segala kehati-hatiannya menerima.

Dia menerima saya. hehhe

 
Mengambil hati anak-anak adalah hal yang terindah untuk saya. Selalu ingin menjadi apa adanya untuk mereka, dan radar mereka akan menangkap sesuatu, bahwa SAYA SANGAT MENCINTAI MEREKA. TULUS. :)




Akila. Dan naluri keibuan yang merekah :)





Sunday, May 12, 2013

Pencemburu (tak) Buta



Si Anggun
yang cantik dan cerdas


Karena mataku selalu terbuka, 
dan selalu kamu yang aku lihat.

Sungguh tak suka.

Karena mataku selalu terbuka,
dan selalu menjatuhkan titik di matamu.

Sungguh benci.

Karena mataku selalu terbuka,
dan selalu tak ingin lepas darimu.

Sungguh aneh.

Kututup saja mataku, agar tak melihatmu, mencarimu, 
berpaling, dan intinya: aku tak ingin cemburu.

Sungguh, kamu wanita cantik yang cerdas. 


*sangat iri padamu wahai Si Anggun, matilah perasaan ini! :(




Aroma Selembar Kertas


Menulismu untuk Menemukanmu


Sudah beberapa hari aku menguji keberuntungan hatiku, Vir. Memasuki pasar, menahan serbuan bau yang tajam menusuk hidung, berharap ada kamu tengah menawar sesuatu -apa sajalah- dengan kesantunanmu, lalu kamu menoleh padaku seraya berteriak, "Hei!" Kamu terkejut mendapati diriku di sebuah pasar, satu dari banyak tempat yang tak ingin kukunjungi.

But, it's lucky time for us. Deraiku.

Hahaha aku juga ingat, pernah berharap bertemu denganmu di sebuah jalan yang asing, kau tahulah aku tak hafal area kotamu. Di pinggir jalan, tepatnya, saat aku mengucek mataku berharap dalam jeda sepersekian detik, di antara perih dan nanarnya mataku, aku menemukanmu di seberang; menunggu lampu merah, berjalan menuju padaku; di hadapanku kau tersenyum manis dan berseru, "Hei!"

It's lucky time for us, bisikku.

Satu waktu, aku menganggurkan motor di parkiran swalayan. Nekat pulang naik angkutan kota, saat itu senja baru saja digusur hitam, entah dari mana keyakinan bodohku kambuh lagi. Apalagi yang aku harapkan, kecuali bertemu denganmu. Tempat duduk terasa sesak, aku terhimpit dua badan besar yang memakan banyak tempat. Aku melengos pasrah, ketika satu-satunya tempat kosong di sisi sopir diisi oleh seorang wanita. Sayangnya, itu bukan kamu. Mobil melaju kencang, membawa sebuah kata yang menggantung hampa di kepalaku. "Hei!"

It's lucky time for us, maybe. Gumamku.

Huh! Masih banyak lagi cerita -halhal aneh yang kulakukan- demi menguji keberuntungan hatiku. Menemukan kamu. Tapi, kau tahu, sejak dulu keberuntungan (sepertinya) enggan berpihak padaku. Sungguh pertaruhan yang mahal. Menemukanmu dalam ketidaksengajaan yang disengaja, hah, apa yang aku bicarakan ini?

Maksudku, kau sangat berharga Vir. Aku tahu itu. Aku yakin itu. Menemukanmu, tak apalah, harus menceburkan diri di tumpukan jerami untuk mencari sebatang jarum. Tak apalah, berlelah kesah, memisah minyak dari air. Atau berteman malam, menjelma punuk merindukan bulan. Tak apalah...

Vir, aku hanya ingin menemukanmu. Sekali lagi. Memperjuangkanmu. Untuk banyak kali.

: lewat selembar kertas yang beraroma kuat.


*selalu dan akan seperti ini, cerpen yang teramputasi. :D


11.05.13/19.35

Jika Tak


Jika Tak

Setelah nanti,
aku memohon pada Tuhan.

Tak biru pun,
Langit tetap kucinta.
Tak sejuk pun,
Udara tetap kurindu.
Tak hangat pun,
Mentari tetap kusuka.
Tak berbintang pun,
Malam tetap kutemani.
Tak rinai pun,
Hujan tetap kusentuh.
Tak hadir pun,
Pelangi tetap kunanti.

Setelah nanti,
aku memohon lagi pada Tuhan.

"Tak denganku pun,
Kamu tetap bahagia."


01.05.13/20.08


Pada Wanita Tak Cantik


 
Jangan mencintai saya...

Lelaki itu tak percaya dengan apa yang terjadi. Tangannya terus bergerak menepuk pipi, badan, lalu merubahnya menjadi cubitan di sekujur badan. Berharap semua itu dapat membangunkannya dari sebuah mimpi, mimpi yang tak pernah diinginkannya. Namun, nihil. Justru rasa sakit yang terasa sekan mengejeknya, "Terimalah ini, Boy!"

Perang berkecamuk. Pikirannya mengeluh, ini tak mungkin. Hatinya menjawab, tapi ini yang terjadi. Tuntas sudah waktu membawanya dalam kebisuan panjang.

Tik. Tik. Tik.

Uff! Menghembuskan nafas dengan sangat kuatnya, dia tak tahu apakah mampu menghempaskan kenyataan. Yang disadarinya hanyalah, dia takkan pernah menang melawan kata nurani. Dia tidak pernah tahu dimana dia akan jatuh, tapi dia tahu dimana dia berjalan.

"Yah, mungkin saja aku telah jatuh sekarang, di perjalanan yang sungguh panjang dan melelahkan."

Apakah kalian berpikir lelaki itu telah kalah? Pada apa? Atau siapa? Jika kalian berpikir mesti ada bendera putih berkibar, maka kita tak sejalan. Dia adalah pemenang. Yah, bagiku.


*Cerita pendek yang terlalu pendek :D


 
10.04.13/21.38