Potongan kenangan di SMA |
Beberapa hari yang lalu aku bertemu teman lama --tanpa sengaja. Aku sempat tak mengingatnya -seperti biasa- namun dia mengenaliku lebih dahulu. "Aisyah yah? Yang 52 kan?" tanyanya sambil mengingat-ingat lagi. "Iya," jawabku sambil mengingat juga siapa sosok tinggi di depanku. "Dery kan?" tanyaku sedikit ragu. Lelaki itu mengangguk dan kemudian menyodorkan tangannya. "Apa kabar lu?" Aku cengengesan, lalu menangkupkan tangan -salaman ala lebaran. Dery mengerti namun keadaan sempat canggung untuk beberapa detik. "Baik kok." jawabku sambil tersenyum.
*
Sebelum pindah ke Makassar dan kemudian masuk pesantren, aku sempat mencicipi rasanya jadi anak SMA di Jakarta, itu pun hanya 3 bulan saja. Tepatnya SMA 52 Jakarta Utara. Meski terbilang cepat, namun cukup membuatku terkesan. Karena proses untuk masuk ke sana, lumayan sulit, dan aku mengerjakan pengurusannya sendiri -bersama teman sih. Orang tua menyerahkan urusan ini sepenuhnya padaku, katanya belajar mandiri, jangan bergantung lagi sama bapak. Aku -terpaksa- mengiyakan, sebagai anak rumahan, ini seperti perintah militer untuk berperang. -_- Lebay!
Bersama Taryanti (Tari), kami mengurus semuanya. Berteman sejak SD sampai SMP, membuat kami ingin melanjutkan jenjang SMA yang sama. Di rumahnya yang sejuk dekat persawahan, kami mengukir mimpi untuk terus bersama, tak hanya sampai SMA tapi kami akan memasuki dunia kampus yang sama juga. Begitulah, impian demi impian kami tautkan sambil menerawang apakah yang akan terjadi di masa depan akan sama dengan apa yang direncanakan. (Dan masa depan telah menjawab, kami berpisah bahkan sebelum purna masa putih abu-abu.) :(
Alhasil, kami berdua lolos. SMA 52 merupakan pilihan kedua untuk kami, yah lumayan bergengsi pada masa itu. Nah, di sinilah awal mula aku bertemu Dery. Sejak MOS, Dery sudah menyita banyak perhatian -tidak hanya siswa baru lainnya tapi kakak2 kelas juga. Kaum cewek tepatnya. -_- Tidak terkecuali Tari. Dery mirip Bondan Prakoso; tinggi dan berkacamata. Setiap dia lewat, aku tahu banyak yang menatapnya kagum -cewek2 itu. :D
Pembagian kelas dilakukan dengan tes. Hasil nilai menjadi patokan urutan kelas, yang tertinggi (pasti) menjadi siswa unggul di X.1 dan seterusnya sampai bontot. (Ah, aku tak sepakat pembagian kelas seperti ini, seperti ada dikotomi antara kelas unggulan yang diisi si pintar dan kelas buangan yang berisi si bodoh -kasar sekali) -_- Aku berdoa bisa sekelas dengan Tari lagi, tapi kenyataannya tidak --aku masuk di kelas X.2 dan tari X.5. Dan tak ada kebijakan untuk pindah2 tempat, arghhh... tapi yang membuat lebih dramatis lagi, Dery sekelas denganku juga! Tari envy setengah mati -saat itu. "Dih, Is lu enak banget bisa sekelas sama Dery." kalau tak salah begitulah katanya. Andai saja Tari tahu, bahwa cowok yang kukagumi (jelas bukan Dery) itu ada di kelasnya! Arghh kehidupannnnn.... :D
