Thursday, August 30, 2012

Wednesday, August 29, 2012

Meminta Bisu

Tuhan, 
Saya selalu salah dalam berbicara. Tidak menemukan kata yang tepat untuk menggambarkan sesuatu. Gagap mengungkapkan. Patah-patah menjelaskan. Yang parah, tidak tegas dalam berkata.

Tuhan,
Saya simpan semuanya di sini, di hati saja. Ketika senang saya diam. Saat kesal saya diam. Bahagia diam. Marah pun saya hanya bisa diam.

Tuhan,
Saya selalu merasa kedamaian ada pada ke-diam-an. Jika orang ramai-ramai berbicara saya suka pusing. Kadang mencari tempat sepi untuk diam.

Tuhan,
Saya mungkin sudah salah jalan. Bukankah Engkau menyuruh kami untuk menyeru pada kebaikan? Tapi saya hanya diam dalam kebaikan.

Tuhan,
Saya mungkin sudah larut dalam diam. Mencegah kemungkaran: Pertama diingatkan, kedua dilawan, dan ketiga diamkan dengan doa. Ironinya, saya lompati satu-dua, memilih diam.

Tuhan,
Saya salah kah?

Tuhan,
Banyak orang berbicara menyakitkan. Orang pintar berbicara semaunya. Orang kaya berbicara seenaknya. Pemimpin berbicara dan melanggarnya. Rakyat berbicara dengan kemarahannya. Bahkan orang-orang yang meminta saya berbicara, berbicara dengan membuat luka.

Tuhan,
Saya harus bagaimana?

Tuhan,
Saya menemukan diri saya dalam diam.

Tuhan,
Salahkah yang saya temukan?

Tuhan,
Mungkinkah, diam saya bukan emas, diam saya berarti apatis, diam saya tak beralasan, diam saya salah tempat, diam saya kebodohan, diam saya kepengecutan, diam saya kelemahan, diam saya menyengsarakan, diam saya sungguh jauh berbeda dari DiamMu Tuhan.

Tuhan,
DiamMu. Adalah cahaya di atas cahaya. Engkau berbicara dengan caraMu. Tapi tidak pada saya. Diam saya adalah diam. Bisu tanpa suara.

Tuhan,
Jika sejak malam ini saya masih saja DIAM yang salah. Jadikan saja saya bisu. Ah, Tuhan . . .lihatlah hamba dalam berdoa pun masih juga salah. 

Tuhan,
Bantu saya berbicara. Sedikit saja, Se-nano dari caraMu berbicara. Atau sebaik-baik dari ummat yang berbicara.

Tuhan,
Saya ingin berbicara. Tapi saya menyukai diam.

Tuhan,
Berbicaralah pada saya malam ini. Dengan caraMu, semoga saya mampu mempelajarinya...


Monday, August 27, 2012

Demikianlah Cinta


Oleh: Ebiet G Ade

Kata demi kata ku rangkai untukmu
Nampaknya tak sepenuhnya kau mengerti
Memang yang ku tulis kalimat bersayap
karena begitulah puisi
Namun sesungguhnya
Aku hanya ingin mengatakan
Aku cinta kamu

Cinta seperti kupu-kupu yang terbang melayang
Sayapnya warna-warni memabukkan
Bila kau kejar ia terbang semakin jauh
Bayangnya pun tak mampu kau raih
Bila engkau diam ia akan datang menghampiri
Hinggap di hatimu

Kekasihku ulurkan jemari tanganmu
Dekaplah aku ke dalam helaan nafas
Oh, rindu biarkanlah terbakar
Oh, cemburu biarkanlah membara
Sebab, oh, demikianlah cinta.


###


Dia Aram
 

Sunday, August 26, 2012

(Pro)maag

Ketika maag melanda, sejak saya masih di bangku SD, mama dan bapak adalah pasangan dokter-suster paling hebat. Paling kompak. Kompak menasehati juga memarahi. :) Bersahabat dengan maag, saya pun tak menginginkannya. Tapi, tidak jua ada usaha saya untuk memperbaiki pola makan.

Saat SD, mungkin kelas 4 atau 5 (sudah lama sekali) untuk pertama kali saya kena maag. Bukan karena makan yang pedis-pedis, tapi saya hanya enggan makan jika memang tidak lapar. Kalau seharian saya tidak merasa lapar maka seharian full saya tidak menyentuh nasi. Hanya jajanan dan air minum. Malah, minum pun saya sedikit sekali. Ckckck

Jika boleh saya mengenang, banyak kali kebersamaan saya tercatat bersama mama dan bapak karena urusan penyakit ini.

