Sunday, February 2, 2014

Bersedihlah!


"Bersedihlah, bersedihlah sampai hatimu menyadarkan untuk berhenti. Lalu kuatlah, kuatlah agar sedihmu berarti."

*

Di suatu khayalku, seorang pria akan meninggalkan kekasihnya pergi jauh. Tak dilewatkan barang sedetik waktunya untuk menajamkan ingatan, menyusuri jejak wajah sang kekasih, dan tak melupakan bahwa ada tahi lalat kecil di sudut mata kirinya. Pria itu tak banyak bicara. Tapi matanya seperti sumur yang dalam, dalam sekali. Bila sang kekasih berkata sepatah, sumur itu menggema, menelurkan banyak suara. Riuh.

"Aku akan pergi," katanya setelah melihat langit. Awan hitam barangkali jadi tanda keberangkatan. Sang kekasih ikut mendongak, lalu mengangguk. Rintik di matanya lebih cepat dari yang diduga. Tahi lalatnya ikut basah kena seka. "Jangan bersedih!" sambung si Pria sambil mengusap air mata di wajah kekasihnya.

Sang kekasih menarik tangan si Pria dan menggenggamnya erat. "Ketika ada hal yang membuat seseorang jauh dengan apa yang dia cintai, jangan katakan, 'Jangan bersedih!' Sungguh aneh rasanya. Kesedihan akan jelas ada dan bukan kejahatan berada di dalamnya. Biarkan aku bersedih. Sebanyak yang kumampu, lalu yang perlu kau tinggalkan padaku adalah kalimat pembesar hati. Aku ingin itu, sayang."

Sumur bergolak, dari kedalaman yang tak berdasar, ada gemuruh yang besar. Pria itu tersenyum. 

"Bersedihlah, bersedihlah sampai hatimu menyadarkan untuk berhenti. Lalu kuatlah, kuatlah agar sedihmu berarti."

Di suatu khayalku, mereka pun berpisah. Dan bertemu kembali dalam waktu yang entah.  

*Welcome Februari, 12.43

No comments:

Post a Comment