Saturday, May 19, 2012

Catatan (luar) Biasa

Bismillahirrahmaanirrahiim.

Seseorang pernah bilang: Betapa luar biasanya diri kita, karena siapapun diri kita, seperti apapun kehidupan yang telah kita lewati, kita adalah kita. Tak ada yang bisa menyamainya, meski kembaran sekalipun. Kita itu hanya satu. Tak ada yang lain.


Yah, kurang lebih seperti itu yang saya tangkap. Sangat mengena. Karena terkadang, saya (mungkin juga kamu) mendambakan menjadi orang lain, yang ini-itu, bisa begini-begitu, tanpa pernah melihat dan mengeja ‘siapa saya sebenarnya’?

Saya wanita luar biasa.

Seharusnya kalimat pamungkas itu datang lebih awal, mengetuk kepala saya yang error lantaran sibuk mengutuk diri ‘Saya bukan siapa-siapa. Saya bisa apa?’
Tapi tak apalah,  itu berarti ada lagi alasan untuk hadirnya pepatah ‘Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali’
Meski sebenarnya, saya lebih suka dengan -lebih baik tidak terlambat daripada terlambat- mengingatkan saya pada ucapan penjaga sekolah yang bosan mencatat nama saya (Si anak baru) di daftar Black List. Miss later.

Bagaimana saya bisa tahu, saya wanita luar biasa? Bacalah!

Pernahkah kamu bertahan berjam-jam membaca di perpustakaan dari awal buka hingga tutup kembali? Saya pernah. Pernahkah kamu menguasai Tenses sedangkan umurmu baru sekitar delapan tahun? Saya pernah. Pernahkah kamu ingin/sedang bermain, tiba-tiba bapakmu menyuruhmu ambil buku terus belajar? Saya pernah. Pernahkah kamu tetap nekat pergi ke sekolah, padahal kamu tak memegang uang sepeser pun ditambah banyak tagihan ini-itu menanti dan tanganmu terancam dipukul selang? Saya pernah. Pernahkah kamu menjual PR-mu demi mendapatkan uang jajan? Saya pernah. Pernahkah kamu menulis puisi berlembar-lembar hingga menjadi sebuah buku, lalu menyiramnya dengan air karena ibumu membacanya? Ah, saya pernah.

Meski terdengar aneh…

Pernahkah kamu?
Adalah pertanyaan terbaik yang dapat mengungkap siapa saya/kamu sesungguhnya. Pertanyaan yang menyadarkan saya, ada banyak ‘sesuatu’ yang telah saya lalui dan belum tentu orang lain pernah merasakannya. Pertanyaan yang memperlihatkan pada diri saya, bahwa saya berbeda. Pertanyaan yang membius saya untuk berdiam sejenak dan berpikir lantas berteriak: Saya melakukannyaaaaaaaa!

Pernahkah kamu?
Pertanyaan ajaib yang mengubah kata ‘biasa’ menjadi ‘luar biasa’, mungkin pertanyaan yang saya sebutkan tadi sepele bagi kamu, bisa jadi ada hal-hal yang lebih besar pernah kamu kerjakan dibanding sekedar menjual PR demi uang jajan.
Itulah maksud saya, kita memiliki pertanyaan dengan jawaban yang berbeda-beda sesuai dengan jalan hidup kita masing-masing. Kita luar biasa dengan gambaran dan jalan yang berbeda.

Lemparkanlah pada saya sebuah pertanyaan: Pernahkah kamu menempuh perjalanan 2 Km tanpa alas kaki, naik-turun gunung, menyeberangi sungai demi menimba ilmu? Atau, pernahkah kamu memanjat pohon kelapa di umur tujuh tahun? Atau mungkin, pernahkah kamu menangis berjam-jam karena putus cinta? Jawaban saya adalah: tidak pernah!

Tapi, belum tentu denganmu, (mungkin) dengan bangga kamu berkata: Saya pernaaaah! (salut) Empat jempol saya kasih, :)

***

Baiklah, sampai di sini saya sadar, saya baru saja bertingkah seperti Orang-Yang-Sok-Paling-Tahu, tapi memang benar, inilah yang saya ketahui dan saya mau kalian juga tahu. Bahwa kita spesial. Kita berbeda. Kita hanya satu. Kita bukan dia. Kita bukan mereka. Kita adalah kita. Kita luar biasa. Kita sangat luarrr biasaaa.

Ditunggu pertanyaannya. Pernahkah kamu? Dan lihat jawabannya.


(Mau percaya atau tidak, mentari tetap bersinar)

No comments:

Post a Comment