Awalnya, mama mengingatkan untuk makan. Jawaban saya, "Nanti, ma. Belum lapar." Mama membalas, "Kalo masuk waktu makan, biar tidak lapar yah makan saja. Sedikit juga tidak apa-apa yang penting ada makanan masuk." But, saya suka ngeyel dan mengindahkan pesan mama. Akhirnya, di malam-malam sepi saya mengeluh kesakitan, menekan perut, memanggil mama, dan menangis sejadi-jadinya. 
Selanjutnya cerita beralih ke mama, beliau akan datang menghampiri, menekan perut dengan lembut, bertanya bagian mana yang sakit, mengambil promaag dan air minum serta menyediakan air hangat dalam botol untuk menghangatkan perut saya. 
Berikutnya, cerita disambung oleh bapak. Bapak gantian menekan perut saya sambil membacakan ayat-ayat suci dalam hati, meminta saya beristighfar, sedang mama memijat telapak kaki saya yang katanya di situlah pusatnya dalam ilmu refleksi. 
Sayangnya, saya terlalu rewel untuk mencoba menahan rasa sakit ini. Maka mama yang merasa kasihan melihat saya menderita, meminta bapak untuk mengantar saya ke dokter praktek, namanya Pak Sunu, penyakit ini otomatis mendekatkan kami. Di malam buta, kami mengetuk pintu yang sama untuk kesekian kalinya dan Pak Sunu seakan sudah mengerti banyak, tanpa banyak tanya dia langsung meelakukan apa yang seharusnya dilakukan. Uff, semua berujung pada satu suntikan.

"Besok-besok malas makan lagi ajha. Kalau kambuh maagnya, jangan panggil mama atau bapak." Pungkas bapak. Saya diam merenungi diri. Sayangnya, saya belum jua sadar. hehe

Bayangkan saja, berapa banyak dosa saya perbuat, mengindahkan nasihatnya bertahun-tahun! Baiklah, Tuhan menegur saya. 'Maag' bersanding dengan kata 'akut'. :( Oalah, penyakit ini bermutasi menjadi sangat menakutkan. Jika satu waktu makan saja saya tinggalkan, maka tunggulah dia akan datang menyerang hingga ke punggung belakang dan itulah saat-saat paling menyakitkan. Setiap bulan puasa saya kantongi satu pak promaag sampai-sampai perut saya menolaknya.

#

Sebenarnya, saya tidak suka maag. Hanya saja, saya sangat sangat suka ketika mama-bapak merawat saya. Mereka seakan-akan memusatkan perhatiannya hanya pada saya, ibarat kata saya curi waktu mereka untuk berada di sisi saya. 

Bukan, saya bukan anak yang kekurangan kasih-sayang untuk kemudian saya sengaja memiliki 'maag' berharap mama dan bapak lebih care. Semuanya berjalan alami. Jikalau saya tak dipedulikan, tak apa juga, karena memang semuanya berawal dari 'keapatisan' saya terhadap kesehatan diri sendiri.

#

Hari ini, maag saya kambuh lagi. Sakit. Sangat menyakitkan. Keadaan memaksa saya untuk menahannya, bersikap sewajarnya, mengatur  hembusan nafas yang berantakan, dan menyelesaikan tugas rapat.

Mama, bapak, saya puas menangis tadi. Sedikit air mata untuk rasa sakit ini, selebihnya kenangan bersama kalian melewati penyakit ini lah yang membuat hati saya sesak. Kesakitan ini saya lewati sendiri. Tidak pada siapa-siapa saya membaginya. 

#

Saya  akan benar-benar pro dengan maag, jika mama dan bapak ada di sisi saya. Saat ini, sangat tidak pro-maag. :(




Saturday, August 25, 2012

Favorite Song

If You're Not The One

By: Daniel Bedingfield

 

If you’re not the one then why does my soul feel glad today?
If you’re not the one then why does my hand fit yours this way?
If you are not mine then why does your heart return my call
If you are not mine would I have the strength to stand at all

I'll never know what the future brings

But I know you're here with me now
We’ll make it through
And I hope you are the one I share my life with

I don’t want to run away but I can’t take it, I don’t understand

If I’m not made for you then why does my heart tell me that I am?
Is there any way that I can stay in your arms?

If I don’t need you then why am I crying on my bed?

If I don’t need you then why does your name resound in my head?
If you’re not for me then why does this distance maim my life?
If you’re not for me then why do I dream of you as my wife?

I don’t know why you’re so far away

But I know that this much is true
We’ll make it through
And I hope you are the one I share my life with
And I wish that you could be the one I die with
And I pray in you’re the one I build my home with
I hope I love you all my life

I don’t want to run away but I can’t take it, I don’t understand

If I’m not made for you then why does my heart tell me that I am
Is there any way that I can stay in your arms?

