Sunday, April 5, 2015

Tentang Perempuan yang Membuat Lajur Kata



source: dok pribadi

"Mencintainya harus menjadi langit, biru. Dia akan membagi senyum selengkung sabit, semerah senja, dan --aku tak bisa membayangkan lagi." 

(Gadis Langit, AIM) 


Setelah 'Ibu' satu kata yang hidup serupa tumbuhan hijau di kepalaku adalah 'Langit'. Abu-abu adalah duka. Hitam bertabur kelipkelip cahaya adalah gaun pengantin. Merah adalah raja yang kuat untuk bertahan saat fajar dan senja. Lalu biru, akan sampai dimana biru itu?


Selain 'apa kabar' dua kata yang menjadi favoritku adalah 'suatu saat', --semacam pintu yang kuketuk pelan dan kulit dunia nyata terkelupas, menampakkan penghuni dengan wajah beragam harapan dan menyapaku sopan. Kalau sudah diberi senyuman, mereka mulai mengigaukan halhal aneh. Katanya, aku bisa ke langit, melampaui bulan, mengukur sendiri tepinya (di bagian ini aku tertawa) dan masih banyak lagi. Jika aku menggelengkan kepala -tak percaya- mataku menangkap matahari itu jauh sekali dan sendiri, --seperti biasa. Pintu tertutup. Dunia memakai kembali jubah kebesarannya, pongah. 


Seperti 'Aku benci dingin' tiga kata yang sepadan negatifnya adalah 'Aku benci kamu'. Dengan tanda seru di ujung, seharusnya sudah cukup untuk membuatku berjalan mundur dan seimbang. Bukankah seperti itu, karena merasa tak sanggup... hati mengemas kebalikannya, --keterlaluan bodoh. Bila saja aku pandai menyimpan rahasia, meski di sisinya, tiga kata yang melompat-lompat seperti anak kecil akan tetap diam sebeku es krim di tangan. Tapi, 'aku cinta kamu'; Es krim meleleh; hatiku; hatinya. 


Begitulah, sekata, dua kata, tiga kata atau kekata yang kalau dibuatkan lajur, akan kewalahan nantinya. Hidup yang dilewatkan dengan diam adalah persembunyian, kalau kita menemukan hati yang baik, kita akan mulai berani keluar dan berbicara. Bukan bergunjing. Dari semut apa yang telah menggigit lenganmu sampai perihal peristiwa terluka yang disimpan menahun. Sepasang hati terus menumpahkan kata, --tanpa lajur. Panjang lebar. Penuh debardebar. 


Ah, sepertinya aku terlalu banyak berkata-kata. Selamat siang. :) 


Jkt, 18032015

No comments:

Post a Comment