Thursday, September 26, 2013

Serial Nyamuk #1: Kalian Bernama!



"Hei, kami datang lagi." Aku menoleh cepat, dua nyamuk gendut menyeringai sambil mengepakkan syaapnya. "Kami sudah kenyang! Jangan usir kami yah, plisss..." sambung si betina. Tawaku lepas begitu saja. "Iya, aku tahu kok. Kalian terlalu gendut untuk terbang serendah ini." Si jantan membuang muka, kesal. Si betina cekikikan tak jelas. Aku alihkan kembali pandanganku ke layar laptop.

"Kamu sedang apa?" si betina terbang mendekatiku. "Membaca!" jawabku singkat. Si jantan terbang di sekitar layar lalu hinggap di keyboard. "Kami tahu kamu sedang membaca, tapi baca apa? Tidak bisakah kau sedikit ramah pada makhluk seperti kami?" si jantan terbang lagi walaupun sedikit kepayahan membawa badannya yang berat.

"Kalian..." aku menghela nafas. "Hei, siapa nama kalian?!" Si jantan terkejut, dia hampir saja menabrak lemari di dekatnya. Dengan sempoyongan dia mendekati si betina. "Kau bertanya pada kami?" matanya memicing. "Iyya, kalian, siapa lagi? Ini bagian dari 'keramahanku' yang kamu minta. Semacam perkenalan dalam pertemanan." aku mencoba tersenyum.

"Kau ingin berteman dengan kami?! Huaahhh, oh iya, namaku," si betina antusias memulai perkenalan diri. "Aku." Si betina menunjuk pasangannya, "Dan dia, Dia." Si jantan berputar-putar, mencoba melakukan selebrasi, walau akhirnya jatuh mendarat di kasur. "Maaf, aku terlalu kenyang." ujarnya malu-malu. Si betina menutup wajah dengan sayapnya, "Berhentilah berbuat konyol, sayang!"

Aku tertawa melihat tingkah mereka. "Hei, bagaimana bisa namamu 'aku' dan 'dia', itu bukan nama!" Si betina terbang ke dekat wajahku, "Tapi begitulah, aku yah aku, kalau aku memanggil dia, yah dia dan kadang menjadi 'kamu'. Ah, seperti itulah..." Si jantan ikut bersuara, "Yah, kadang aku menjadi 'aku' dan dia yang menjadi 'dia', lalu-"

"Stop!!!" Aku mengisyaratkan kedua nyamuk itu untuk mendekat. Aku memijit keningku. "Itu bukan nama, 'aku, kamu, dia,mereka' hanyalah kata ganti yang bisa berubah-rubah. Nama adalah panggilan hidup-matimu. Seperti aku, namaku Aisyah Istiqomah Marsyah. Kalian boleh memanggilku Aisyah seperti temanku yang lain, atau Iis juga tak masalah." Kedua nyamuk itu menyimak dengan seksama kemudian saling berpandangan, entah apa arti pandangan mereka.

"Aisyah," Si betina berbisik di telingaku. "Nama yang cantik. Aku juga ingin punya nama. Beri aku nama..." Kali ini aku tersenyum lebar. Aku beralih ke si jantan, dia membuang muka. Oh, dasar jaim! "Sayang, kau ingin punya nama bukan? Ayolah, tidakkah mengasyikkan ketika kamu bisa memanggilku dengan nama yang cantik? Nyamuk yang lain akan iri mendengarnya, ayolah..." bujuk si betina sambil mengedipkan matanya. Si jantan tersenyum kecil, lalu buru-buru bersikap angkuh seperti biasanya. "Aku pikir, tidak ada salahnya. Berikanlah kami nama..."

Lepas sudah tawaku. Dasar, nyamuk jaim! "Tunggu, beri aku waktu berpikir..." Aku memainkan jari di atas keyboard, sedang kedua nyamuk itu menunggu sambil harap-harap cemas.