‘Cause I miss you, body and soul so strong that it takes my breath away

And I breathe you into my heart and pray for the strength to stand today
‘Cause I love you, whether it’s wrong or right
And though I can’t be with you tonight
You know my heart is by your side

I don’t want to run away but I can’t take it, I don’t understand

If I’m not made for you then why does my heart tell me that I am
Is there any way that I could stay in your arms?


###


~ ????????~


Friday, August 24, 2012

Unspoken

Jangan salahkan saya. Kamu yang memulai. Entah, siapa yang mau mengakhiri. . . 


#


SANGAT TIDAK MENGERTI. KASIH MENGERTIKA. MOHON...



(masih) Manusia

Ya Allah...

Ketika saya sedih, tanpa pikir panjang saya berdoa padaMu dengan segala ketidakbijakan saya memahami persoalan yang sesungguhnya.

Ya Allah...

Ketika saya marah, kemarahan saya berbuah doa-doa tak baik dan terkurung dalam kemarahan yang tak sehat itu. Dan semuanya serasa patut menerima doa-doa api ini.

Ya Allah...

Ketika saya kecewa, ratap menjelma doa dan seolah-olah menyalahkan semua orang karena kekecewaan itu sepatutnya bukan hanya milik saya sendiri.

Ya Allah...

Ketika saya bahagia, saya mantap berdoa atas kebahagiaan yang saya terima. Semua terasa baik. Tidak ada yang perlu dirisaukan.


#


Hari ini, hamba merampungkan malu. Doa-doa itu, semuanya, apakah dikala saya sedih, marah, kecewa, ataupun bahagia...adalah doa-doa tanpa 'filter' yang mengalir bersama suasana hati. Hamba tahu, Engkau Maha Bijaksana atas apa yang harus dilakukan terhadap doa-doa yang terpanjatkan.

KebijakanMu tiada tara. Entah, dapatkah saya membayangkan jika semua doa-doa itu engkau kabulkan? Penyesalan seperti apa yang kelak saya kecap?

Ah, manusia memang pintar berdoa. Ternyata, (sampai) hari ini saya adalah manusia. 
 

#

"Jadikan saya bodoh dalam berdoa, Tuhan. Meminta apa yang seharusnya diminta. Mengharap yang sepatutnya diharap."


HaHaHa

"Pada akhirnya, orang yang jatuh cinta diam-diam hanya bisa mendoakan." 

Marmut Merah Jambu



Thursday, August 23, 2012

U


Mencintaimu sebelum dan sesudah engkau mencintai orang lain.

Pukul 2 Lewat 10


"Mengapa mimpi buruk itu menghampiriku, sementara aku masih terjaga?"



 

T



"Bagian tersulit saat mencintaimu 
adalah melihatmu mencintai orang lain."

(Windry Ramadhina - Orange)

Edisi Error

 Dua hape berdering bergantian...


U: Saya *sensor* sama kamu, dek?

A: Ih, bagusnya nomornya? Kembar-kembar semua di belakang...

U: Iya. Tiga nomor saya kembar semua di belakangnya. Kamu lagi ngapain, dek?

A: Ehm, kerja di counter inie...

U: Haha, bukan. Saya pembisnis. Cuma saya punya teman kerja di Telkomsel, dia yang carikan nomor cantik untuk saya. Mauki juga nomor cantik, secantik orangnya... :)

A: Wish, mahal pasti.

U: Tidakji.

A: Oh.

U: Kirim saja alamatta, nanti saya kirimkan nomor cantik. . .

A: Siapa inikah?

U: Tidak di save nomorku, dek?

"......."

U: Dek? Tidur yah..

U: Dek? Kenapa tidak balas smsku?

U: Balas smsku dek, kalau ada waktuta...

U: Dek...

A: ZzzzZZZ

Satu hape berdering sendiri ...


#


U diperankan oleh Unknown People

A diperankan oleh saya sendiri


#

Wednesday, August 22, 2012

All I am

Rekomendasi dari Tante Rahmi Rahim. . . 


All I am

By: Heatwave


Who do you think you see
When you look at me
Is it somebody strong
Somebody you could admire
And who do you think I am
When I take your hand
Are you counting on me
To fill your dreams and your desires

[Chorus:]
Well all I am
Is lonely (just) like you
All I want to do
Is have one dream come true
All I am is handing you my heart
And hoping to be part of you

Who do you think you are
Standing in the dark
Are you waiting for me
Why can't I reach you from here
And how do I get to you
Won't you let me through
Don't you think maybe we
Have something special to be shared

#

Terima kasih tante. Nice song, I Like it. ^_^V

Penghuni Markaz KOB

M.U.N.G.K.I.N


Mungkin mereka abai terhadap keberadaan kita, mungkin saja kita salah menempatkan peran diri, mungkin mereka dan kita belum menemukan pintu harmoni. Mungkin saja. Tapi tidak mungkin kita menarik kembali semua kata-kata yang telah terucap. Perilaku yang kita tunjukkan. Air mata. Tawa. Marah. Tidak mungkin pula mereka menarik praduga, kata-kata, luka-luka, juga tatapan-tatapan asing lalu.