Begitulah, keinginan terkadang seperti dipermainkan kehidupan untuk tak semua terwujud, padahal adalah sesuatu yang ditakdirkan. Tari selalu datang di kelasku kalau istirahat, untuk bertemu Dery, setidaknya melihatnya sekali setiap hari. Sedang aku, tak pernah bisa ke kelasnya, dan melihat apa yang ingin aku lihat. :D Pernah suatu ketika, saat aku sedang mengobrol dengan Tari, Dery datang dan bertanya, "Syah, gua cocokkan pakai kaca mata yang ini atau yang ini?" sambil memperlihatkan kacamata yang biasa dipakainya dengan kaca mata berbingkai putih milik temannya. Aku tunjuk kacamatanya. Dia pun berterima kasih dan pergi. Tari mencengkram tanganku, "dihhh Is, enak banget lu bisa akrab sama Dery." -___- Akrab apanya??? Ini terlalu biasa untuk dibilang akrab. ckckck
Dery ketua kelas dan tukang galau. Aku sekertaris yang pendiam. Dia anak PMR yang aktif banget. Aku anak rohis dan KIR yang tertutup. Kami tidak akrab2 banget, memang terkadang tiba2 dia suka curhat tanpa aba-aba. "Syah, sini deh. Lihat itu yang di sana... itu yang rambut pendek. Gua suka banget tuh sama dia. Tapi gua udah ditolak berapa kali." kemudian dia membuka jendela dan memberi kode -tepuk tangan- ke arah cewek di dekat gerbang. Sayangnya, cewek itu hanya mendongak (kelas kami di lantai 3) sebentar saja ke arah kami -cuek. "Kakak kelas?" kataku menahan tawa. Dery sudah galau, lagi. Ahahaha jadi gossip yang beredar kalau ketua kelas kami ini suka kakak kelas itu benar. Katanya sih udah nembak 2x tapi ditolak (kasiannn). Padahal kalau bisa dibilang yang naksir Dery itu banyakk banget. Bahkan saat jam istirahat aku pernah lihat ada (berberapa!) kakak kelas ganjen minta foto bareng sama Dery. Hoh? What the hell?! Bak arjuna Dery di kejar-kejar wanita, tapi sialnya, sang Arjuna sudah kepalang kepincut sama cewek yang (katanya) nolak dia karena gengsi pacaran sama adik kelas. Ckckck
Satu hal yang kuingat jelas, beberapa hari sebelum kepindahanku, Dery minta doa dan bantuan. "Syah, gua mau nembak Si (lupa namanya) lagi, kalau dia nolak gua bakalan nyerah. Doain gua yah syah. Lu ikut gua yah, nanti pulang sekolah lu duduk aja di kantin, gua udah janjian ketemu di sana." katanya dengan nada yang dipaksa-paksa semangat. Sebenarnya malas banget ikut2an begitu, tapi kasian juga melihat ketua kelas kami kayak kalah sebelum bertanding, saya pun mengiyakan. "Jangan pake lama yah, nanti gua kemalaman pulangnya." Dia nyengir senang, mungkin merasa ada pendukungnya yang akan menjadi saksi hidup melihat keberhasilannya nanti. Mungkin!
--------------------
Saat pelajaran Bahasa Indonesia, Dery minta izin ke toilet, Ibu guru yang merupakan wali kelas kami mengijinkannya dengan syarat, "Kalau telat, ada hukumannya. Sana 5 menit!" Dery pun ngacir dan secepat mungkin kembali, tetap saja... dia telat. Saat datang, ibu guru memasang tampang marah dan tanpa tahu apa-apa Dery mengikuti saja perintah untuk berdiri di hadapan kami. Ahahaha ketua kelas yang malang, dia tak tahu bahwa saat dia pergi tadi, kami mengadu ke Ibu guru bahwa sang ketua kelas sedang patah hati. Kemarin, dia ditolak (lagi) untuk ketiga kalinya. Ibu guru pun ketawa, dan muncul ide isengnya untuk mengerjai muridnya. (guru gokilll) "Kamu itu ketua kelas, kalau ada peraturan harusnya kamu duluan yang beri contoh. Hukuman apa yang bagus untuk ketua kelas?" telah disepakati sebelumnya, kami ingin melihat Dery menyanyi, meski suaranya bagus tapi kami ingin melihat ekspresi patah hatinya saat menyanyi. Setelah mencoba menolak, akhirnya Dery pasrah. Mukanya sangat tak bersemangat... ahh begitulah, hatinya sedang patah berkeping2. Dia pun bernyanyi...
