Monday, April 6, 2015

Kepada Seorang Perempuan Muda yang Kuat


Untuk UA,

Benarlah kita tak sedarah, berjumpa sesekali, bukan pula teman yang akrab mengisi harihari. Kalau aku datang begitu saja dan menggenggam tanganmu, pastilah kamu kaget dan tak mengerti. Kalau aku mengirim pesan atau meneleponmu saat ini, pastilah kamu terkejut dan tak percaya. Kenapa aku tetiba ada mengantri di pintu hatimu untuk masuk, sebagai seorang kakak mungkin.

Di suatu malam setelah membaca buku The Palace of Illusions, aku menemukan banyak pertanyaan berserakan tentang hidup, --terutama mengenai perempuan. Salah satunya adalah, mengapa perempuan selalu diidentikkan dengan kelemahan? Bahkan dalam buku itu disebutkan, perempuan tidak akan pernah bisa menghabiskan semua air mata dalam hidupnya. Apakah akan selalu ada peristiwa yang membuat mata perempuan menangis?

Sebagai seorang anak, maka ibu adalah teman perempuan pertama yang kutemukan. Selama beberapa tahun bersamanya, aku tak pernah melihat ia menangis di hadapanku. Mungkin saja pernah, tetapi tak sesering ia tersenyum hingga dengan mudah aku melupakannya. Mungkin pernah, saat tak ada orang di sekitarnya dan hanya di hadapan Tuhannya. Jadi kupikir, di mana letak kelemahannya? 

Kamu mungkin bertanyatanya apa maksud ceritaku yang sepenggal saja, entahlah... aku hanya ingin mengajakmu melihat bersama sesuatu dari sudut pandang yang berbeda. Tanpa menggurui, --tanpa tedensi apapun selain aku memang ingin bercerita.

Ada yang salah kumaknai, kupikir menangis adalah tanda kelemahan. Perempuan yang menangis adalah perempuan yang lemah. Aku mengaku salah. Namun, sudut pandang lain yang kucoba percayai adalah: perempuan ditakdirkan untuk kuat. Tak peduli seberapa banyak persedian kantung air mata yang dimiliki, perempuan harus kuat. Tak peduli berapa masalah datang dan pergi, perempuan harus kuat. Tapi kenapa? Mengurai jawabannya sama saja menceritakan kehidupan seluruhnya. Bukankah perempuan madrasatul ula, sekolah pertama bagi anak manusia? Bukankah perempuan tempat bermukimnya syurga untuk anak manusia? Seperti kekuatan Khadijah untuk menjadi tempat bersandar Rasulullah, kekuatan Maryam untuk menjaga kehormatannya, kekuatan Asiyah menyelamatkan imannya, seperti kekuatan Aisyah atas fitnah yang menerpa dirinya, serta masih banyak lagi perempuanperempuan kuat yang dijamin syurga.

Hari ini, hati perempuanku mengetuk-ngetuk minta bertemu denganmu. Minimal seperti ini, menulis dan menjumpai dalam rangkaian kata. Sebab terbentangnya jarak, pula ketidaksanggupanku untuk menjadi kakak meski dalam dunia maya. Bahwa, aku kini bercermin dalam kisah hidupmu: tentang seorang perempuan muda yang kuat. Refleksi hidup yang tengah kamu jalani, pecah berurai menjadi potonganpotongan hikmah yang aku, --para perempuan lain mestilah memungut dan mempelajarinya.

Aku tahu ini tak berarti apaapa, sebab aku hanya melihat kulit luar dari ujian yang menimpamu, selebihnya hanya kamu, orang terdekat dan Tuhan yang tahu. Oleh itu, sudah kukatakan sebelumnya, kutulis ini sebagai jalan untuk menjumpa. Tak ada tedensi apapun. Kalau pun (boleh) ada, aku ingin kamu menerima rasa terima kasihku untuk ketegaran, kekuatan, dan senyum yang selalu kamu tampakkan. Semoga.

Salam untuk si kecil, dia akan baikbaik saja, Insya Allah. Bukankah dia dikelilingi perempuanperempuan kuat? Allahumma aamiin. :')


Jakarta, 060415

No comments:

Post a Comment