Thursday, February 16, 2012

Paralyzed

Bismillahirrahmaanirrahiim.


Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum, sampai  mereka mengubah keadaan mereka sendiri. (QS. Ar-rad: 11)

Membuat batas adalah pekerjaan termudah. Terutama dalam ranah pemikiran kita. Saya tidak bisa, saya orang miskin, kalo ada uang pasti beres, kalo jadi dia segalanya akan mudah, bla-bla-bla...

It's easy. Kata-kata yang terucap, menjadi batas. Pikiran yang terlintas, menjelma batas. Laku yang pasrah, bernama batas.

Disadari atau tidak, kita akhirnya menjadi hakim keterbatasan untuk diri kita sendiri.

*

Masa SMP kelas 2 adalah salah satu masa tersulit dalam hidup saya. Keluarga kami mengalami putaran roda hidup, jatuh, mungkin istilah itu dapat mewakili. Dunia terasa berbalik menyerang kami. Saya mulai mengurung diri, dari tirai hingga menjadi tembok besar, batas-batas tercipta.

Mimpi-mimpi yang terbangun dari ocehan masa kecil, merapuh di ujung hari. Jika tidak ada mama dengan nasihatnya mungkin hancur sudah berkeping-keping (thanks ma...). Waktu berbilang, saya bermatamorfosis menjadi pembatas ulung. Sulit sedikit, saya salahkan keadaan. Terlihat sulit, saya mundur sebelum mencoba. Pokoknya segalanya seperti bukan hak saya untuk mencicipinya, melihat diri, merasa ada yang lebih pantas dan berhak mengambilnya. 

*

Batas-batas itu melumpuhkan. Sangat.

Kapan saya sadar?

Ketika 'jatuh' menimpa saya untuk kedua kalinya. Peringkat saya turun drastis, dari urutan kedua menjadi ketujuh. Lengkap sudah, roda benar-benar berputar bagi saya. 

Tapi, Tuhan Maha Baik kawan, ini seperti sebuah tepukan kesadaran. Dia seakan berkata, "Hai, hambaku iis lihatlah batas-batas yang engkau buat, tidak lain adalah pembenaran bagi dirimu sendiri bahwa kamu memang tak bisa."

Saya 'membaca' itu sambil berlinang air mata.

*

Allahu Akbar, kawan kalian perlu tahu. . .Masih dalam 'jatuh' yang menimpa keluarga saya, janji Allah tak pernah ingkar. Di kelas 3 saya kembali dalam jajaran 3 besar, tepatnya sang juara berturut-turut. Menjadi siswa terbaik. Masuk SMA favorit (walau akhirnya pindah ke pesantren terbaik juga).

Semua itu tidak akan saya capai tanpa keyakinan untuk meruntuhkan batas-batas yang dulu saya bangun. It's easy.  More. And More. Kenapa? karena  seperti itulah sebaiknya kita memulai. Change our mindset, lalu naiklah perahu kehidupan dengan nahkoda sabar dan syukur. 

*

Batas-batas, tembok-tembok, yang tercipta atas kerapuhan rasa percaya diri adalah VIRUS yang melumpuhkan. Paralyzed. Sebelum itu terjadi, berobatlah. 

Maksud saya, sadarlah....

*

# Hug n Smile 4 u All

No comments:

Post a Comment