Friday, July 20, 2012

Surat Yang Tak Sampai

Teruntuk mama tersayang di ibu kota. . .


Assalamualaikum Wr.Wb.

Ma, bagaimana kabarmu di sana? Semoga bertanya kabar bukan basa-basi yang terulang tiap kali anakmu mengirim surat. Karena jawabmu setelah itu, menentukan ritme hati ini selanjutnya. Kalau saya, Alhamdulillah baik. Walau baru saja kehilangan hape dan menemukannya kembali. Saya cukup baik. Meski terkena 'sarampa': menurut comment teman di FB bahwa sarampa itu sejenis cacar, ada juga yang bilang campak, yang lebih faktual sarampa itu bentol-bentol dan ballang. Ada-ada ajha deh. :)

Kali kedua saya alfa sahur dan buka puasa bersama dengan orang-orang di rumah. Tak apalah, saya sudah sangat kuat hanya untuk sekedar menanam rindu di hati. Saya sudah lupa, apakah ritual puasa di Jakarta berbeda banyak dengan di sini? Ah, entahlah. Ma, banyak yang ingin saya sampaikan. Terutama permohonan maaf dari banyaknya kesalahan yang saya perbuat selama ini. Walau testimoni dirimu jauh hari sudah terlontar, bahwa engkau sudah memaafkan kesalahan anak-anak sebelum kami meminta maaf, tapi tetap saja: kami harus mengatakannya!

Maafkan iis, ma..
Bukan tidak mau pulang tapi belum saatnya. Maaf untuk kenakalan masa kecil, remaja, juga sekarang yang sudah kepala dua...tapi tetap kekanak-kanakan. Yang kadang membantah, malas disuruh ke pasar (karena terasa mau pingsan klo masuk pasar), tidak bisa bedakan jahe dengan lengkuas, juga hanya bisa masak air dan nasi (itupun dipertanyakan).

Maafkan Iis, ma..
Belum bisa menjadi apa yang mama harapkan. kadang masih cemburu sama adik-adik. kadang tak akur dengan kakak-kakak. Selalu mengabarkan diri sakit, akhirnya bikin khawatir. Jarang menelpon. Jarang cerita. 

Maafkan Iis, ma..
Menjadi anakmu yang banyak salah. 

Terakhir, maafkan Iis ma...
Untuk kesekian kali surat-surat ini tak tersampaikan padamu. Surat-surat yang berakhir di laci atau blog seperti ini. Surat-surat yang ditulis dengan kerinduan paling dalam namun ditutup oleh sedikit keberanian untuk mengirimkannya padamu, mama.

Sungguh maaf.


:anakda yang penuh salah.






#Mungkin nanti malam, saya perlu berdoa pada Tuhan untuk mengirimkan sedikit keberanian untuk saya. Setidaknya melisankan kata-kata di atas. Amiin. :)

No comments:

Post a Comment