Tanpa melihat jam saya tahu dimana keberadaan waktu sekarang, ehm...tepat jam satu malam. Kenapa bisa? Karena ini adalah kali kedua saya mendengar suara tiang yang dipukul, menjelma bebas menjadi bel bagi manusia malam seperti saya. Dimulai dari jam 12, Sang Satpam akan memukulnya berulang-ulang tiap pergantian jam. Hehe, jadi kala malam tanpa jam saya tetap sadar waktu.
#
Saya tidak sedang galau, lalu membuat note ini. Tidak, saya baik-baik saja kok. Hanya saja, saya sedang lapar sangat. Pada dasarnya saya omnivora, pemakan segalanya, kecuali; pete, jengkol, terong, ikan asin, oncom, hati daging, kambing yang berbau, ayam mati kemarin, ikan tewas karena potas, bebek yang tertabrak motor bebek, juga daging burung bekas tabrakan dengan pesawat. Masih banyak lagi. :))
Sesungguhnya, satu yang menyebabkan saya sekarat lapar. Yaitu: Tahu. Bukan saya tidak suka, tapi perut saya seperti memiliki dendam kesumat sehingga menolak kehadiran makanan satu ini. So, bukan niat saya pilih-pilih kasiaaaan...
Lupakan di atas, cukup mengingat satu hal; belajarlah berdamai pada semua jenis makanan ketika lapar. Jika tidak, masalamah pada ketenangan. Merengut; LAPAR! (suara hati)
#
Yap, pengalihan isu lapar ke topik lain.
Si Preman Rumah |
Yang di atas, namanya Muhammad Abdullah Azzam. Adik saya, pas banget lahir setelah saya, kalau tidak hilang sudah point kebanggaan melawan dia. "Gue kakak-Lo tuh adik!" (^_^)v
Males juga sih bahas ini anak, masalahnya yang diinget cuma masa-masa 'peperangan' juga 'pemboikotan massal' selebihnya 'pergulatan kecil-kecilan' haha, ampun dah.
Mama ngidam apa sih punya anak kayak gitu?
Kalo kesel udah di puncak, yah pertanyaaan di atas jadi peluru. Nggak tahu kenapa, adik saya yang satu ini ngeselinnya minta ampun. Punya hoby kok bikin nangis kakak sama adiknya setiap hari. Bawel pula, mengalahkan ibu penjual jamu yang sering teriak-teriak di depan rumah.
Yang namanya berantem, sudah semua tanding sama dia. Kalah-menang, selalu berujung tangisan, karena cuman itu yang bisa bikin kelar. Ibaratnya, visi dia hidup adalah mengeluarkan air mata saudara sebanyak-banyaknya. Ckckck
#
Sebenarnya saya mau nulis yang baik-baik, tapi, aduh gimana yah? Berat banget...hehehe
#
#
Azzam,
akibat lidah Jakarta, akhirnya dipanggil Ajam. Biasa diplesetkan 'Kojam' kadang
juga 'Kejam' seperti sifatnya.
Lucunya
nih anak, bersikap macam preman kampung cuma di rumah doang, kalo di luar main
sama teman-temannya usut punya usut nggak jauh beda dengan anak bawang. Taringnya
disimpan sampai masuk pintu rumah. Pembalasan dendam, mungkin.
Kata
mama, efek minoritas laki-laki di rumahlah (4 cowok VS 8 perempuan) yang
menularkan kebawelan pada cowok satu ini. Gengsinya yang tinggi, memaksa dia
untuk terus melawan ribuan peluru kata dari cewek2 yang tiada habisnya. Ah,
saya agak tersinggung untuk yang satu ini. :(( Tapi, iya juga sih.
#
Selain
ngeselin, bawel, Ajam juga penakut. Sebagai seorang lelaki bagaimana bisa dia
orang yang paling pertama lari kalo ada hal-hal aneh. Mau cabut gigi ajah di
puskesmas harus diajarkan segala tetek-bengeknya, sampai cara masuk ke ruang
dokter. "Nanti masuknya bagaimana mak, Ajam ngomong apa, kartunya ditaruh
dimana, siapa yang dikasih, blablabla." (geleng2 kepala)
Oia,
mau tau binatang yang paling dia takuti? Bukan singa apalagi ular. Tapi, ULAT.
Taringnya tumpul kalo sudah berhadapan dengan ulat. Takut plus jijiknya minta
ampun. Lumayan juga sih, kalo lagi bete yah teriakin ajah si Ajam,
"Awas...ulat di baju lu!" Sontak dia keleper-keleper ketakutan sambil
teriak "Mana, dimana, mana, ambilin dong!!!" Haha, macam Ayu Ting2.