Kemungkinan bisa saja beribu. Namun, kebenaran hanya satu.







Entah apa sebenarnya 'peran' kita di ruangan itu. . . Tapi kita terlalu bodoh untuk mengukir banyak kenangan dan menangisi setiap kebodohan kita yang dengan bangga kita proklamirkan. Tidak akan ada pengulangan seutuhnya. Kenang-kenang saja. Aku. Kamu. Kita.


"Always and forever
Each moment with you is just like a dream to me
That somehow came true."
(Heatwave)

~Penghuni KOB~

Monday, August 20, 2012

- 8

Selama ini, sepanjang yang saya ingat, tidak ada yang spesial ketika hari lahir saya menjelang. Kecuali sekali dalam hidup, ketika di tahun 2006, saat saya berusia 15 tahun mama menghadiahkan gelang emas putih sebagai tanda kesyukuran atas prestasi yang saya dapatkan juga keinginan membeli kue tart yang tak jadi.. Peringkat satu di kelas 3 SMP, Siswa berprestasi kedua, masuk SMA terbaik juga kelas unggulan, rupanya serangkaian hal tadi merupakan kebanggaan di matanya. Saya ikut bahagia kalau begitu. :)

Selebihnya, semua biasa saja. Peringatan tahunan yang berulang-ulang, dimana kebanyakan orang menanti-nantinya, ucapan selamat, tiup lilin, surprise party, tumpukan kado, dan hal-hal lain yang saya kurang tahu dan tidak pernah mencari tahu: saya melewatkannya begitu saja.

Anggap saja saya bodoh, bagaimana mungkin hari kelahiran sendiri dianggap biasa saja? Tidak istimewa? Bahkan terkadang dilupakan dan mengingatnya beberapa hari kemudian, ckckck. Begitulah adanya. Entah bagaimana hal itu bisa terjadi pada keluarga saya, kami seakan-akan sepakat untuk 'membiasa'kan hari istimewa itu. Dan mengubahnya menjadi sebuah anekdot yang me-miriskan hati:

"Eh, kemarin ulang tahunnya si ini loh?"
"Oh iya yah."
"....."

Hanya itu saja. 

Sedang saya sendiri, hanya merapal doa-doa untuk diri sendiri. Sebelum saya tidur. Atau keesokan harinya. Pokoknya, ketika saya mengingatnya. :(

Walau tak dipungkiri, banyak teman yang mengingatnya. Memberikan salam. (sebagian) Memberikan kado. Mencoba menjebak saya, mempermainkan saya untuk melihat saya menangis dan saya hancurkan harapan mereka dengan mengurung diri di rumah. Memanggil saya berkali-kali, saya tak peduli. Mungkin ini salah satu alasannya, saya kurang suka dan merasa tenang ketika orang-orang lupa.

Pun, saat sweet seventeen. Saya agak lupa bagaimana saya melewati moment itu. :D


#


- 8

Saya mau segalanya berjalan seperti biasa. Saya harap saya lupa (agak susah kayaknya setelah note ini dipost). Saya harap orang-orang lupa (ehm, lebih berat karena ada notif di FB). Saya harap tidak ada hal istimewa. Kecuali, doa-doa tulus yang tidak saya ketahui.

Mungkin ini terdengar aneh, tapi saya lebih senang ketika tidak ada sesuatu terjadi di hari kelahiran saya. Hanya sebuah tanggal biasa. Tanpa apa-apa. Bukannya saya tidak bersyukur pada hari dimana saya dilahirkan. Namun kesyukuran saya sungguh sangat berbeda. Maaf, tidak ada penjelasan untuk ini.


#

Segalanya masih bisa berubah. Allah Maha membolak-balikkan hati. Tidak ada daya kekuatan saya yang mampu menahannya. - 8, adalah sebuah rahasia.


Karena Malam Ini

Lagu Untuk Persahabatan

(The Rain)


Hidup tak lagi terasa sepi
Malam pun tak lagi terasa sunyi
Ketika ada teman yang peduli
Dan mau untuk berbagi

Kesedihan pun berganti tawa
Kebimbangan pun terhapus sirna
Jikalau ada sahabat setia
Yang mampu sembuhkan luka
Tiada yang abadi di dunia
Tiada yang kekal selamanya

Coba dengarkan petuah dari mereka semua
Kita hidup di dunia hanya sementara
Dan takkan ada yang sanggup untuk tetap bertahan
Kecuali cinta dan persahabatan

Pastikan ada teman yang peduli
Dan mau untuk berbagi

Karena memang hidup kita
Akan menjadi lebih indah
Semua karena cinta dan persahabatan


#

Saya persembahkan untuk . . 




