Thursday, January 29, 2015

Penghuni Draft #4


MELATI

Kiranya dia mengenal aku. Melati. Yang menemaninya tertawa, ketika dia salah memakai sepatu. Atau, si pendengar setia  bisikan jahil tentang Marlyn Monroe yang punya enam jari di kaki kirinya!
Kiranya dia mengenal aku. Melati. Yang mengetuk pintu rumahnya, untuk kali ini. Karena sebelumnya aku selalu nyelonong masuk dan membangunkan dia yang terlelap dalam kemulan selimut. Mengacak-acak rambutnya. Berteriak bak orang gila yang terlepas belenggu. Dia akan tersentak bangun, mendengus, menyeringai kejam, setelah sadar dilihatnya aku berdiri gigit jari bersiap kabur dengan gelak tawa yang menggemakan rumah kosong miliknya.
Kiranya dia mengenal aku. Melati. Perempuan yang selalu berjanji takkan kalah pada air mata. Itupun karena paksaannya. Dia bilang: Melati, air mata boleh keluar untuk dua hal. Pertama, saat mengupas bawang. Kedua, saat aku mengijinkan.
Bagaimana sekarang? Dia yang tak berkata apapun padaku. Aku sudah sangat ingin menangis. Sangat. Banyak sangat, dia harus tahu itu.
Kiranya dia mengenal aku. Melati. Bukankah tiga belas tahun adalah waktu yang cukup lama? Dulu awal jumpa. Dia lima tahun-aku empat tahun. Sekarang saat sesuatu terlupa. Dia delapan belas tahun-aku tujuh belas tahun.
Dan yang menyakitkan adalah: Yang terlupa itu, aku.

*

 Aku, melati yang mewangikan harinya. Dia berkata seperti itu sebelum benar-benar berlagak konyol, mengabaikan panggilanku, acuhkan senyumku, dia seperti orang baru yang sombong dan tak peduli siapa aku yang mati keheranan di hadapannya. Dia pun berlalu.
Dia aneh.

Dulu aku biasa saja dengan segala keanehan yang dimilikinya. Karena ‘aneh’ itu begitu mendamaikan dan
*

Cerpen 19 Agustus 2011, hell yeah -___-
Kalau gak salah saya bikin cerpen ini dengan versi yang berbeda-beda, salah satunya pernah dishare ke FB. Pas banget punya temen FB namanya Kak Melati. Huh yahhhh :D

No comments:

Post a Comment