Thursday, January 29, 2015

Penghuni Draft #3


MENGEJA CAHAYA

Kamu sudah berusaha. Hidup-mati. Siang-malam. Sehat-sakit. Kau gadaikan waktu di sebuah ruang persegi yang dingin oleh angin tak alami, bekerja 1x24 jam, dikali 30, dikali 12, dikali 10 lagi. Kamu dan AC di ruanganmu 3600 hari berduet mengerjakan sesuatu yang bagimu lebih penting dari sepiring nasi yang menganggur di sudut meja. Tak dipedulikan. Kamu mau, dimakan. Jika tidak, basi dan terbuang. Selalu seperti itu.
Ditambah satu hari lagi. Tepatnya, sebelas jam berlalu.
Kamu duduk di singgasana-mu yang terasa tak nyaman seperti biasanya. Ada yang aneh. Berkas dihadapanmu; angka-angka menari, aksara muncul-tenggelam, kertas terisi, lalu kosong. Kamu terperanjat, sesaat. Mengucek mata, mengendorkan dasi membiarkan udara mengalir lancar. Kamu merasa sesak. Sesak sekali.
Ada apa?
Kamu stuck pada satu titik di suatu hari. Diam. Memandang seberkas cahaya matahari yang menembus tirai jendela.
Sesuatu muncul dari palung hatimu yang terdalam, seperti ada bangkai kapal yang muncul di permukaan setelah bertahun-tahun lamanya terkapar di dasar laut. Menyentakkan.
Kosong.
Adalah ‘bangkai’ di dalam dirimu, sebuah kekosongan.


*

:( ini juga dibuat pada 15 Oktober 2011 :(
Cerpen ini, sangat filosofis dan kontemplatif rasanya.... jika dilanjutkan. JIKA!
Pfttttt

No comments:

Post a Comment