Semoga mimpi-mimpi yang kamu sebutkan tadi tercapai. Aamiin.





Menunggu kamu menyebutkan mimpi-mimpimu. Namun, saya aaminkan lebih dulu..hehe




###

20 Agustus 2012

Sunday, August 19, 2012

Bicara Pada Otak

Makanlah dengan teratur

Makanlah yang bergizi

Istirahat secukupnya

: Aku membutuhkanmu untuk menyimpan semua kenanganku dengannya. Aku tak memiliki kamera untuk memotretnya. Atau mem-videokannya. Aku hanya memiliki kamu sekepal tangan. Bernaung di singgasana kepala. 

Mohon, rekam baik-baik. Pada hari aku melemah dan menua, aku ingin engkau tetap sehat nan kuat. Lalu ceritakanlah padaku tentang kenangan kami, di hadapanku. Atau, (mungkin) di hadapan kami.

Mari kita tetawa dan menangis bersama. Sebab pastinya kenangan kami akan penuh warna. 

Apakah kamu bersedia?


Saturday, August 18, 2012

Tadi

Ada yang mencuri perhatian saya. Mata saya tertanam di wajahnya. Tak mau lepas. Tak bisa menghindar.

Saya suka. Saya suka. Sangat suka. Ah, saya ingin bersama dia rasanya. Saya ingin bekenalan dengannya. 

Arghhhh, dia sangat menawan. Itulah mengapa saya tertawan. Saya hanya bisa mencuri pandang. Juga mencuri gambar.

Tadi. Ah, tadi adalah Idul Fitri dengan moment terbaik bisa melihatnya. Walau tidak sampai tahap perkenalan. 

Tapi, saya senang.

Saya bahagia.

^_^Y

#

Suatu saat saya akan memilikinya. Maksud saya, anak kecil itu. Dia anak kecil yang pendiam, cantik, soleha, bulu matanya lentik, imut, ahhhhhhhh...... mungkin bisa dibilang 'Qurrata A'yun'.

Saya akan memohon pada Allah untuk menganugerahkan buah hati seperti anak perempuan itu. :) Saya sangat suka  melihatnya. Teman-teman juga pasti suka. Harus! Hehehe

Nanti saya upload gambarnya. Mari berpenasaran dulu... :P

#


~Ah, Happy Ied~

 

#

Here she is...

cantik toh..... >_<"

 



Friday, August 17, 2012

Kontemplasi Ramadhan

"...Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya, dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur” (Al-Baqarah : 185)


Menjumpa Ramadhan, sejak bisa merasakan gegap-gempita kemuliaannya (di mata anak-anak) barulah sebatas "puasa-puasaan": jika tidak kuat memaksa buka, merengek diizinkan puasa setengah hari, minum diam-diam, buka diam-diam, bersandiwara bagai anak Eutopia di depan orang tua, berlama-lama merendam diri, berselimut dalam tameng 'tidur adalah ibadah', menagih janji uang jika sudah buka, bersafari jajanan di tengah-tengah tarawih yang berlangsung. Bermain petasan. Menghitung baju baru yang nanti dikenakan. Dan terulang-ulang. Parah!

Namun, 

Ada yang berubah. Seperti daun yang menguning lalu gugur. Ada yang bertambah. Seiring pergantian siang dan malam yang melebur. Bersaling-silang. Benarlah kata-kata bijak di kaki kehidupan, "Waktu dan pengalaman akan mendewasakan."

Menjumpa Ramadhan, kini mulai mengerti arti kesuciannya. Kegembiraan bertemu bukan lagi terletak pada iming-imingan uang seharga bakso satu mangkuk atau ragam makanan khas bulan puasa. Tapi satu kerinduan yang sangat mahal harganya. Jauh hari menyesap ketenangannya, mendamba keagungannya, lalu mulai merancang kegiatan untuk mengisi bulan penuh berkah ini dengan banyak harapan. Semoga ini. Semoga itu. Sebab yang Tuhan janjikan Maha Benar adanya. 

Menikmati saat-saat lapar dan haus. Menekan amarah. Mengasihi sesama. Mengatur prasangka. Mencoba 'meluruskan' segala laku dan kata yang selama ini masih salah. Terbingkai atas satu nama: TAQWA

Perasaan-perasaan ini, amat jarang kita temui. Keistimewaan yang langka. Selangka satu malam, yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Di penghujung ramadhan, di malam-malam ganjil, di sepertiga malam... di sanalah kita mencarinya. Tenggelam di lautan sabda-sabdaNya. Dalam sujud tuma'ninah. Serangkai lirih-lirih doa. 

