Malam ini,
Indonesia kalah telak dari Bahrain dengan puas membuat telur ceplok di kandang sendiri. Dan dibantai habis-habisan oleh lawan, 10 poin mereka bawa pulang.
Sungguh menyakitkan mendengarnya, berhubung saya sendiri tidak sempat menyaksikan laga ini, rasa sakit saya hanya sekedar nyeri di pelipis saja. Pening. Mungkin lain cerita jika saya berada di depan TV tadi, tangan saya bakalan keringat dingin, perut mulas, kaki gatal -karena tidak tahan melihat gawang yang tak pernah sepi dari tamu-tamu bundar- selalu ingin pergi ke kamar mandi hanya sekedar cuci muka. Terkadang pada tingkat kekhawatiran yang akut, saya akan masuk kamar, berkemul dengan selimut sambil menitikkan air mata juga merapal doa berharap ada keajaiban pemain TimNas bertukar roh dengan Messi, CR7, Fabregas, Rooney, Ronaldo untuk sementara saja.
Ah.... jawabannya bisa ketebak, semua takkan prnah terjadi.
Menghadapi kekalahan teramat sulit yah, apalagi kalo sebelumnya prediksi-prediksi, asa-asa, komentar-komentar, bergulir lincah membuat aroma pertandingan semakin kental.
Saya ingat saat masih kecil, ketika memainkan permainan yang sifatnya team, tanpa bisa menahan diri selalu saja ada yang harus dipersalahkan dalam kekalahan. Gara-gara si A tidak serius, si B yang gagal terus, atau C nggak semangat mainnya. Padahal kalo yang namanya Team, kalah-menang yah milik bersama.
Berikut beberapa status mengenai kekalahan TimNas 0-10 dr Bahrain, beragam, sesuai dengan penerimaan pribadi masing-masing...
Sparkling Autumn (saya sendiri) :
Uphy Urfiana:
No comments:
Post a Comment