#
Apalagi
yah, banyak banget deh jeleknya tuh anak. Busyet, kok dari tadi ngomongin yang
jeleknya terus yah, astaghfirullah...jelek-jelek gitu si Ajam kan adik saya.
*mulai deh
Dia
sekarang kelas 3 SMK, punya hobi utak-atik barang elektronik, pintar bongkar
gagal mengembalikan. Kurang-lebih gitu. Sekarang berkecimpung di dunia listrik
karena jurusan yang diambilnya Instalasi Listrik. Kulitnya cukup putih klo
nongkrong sama teman2nya, tapi kalo di rumah harus diakui dia paling hitam.
Pengikut bapak satu-satunya. Hha, hati-hati kesetrum Jam, bisa-bisa
tambah.....*sensor*
Tapi harus saya akui dia jago membuat sesuatu dari tanah liat. Berapa kali karyanya menimbulkan decak kagum orang rumah, pernah kejadian salah satu miniatur miliknya jatuh dan rusak. Demi kebaikan bersama, atas ide mama juga sih, kami sepakat mengatakan itu salah kucing. Menyelamatkan adik saya yang ketakutan kena marah, wong Ajam suka banget sama tuh karyanya yang patah-patah. Hehe.
Tapi harus saya akui dia jago membuat sesuatu dari tanah liat. Berapa kali karyanya menimbulkan decak kagum orang rumah, pernah kejadian salah satu miniatur miliknya jatuh dan rusak. Demi kebaikan bersama, atas ide mama juga sih, kami sepakat mengatakan itu salah kucing. Menyelamatkan adik saya yang ketakutan kena marah, wong Ajam suka banget sama tuh karyanya yang patah-patah. Hehe.
#
Sebenarnya,
walau riwayat berantem kami paling banyak, tapi kami pernah dalam satu
perjuangan. Yah, saat harus sekolah di pesantren. Memang benar ungkapan, di
saat mendesak kita akan saling bahu-membahu untuk bertahan meski berstatus
saling benci sekalipun. Itulah yang terjadi. Semua keluarga ada di Jakarta,
hanya ada saya dan dia di tempat asing. Anak rantau. Kalo butuh apa-apa, kami
saling mencari. Saling menanyakan keadaan, saling bertanya keuangan, saling
bertanya keinginan juga saling menyimpan kerinduan.
Kali
pertama kami menanggalkan keegoisan, "Eh masih ada uang lu gak?" atau
"Nih, uang buat lu." kalimat2 yang sebelumnya haram diucapkan.
Kadang
di asrama, saya mikir Ajam sehat gak yah, kelaparan apa tidak, sudah punya
teman atau belum, juga kekhawatiran lain yang sebelumnya mana pernah saya
rasakan. Aneh tapi nyata. Tapi begitulah faktanya, ikatan darah tidak
serta-merta terputus hanya karena kejengkelan sedikit ataupun kebencian banyak.
Saudara yah saudara. Dekat saling ngeledek, jauh saling merindu. Harga mati
yang tidak bisa ditawar-tawar. Karena itulah saya sekarang.
#
Saya
berharap sih dia dapat menggapai semua cita-citanya, setinggi-tingginya,
setinggi badan dia yang alamak seperti tiang listrik. Padahal dulu sebelum
pindah dari Jakarta kami saling membandingkan tinggi, sayangnya kemenangan 5 cm
milik saya berakhir setelah melihat foto di atas. Cowok kok enak banget yah
pertumbuhannya, menjulang ke atas. Saya...*Ups sensor lagi.
#
Satu
hal saya lupa, Ajam tidak memakai 'Marsyah' di belakang namanya. Hanya dia
seorang. Bukan karena dia anak pungut seperti ejekan masa kecil, tapi mama kasian
klo nama panjangnya ditambahkan lagi dengan 'Marsyah', bisa-bisa saat Ujian
Nasional habis waktu lantaran dia kecapean menghitamkan kolum nama. hehehe
#
Sorry
Jam, kalo tentang lo lebih banyak jeleknya dari pada bagusnya. Kakak lu satu
ini hanya mencoba untuk jujur, wkwkwkw *Juskid :p
Oia, jangan sakit yang aneh-aneh lagi yah. Kasian banget dengernya, semoga tidak terulang. Take care, bro!
Oia, jangan sakit yang aneh-aneh lagi yah. Kasian banget dengernya, semoga tidak terulang. Take care, bro!
#
Muhammad
Abdullah Azzam: Diambil dari nama tokoh utama Penggerak jihad dan Pergerakan
Islam di Afganistan. Pemberian dari kakek.
No comments:
Post a Comment