Ada yang bertasbih di langit-langit bertingkat. Ada yang berdzikir di bumi berlapis-lapis. Angin menenangkan. Pepohonan takzim menunduk. Berbahagialah saat menyapa pagi, seperti kedamaian terlahir kembali. 

Sungguh ada yang berbeda bukan? Ramadhan lalu dan kini. Percayalah... esok akan jauh berbeda. Mengikuti rotasi bumi. Pun, revolusi matahari. Melepas kerinduan dengan kerinduan, semoga menjumpa ramadhan lagi. Jika Allah menghendaki. Aamiin.


~Minal Aidin Walfaidzin. Taqabbalallahu minna wa minkum.~
Pada Allah SWT kami bersaksi, maaf-memaafkan ikhlas kami jalani. 


#


Salam Autumn, semoga kita adalah orang-orang yang kembali pada kemenangan.


Monday, August 13, 2012

Ketersinggungan

Saya tahu kamu punya segala yang tak ada pada saya.

Saya tidak akan mengambilnya. Saya hanya lihat.

Jikalau tak boleh, yah tak apalah.

Saya tidak pernah berharap memilikinya.

Hanya saja, kita memiliki cara baik-baik untuk meminta.

Dan saya tak punya banyak cara untuk marah.

Hanya diam.

Sentence



"That I don't have the strength to show
But the mirror will always know
I've got to let go."


(Hoobastank - The Mirror)

Ironi

Lelaki itu ...

Berbicara pada wanita lain sama seperti saat berbicara dengan istrinya. Di belakang rumah.
Setelah merasa cukup dia kembali kepada sang istri dengan sikap wajar. Wanita lain dan wanita di hadapannya sekarang sama saja baginya. 

Lelaki itu ...

Sungguh lelaki yang baik.

Satu Kalimat

Yang saya tangkap, "Puisi yang disembunyikan."

Selalu menikmati musikalisasi puisi.

Saturday, August 11, 2012

(bukan) Hari Kebalikan

I.  I.  I.  I.  I.  I.  I.  I.  I.  I.  I.  I.  I.  I.  I.  I.  I.  I.  I.  I.  I.  I.  I.  I.  I.  I.  I.  I.  I.  I. I.
I.  I.  I.  I.  I.  I.  I.  I.  I.  I.  I.  I.  I.  I.  I.  I.  I.  I.  I.  I.  I.  I.  I.  I.  I.  I.  I.  I.  I.  I. I.
Hate. Hate. Hate. Hate. Hate. Hate. Hate. Hate. Hate. Hate. Hate. Hate. Hate. Hate.
Hate. Hate. Hate. Hate. Hate. Hate. Hate. Hate. Hate. Hate. Hate. Hate. Hate. Hate.
Me. Me. Me. Me. Me. Me. Me. Me. Me. Me. Me. Me. Me. Me. Me. Me. Me. Me.
Me. Me. Me. Me. Me. Me. Me. Me. Me. Me. Me. Me. Me. Me. Me. Me. Me. Me.


Friday, August 10, 2012

110812

Empat tangga terakhir...

Ternyata, keinginan tersesat tidak terkabulkan yah. Tak apalah. :(

Finish keniscayaan.

Jalani saja deh.

Yah, jalani saja teman.

Berani memulai, harus berani mengakhiri. ^_^Y

Wish



I WISH I COULD FLY

Wednesday, August 8, 2012

Alicia Keys - Distance And Time

Jarak dan Waktu

Aku mengikatnya menjadi satu. 

Cukup angin yang semakin kurang ajar.

Menerbangkan rindu tanpa salam.

Kakak Guru

Saya ingin mengajar dan belajar. Anak-anak itu... adalah mimpi panjang saya selama ini. Mereka akan menjadi adik-adik murid dan biarkan mereka mnemukan panggilan yang tepat untuk saya. Namun jauh hati kecil saya berharap, kelak mereka menyapa saya, "Kakak guru."

Kapan hari itu datang, Tuhan? 

Saya sudah dapat sedikit kabar, tapi serasa tak cukup. Saya rindu mengajar dan belajar. Bukan pada kelas ber-AC melainkan kelas yang dibangun dari susunan kubus triplek. Jauh di pedalaman. Dan mendapati adik-adik murid saya nanti tak beralas kaki ke dalam ruangan lalu saya pindahkan saja kegiatan belajar di alam. Mereka bebas berlari, bermain, bercerita, kami melempar senyum, beradu mimpi, sungguh setelah pulang nanti kami tertidur kelelahan. Nyenyak. Ternyata ada yang belum cukup. Kami saling mengunjungi di alam mimpi, saya di taman mereka, begitu pula sebaliknya mereka menjadi bunga tidur terindah dalam hidup saya.

Ini akan menjadi pembelajaran terbaik dan mengesankan dalam seluruh desah-desah nafas saya.


