Tuesday, July 22, 2014

Berbincang Tentang Penyesalan





Dalam sebuah percakapan yang kupaksa untuk panjang -karena aku tak ingin berhenti berbincang dengannya-, kakak itu memberikan 'kata mutiara'yang sampai sekarang belum bisa kupahami, walau sebenarnya -sepertinya- sudah kurasakan.

*

"Kak, mau berhenti kerja?"

"Iya, dek."

"Deh! Baru 2 minggu yang lalu kuberi selamat kak, masa sekarang udah berhenti?"

"Iya, mauka buka bisnis sendiri."

"Oh, nda menyesal jeki?"

"Kata kak M, apapun yang kita putuskan pasti akan kita sesali. Entah sedikit atau banyak. Hehehe"

"..."

"Kenapa? Gak ngerti yah?"

"Bah..."

"Nanti menger jeki itu, doakan nah!"

"Iya, semoga lancar bisnisnya."

*

Tak ada yang perlu disesali. Lalu bagaimana dengan kalimat ini, kak? Mengenai persoalan hidup, memang saya banyak keponya. Selalu ingin tahu ini-itu, dan bagaimana orang-orang mampu melewatinya dengan baik.

Andai ada perbincangan lain setelah itu, mungkin saya akan memperoleh jawaban lebih dari apa yang saya terka sendiri. Sayang, kak FN seperti menghilang ditelan bumi.

Kemudian, saya mulai mengingat hal-hal yang sudah saya putuskan sepanjang hidup saya. Apa, kemana, bagaimana, kapan, dan semua yang setelah saya pilih untuk diri saya dan kehidupan saya, adakah yang saya sesali? Berapa banyak penyesalan? Sedalam apa? Lalu?

Semakin saya mencoba mengingat, saya merasa ada yang aneh di hati. Semacam 'ketidakmampuan' menerima jawaban yang muncul atas pertanyaan sendiri. Saya putuskan untuk berhenti mencecar diri saya tentang penyesalan, saya takut terluka.

Sesaat pikiran egois saya muncul,

"Hidup saya sudah dipenuhi banyak penyesalan.
Saya tak ingin menerima orang-orang
yang datang dengan penyesalan -atas apa saja-"
Dan keegoisan lain muncul,

"Saya tak menyesali apapun."

Ahhhh, pergilah pikiran jahatttttt. Sepertinya saya butuh seseorang -mungkin kak FN lagi- untuk menjelaskan tentang penyesalan-penyesalan yang akan kah ada habisnya. Benarkah selalu ada?

*

Jkrt, 220714

No comments:

Post a Comment