"lama sudah aku merasa
kau tak pernah menyimpan cinta
pada diriku
pedih hatiku ini
selalu ku coba menutup mata
berharap nanti kau beri hati
namun ternyata tak jua sirna
cintamu padanya tetap kau jaga
bertepuklah sebelah tangan
cintaku ini pada dirimu
sakitnya hati saat bersaksi
melihatmu lagi bersamanya
reff: aku beranjak dari hidupmu
dari masalah, dari belenggu
telah kau sakiti, kau khianati
semua mimpi, mimpi indahku
aku menyerah untuk mencinta
ajari aku melupakanmu
kini kusadari di dalam sepi
meski ku pedih cinta tak ada lagi
cinta tak ada lagi, cinta tak ada lagi
cinta tak ada lagi
selalu ku coba menutup mata
berharap nanti kau beri hati
namun ternyata tak jua sirna
cintamu padanya tetap kau jaga"
Berkat Dery, aku jadi tahu dan takkan pernah lupa lagu milik RIBAS-Sebelah Hati. Ketua kelas yang patah hati itu menyanyikannya dengan sempurna lemasnya. Namun dia menghayatinya, sampai2 matanya tertutup. Kami mendengarkannya dengan sekasama, setiap lirik yang keluar dari mulutnya seperti keluar dari hatinya terdalam. Ibu guru yang tadinya ketawa kecil, seperti merasa tak enak hati dan kemudian menatap kami meminta pendapat dalam bahasa diam. Lanjut atau tidak? Mungkin seperti itu yang ingin dikatakannya. Kami dibawa hanyut oleh kegalauan Dery. Sungguh naas jam pelajaran Bahasa Indonesia -yang paling aku senangi- tergerus oleh nyanyian patah hati anak muda. Walaupun jengkel, tapi mau tak mau, aku sebagai saksi hidup penolakan itu ikut berduka bagi ketua kelas yang kemarin dengan lesu jalan beriringan denganku, "Gua ditolak." Lorong kelas sudah sunyi. Iya gua tahu stupid, kan gue lihat dan dengar sendiri tadi, kataku (hanya) dalam hati. "Yaudahlah... gpp. Udah sore nih, gua mau pulang takut kemaleman." begitulah jawabanku yang paling simpati, aku tak tahu (tak berpengalaman patah hati -_-) bahwa penolakan yang terjadi bisa membuat anak manusia yang ada di hadapan kami saat ini, menjadi ketua kelas paling mellow sejagad. Fiuhh!
Lagu selesai. Dery diperbolehkan duduk, sebelumnya Ibu guru ngasih wejangan tentang perkara hati; cinta. Aku tak mengingat jelas nasehat seperti apa, karena sumpah mati aku sungguh tak peduli -saat itu. Aku hanya ingin belajar Bahasa Indonesia secepatnya, titik! Oia, mengenai kabar terbaru tentang Dery, akan menjadi kabar bahagia buat para kaum cewet 52 -- Tari tak boleh ketinggalan! :D
*
Hanya sedikit kenangan saja yang tercipta antara kami, jadi pas bertemu, hanya itu yang dicerita. Dia ngakak sendiri saat kuceritakan apa yang kuingat, "Masa lalu itu, ah! Bikin malu gua aja lu!" Hoh, nyadar juga nih anak. Dia emang sangat memalukan saat itu. :D
Fotocopy-an ku selesai. Aku pun pamit duluan. "Oia Dery, itu yang bubur Tresno rumah lu kan yah?" Aku baru ingat, tempat fotocopy yang aku singgahi sebelum pergi mengurus lamaran kerja ini dekat rumahnya yang pernah ditunjukkannya. "Iya, itu yang sebelum belokan." Ckckck pantaslah aku menemukan manusia ini di sini. "Lu kan dulu gua janjiin bubur gratis yah?" kata Dery mengingat ucapannya di Ruang Lab Bahasa. Ahahaha... padahal itu juga yang buat aku ingat bubur Tresno. "Iya, deh lama banget tuh baru gak pernah jadi." kataku seolah-olah kecewa. "Salah lu lah gak pernah mampir, kan gua udah nawarin." Aku tertawa, dan menyetop angkot. Setelah memberi salam aku babay-babay. Memikirkan tawaran bubur gratis, mungkin lain waktu. Entah kapan karena jalan ini takkan lagi sering kulewati. Apa perlu aku mengajak Tari? :D
Terima kasih Dery, kisahmu mengajarkan satu hal padaku... apa yang patah berkeping-keping akan disatukan kembali oleh waktu. Tak ada yang benar-benar abadi, bukan? Apatah itu kesedihan maupun kebahagiaan. So, enjoy the whole of moment in our life! :))
Terima kasih Dery, kisahmu mengajarkan satu hal padaku... apa yang patah berkeping-keping akan disatukan kembali oleh waktu. Tak ada yang benar-benar abadi, bukan? Apatah itu kesedihan maupun kebahagiaan. So, enjoy the whole of moment in our life! :))
Jakarta, 24 Feb 2015
*oia, Dery ingat saya karena tahi lalatku yang khas -__- hebakkk! :D