Lima menit berlalu. Ah, aku membuka mulut lalu menggelengkan kepala. "Tidak bagus. Tidak cocok. Ehmmm, belum pas. Kurang keren!" Si betina komat-kamit tak jelas, si jantan mulai resah dan mendesakku. "Cepatlah! Aku merasa tanganku dingin."

"Ssssttttt!!!!" kompak aku dan si betina menutup gerutuan si Jantan.

"Yah!!!" Aku berteriak mengagetkan kedua nyamuk itu. Aku tersenyum kecil, menatap wajah si betina dan jantan bergantian. "Aku rasa, nama ini cocok untuk kalian." Si jantan dengan cepat terbang ke arahku, "Apa itu? Cepat katakan, siapa namaku? Aku tak sabar lagi, aku akan memberitahukan pada nyamuk lain bahwa aku punya nama. hohoho. pasti mereka akan cem..bu..ru.." Aku tersentak. Aku dan si betina pun menatap tajam ke si jantan yang langsung menghentikan cerocosannya. "Hehehe, ehmm..aku hanya tak sabar ingin tahu namaku saja." Si jantan mundur perlahan hingga sejajar di samping si betina. "Memalukan!" bisik si betina sedikit marah. "Maafkan aku." balas si jantan menyesal.

"Sudah, sudah, jangan bertengkar! Dengarlah... nama kalian adalah-" aku menunjuk Si jantan, "Mosquito. Tn. Mos-kwi-to! Dan kamu, nyamuk betina yang cantik, namamu adalah Mosquita. Ny. Mos-kwi-ta!" aku tersenyum puas. Menunggu reaksi kedua nyamuk di hadapanku. Mereka bersitatap. Belum ada suara, aku menopang daguku di lutut. "Kalian tidak suka, yah?"

Tiba-tiba, serentak kedua nyamuk itu menyerbu dengan banyak 'ciuman' di pipiku. "Hei, sakit! Hentikan, hentikan, huaaahhh..." hampir saja aku menampar pipiku, dan kedua nyamuk itu terbunuh dengan tanganku. Huh. Aku hanya bisa menggelengkan kepala dan mengibas-ngibaskan tangan.

"Oh, maafkan kami Aisyah, maafkan kami... kami hanya terlalu senang mendengar nama yang kamu berikan." Si betina memelas. "Hoh?! hampir saja aku mati dengan nama yang keren sekali." si jantan, Moskwito, mengelus dadanya. Aku tergelak. "hahaha, iya, iya, aku tahu kalian senang sekali. Tapi, tidak usah menciumku. Sakit tau!"


Moskwito dan Moskwita berputar-putar mengelilingiku, mereka tertawa dan saling memanggil satu sama lain. "Moskwita-ku..." panggil si jantan. "Iya Moskwito-ku sayang..." si betina menjawabnya dengan sangat merdu. Hahaha, aku menahan tawa dan menyingkir sedikit. Membiarkan kedua nyamuk itu 'bersayang-sayangan' dengan nama barunya. 

"Moskwita, kau seperti Ratu nyamuk dari kerajaan belanda...."

"Seperti itukah? Oh, Moskwito sayang... kau bagaikan Raja dari kerajaan Inggris."

"Hohoho, sudah pasti itu sayang!"

Mereka menjauh, sambil terus memanggil-manggil nama bergantian,saling memuji dan terdengar sedikit berlebihan. Gombal! Tak kusangka mereka akan sebahagia itu. Hoh, tak kusangka pula akrab dengan nyamuk bisa membuatku sedikit bahagia juga. Aku melanjutkan bacaanku, samar kudengar suara manja mereka di ujung kamar.

"Moskwitoku sayang... aku mulai lapar." si betina merajuk. "Aku juga Moskwitaku cantik. Ayo kita cari makan!"

Aku menegaskan telingaku. Tunggu, jangan-jangan.... Ah, kudapati dua nyamuk itu sudah berada di hadapanku. Berputar-putar. Mencari lokasi yang enak untuk menghisap darahku. Argghhhh, berhenti berdenging di telingaku!!!


*to be continue :D


Maros, 26 September 2013

No comments:

Post a Comment