#Peluk impian dan harapan saya Ya Rabb, sebagaimana engkau memeluk matahari, bulan, bumi dan seisinya. Amiin.

Monday, August 6, 2012

L. O. V. E


"They say when you meet the love of your life, time stops, and that's TRUE. What they don't tell you is that when it starts again, it moves extra fast to catch up." 

(Big Fish)

Sunday, August 5, 2012

Autumn In Rest Time

Saya pikir tidak akan merasakan situasi ini setelah meyakinkan diri bahwa saya bisa menjejak perjalanan hidup yang panjang. Saya salah. Setiap insan kelak akan menemukan waktunya seperti apa yang kini saya rasakan. Lalu, mengapa mereka masih ada dalam lintas kehidupan ini? Karena mereka bertahan. Inilah yang akan saya lakukan. Menepi sejenak untuk bertahan. Saya benar-benar di ambang 'keterpurukan'. Me-muhasabahkan diri di 17 Ramadhan membawa saya pada satu kesimpulan: istirahat.

Yah, saya perlu istirahat dari segala kesibukan yang entah apa benar 'kesibukan' itu benar adanya. Atau, sebenarnya saya istirahat dari hal-hal yang saya jalani tanpa esensi. Saya hanya tahu saya lelah. Saya hanya tahu saya ingin istirahat. Saya takut jika tetap ngotot melanjutkannya, saya mengorbankan hal-hal yang sesungguhnya bagian kebahagiaan saya.

Dalam peristirahatan ini, akan ada banyak hal yang saya tanggalkan. Berat memang, tapi saya telah memilih. Dan Tuhan memberikan kepercayaan pada saya untuk mencobanya. 

Di rumah kedua ini, saya akan tetap mencoba untuk menuliskan puzlle kehidupan saya. Dan mencoba untuk lebih jujur dari sebelumnya. Seperti pesan teman, "Berhentilah bersandiwara Is. Menangis yah menangis. Tertawa yah tertawa. Kalau mau keduanya silahkan. Tapi jangan lakukan sebaliknya." Yah, ternyata dia 'membaca' laku saya. Saya kurang setuju kala itu, tapi hari ini....saya coba jalani. Walau besar kemungkinan saya susah mencobanya, karena itu bukan diri saya.

Terima kasih untuk segalanya. Maaf pula untuk segalanya.

#

Allah, saya kembali PadaMu. Dalam mata yang tertutup, hamba melihat tanganMu terbuka. Dekap hamba yang lemah ini seerat mungkin. Karena hanya kepadaMu-lah hamba menopang diri dari dorongan ke lembah 'keterpurukan'. Lafadz-lafadzMu, ke-Maha-an FirmanMu, di sanalah cinta-kasihMu kupetik. Menemani hamba dalam peristirahatan sejenak. Adalah kekuatan atas namaMu hamba harap, untuk melanjutkan perjalanan panjang yang menanti di kemudian hari. 

Iyyakana'budu waiyyakanasta'in. Ihdinasshirotol mustaqiim. 

Saturday, August 4, 2012

Signal (Cerpen)


SIGNAL
Oleh: Aisyah Istiqomah M*


 
Saya tidak bodoh. Saya tahu semua tanda yang kamu kirimkan lewat bahasa mata, cinta.
Saya bodoh. Saya tidak tahu cara menerima atau menolak kiriman itu.


“Tiap kita adalah pembaca.” Ayah memulai petuah. Kunci untuk menjadi pembaca yang baik adalah kerendahan hati, nak. Delapan tahun silam, Ayah banyak cerita tentang kegiatan ‘membaca’ kehidupan. Gunung, sawah, jalan raya, gempa, hujan, sinar matahari, bau basah tanah, dan segala yang ada di alam ini (menurutnya) adalah objek baca yang terhebat. Kala itu, Ulfa hanyalah anak SMP yang gerah ingin segera melepas mukenah dan menghambur ke depan televisi. Baginya, membaca adalah mengeja kalimat-kalimat yang tertulis di buku. Itu saja.

Hari ini datang. Ulfa bersikeras menerobos petak-petak memori untuk menemukan kembali sejumput nasihat Ayah. Selain kopiah hitam, sarung kotak-kotak hijau, sinetron favoritnya, juga dengungan nyamuk, tidak ada yang mampu diingatnya lagi. Dia meraba dalam kesamaran, pernahkah Ayah membahas tentang aplikasi setelah ‘membaca’? Adakah di antara kumandang adzan Ayah menjelaskan kepadanya menghadapi situasi ini? Ah! Ulfa menahan dadanya yang terasa sesak. Dia ingin bertemu Ayah sekali lagi dan bertanya, “Aku membaca tanda dalam bahasa matanya, Ayah. Apa yang harus aku lakukan kemudian?”

Ini bukan tentang luapan banjir yang mengisyaratkan kemarahan alam, ini tentang sebuah perasaan. Ketika engkau mampu membaca bahasa mata seseorang, lalu engkau menemukan cinta, lantas apa yang harus diperbuat selanjutnya?

#

“Aku tak memiliki jawabannya, Wa."
Beberapa detik berlalu sunyi.
“Apa yang harus dijawab, Fa. Bukankah tidak pernah ada pertanyaan?” Memecah sepi yang membekukan, membuat Wawa hati-hati berkata.
Tidak ada pertanyaan, Ulfa tersentak oleh jawaban sahabatnya. Yah, bukankah selama ini dirinya hanya membaca. Mengeja semua isyarat yang dengan bebas dia tafsirkan sendiri. Pada Wawa, dirinya, juga pada Tuhan dia deklarasikan itu adalah: Cinta.
Ah, keyakinanku terlalu besar untuk menyimpulkannya.
Wawa menggenggam tangan Ulfa, “Kamu terjebak dalam spekulasi, Fa. Seperti bunga api di simpan dalam tempurung kepala. Meledak-ledak. Tak pernah padam. Berhati-hatilah Fa, ini akan menyakitimu kelak…”


Ulfa terdiam. Kumpulan detik menggumpal dalam kehampaan. Ada yang berteriak di tempat tersembunyi, Menggema. Ulfa kadung percaya pada keyakinannya. Juga teriakan hatinya sendiri.
Ini cinta!

#

            Perempuan terkadang sibuk dengan perasaannya sendiri. Suara Nia mengulang tanpa diminta, membuat Ulfa memarahi seluruh komponen tubuhnya yang selalu saja salah mengerjakan sesuatu hari ini. Ada yang tak sinkron. Ada yang tak balance. Bahkan gurauan Nia yang tidak ditujukan untuknya begitu tajam mengiris.
Ada apa ini?

#

Angin menderu. Menerbangkan rok. Memainkan jilbab putih. Burung-burung berkicau. Langit cerah pada pukul tujuh pagi. Seperti ada yang menarik langkahnya untuk melaju ke halte yang sempat dihindarinya beberapa hari belakangan, Ulfa menangkap sesosok dari kejauhan.
Tinggal beberapa depa mereka bertemu. Laksana kilat, pikiran Ulfa dipenuhi ‘hasil bacanya’ selama ini. Mata lelaki itu, senyum, suara, laku, tawa, sejak hari Ulfa melanggar rambu-rambu pandangannya, menjadi satu bahasa: cinta. Dan detik ini, Ulfa justru memilih berbalik lantas bergegas pergi. Dia menyadari sesuatu. Namun terlambat. . .
“Fa!” seru seseorang memberhentikan langkahnya.
Lalu lalang pejalan kaki, arus kendaraan yang mulai ramai, obrolan sepintas pemuda-pemudi, mengaburkan debar jantungnya. Ulfa meremas ujung jilbab. Ayah…
“Iya, Fir.” suaranya tercekat di kerongkongan. Bersikaplah sewajarnya, Fa. Rutuknya sambil mengibaskan kepala.
“Kamu sakit?”
“Tidak. Ada perlu apa yah?”
“Saya pikir kamu mau nunggu angkot di halte itu, tapi kok malah pergi? Haha…” tunjuk Zafir sambil meninggalkan tawa hambar di ujung kalimat. Ulfa mencoba tersenyum, “Eh, saya melupakan sesuatu.” terpaksa dia berbohong.
Oh.
Satu kata dari Zafir menyublim kegelisahan. “Ada lagi?” tanya Ulfa. Tidak ada. Hatinya menjawab sendiri pertanyaan yang seharusnya tak dilontarkan, ayolah buat spasi sejauh mungkin Fa.
Sepucuk surat tersodor di hadapan Ulfa. “Ini memang cara klasik, Fa. Namun ini yang terbaik.” Zafir segera menyetop angkot dan masuk ke dalam. Meninggalkan Ulfa. Juga sepucuk surat.

#

           
Ulfa menghitung detik. Apa yang harus aku lakukan, Ayah? Sepertimu aku telah membaca, namun benarkah ada yang salah dengan objek bacaku. Atau cara membacaku. Dimana letak kekeliruan itu, Tuhan?

            “Aku tidak memiliki jawabannya, Fa.”
            “Mungkin aku akan sepertimu, Wa. Entah ketika pertanyaan itu ada atau tidak.”

            Ulfa menutup pintu kamar. Meninggalkan Wawa. Juga sepucuk surat.




#Cerpen ini terinspirasi dari buku “Berjuta Rasanya” karya Tere Liye. Mari membaca dengan kerendahan hati. Salam Autumn.
*Ketua FLP Cab. Maros