|
Tampilan baru SMPN 162, sekolahkuuuu :* |
Menuntaskan rindu adalah mengunjungi kenangan, sesekali.
*
Setelah bersilaturahim ke rumah sahabat SD, Terry, saya merasa sangat malas untuk pulang. Seperti memiliki beban berat di kaki, sehingga langkah terasa melambat. Saya pun menuju perpustakaan, membiarkan diri menikmati udara sore hari di taman perpustakaan yang sepi. Andai saja perpusatakaan itu buka, saya takkan seboring ini. Saya tak tahu harus melakukan apa. Saya mulai mengirim sms untuk ditelpon ke orang yang sangat ingin saya ajak berkeluh kesah, ada hal yang penting ingin saya cerita, namun sepertinya waktu yang tak tepat untuk mereka. Arghhh, semakin sunyi saja. Bahkan saya bisa mendengar desir angin yang menyentuh dedaunan. Uff.
Sms-an dengan seseorang pun harus saya hentikan dengan perasaan yang gersang. Saya merasa ada hujan yang akan turun dari mata jika saja saya masih larut dengan suasana, saya pun memutuskan untuk mengunjungi SMP saya dulu. Yah, SMP saya memang tak jauh dari rumah. Saya hanya perlu berjalan kaki melewati lapangan dan sampailah pada SD dan SMP saya yang berdekatan.
*
Ah, saya beruntung, gerbang belakang terbuka. Ada seorang ibu berambut putih sedang duduk-duduk. Saya pun menyapanya, kemudian mengenalkan diri sebagai alumni. "Masih inget gak sama saya, mama onah, yang jualan di sini." sapanya dengan ramah sambil menunjuk kantin tempat saya dulu menghabiskan waktu istirahat. Saya hanya tertawa lepas. "Inget sih bu, tapi agak lupa." Aihhh jawaban apa itu. Saya pikir saya sedang grogi. Saya pun minta izin untuk melihat-lihat.
|
Lorong pertama yg saya dapat. :D |
Seketika atmosfer di sekeliling saya berubah, saya merasa begitu gembira. Ahhhhhhh, saya jingkrak-jingkrakan sendiri sambil memoto apa saja. Lalu seperti ada film yang terputar di kepala, tentang kenangan yang mengendap beberapa tahun lamanya. Di lorong itu, Pak Syahruddin (guru matematika kesayangan) pernah mengajakku duduk di sampingnya dan berkata. "Aisyah, kamu kalau mau belajar matematika datang saja ke rumah bapak. Pintunya terbuka lebar setiap hari." Pak Syahruddin adalah guru 'killer' yang dijauhi para siswa, yah dia juga kerap kali sedikit ringan tangan, tapi....bagiku tidak. Beliau adalah guru idola, selalu menanti kedatangan saya, dan tak pernah menyentuhkan tangannya ke diriku. Miss him so much. :(
|
Kelas 7.3 (kelas pertamaku) |
|
Kelas 8.7 sekaligus 9.2 penuh kenangan |
Ehmm, kelas bersejarah. Tiga tahun berturut-turut saya dipilih jadi sekertaris. Dan tentunya 2x bertemu dengan saingan berat, walau akhirnya di kelas tiga saya mengalahkannya. Yeahhhh (ketawa evil)
|
Lapangan yang lebih baik. |
|
wah, podium. dulu mah gak ada :D |
|
Hei kitty! Penghuni baru juga kah? :D |
|
Lorong menuju Musholla. |
Saya gak berani ke Mushollah. :( Karena ada suara seperti orang sedang mandi. Saya pun memutuskan memotretnya dari jauh. hahaha
|
Ruang guru. Ah, miss my teachers so bad :( |
|
Ruang komputer. |
|
|
Inilah yg terbaru. Gerbang utama tampilan dalam. :)) |
*
Ahhh sangat mengecewakan jika saya tak muncul di kunjungan kenangan ini. But... How? Saya sendirian di tengah lapangan dengan hape yang berteriak-teriak lobet. Saya tak lagi peduli apakah tingkah kekanak-kanakan saya ada yang melihat atau tidak. Saya terus teriak-teriak kegirangan dan loncat ke sana ke mari. wkwkwk
But, :( Haruskah saya selfie (again)? Ahahaha dan inilah saya....
|
Ahahaha just my feet? |
|
What a ... face! --" |
|
Ah! --" |
|
Eureka! :D |
|
^_^" |
*
Setelah puas mengitari sekolah yang memang tidak terlalu besar. saya kembali ke mamah Onah dan berbincang sedikit dengannya. Kami berbincang tentang guru yang masih bertahan, sudah pensiun bahkan ada beberapa guru ternyata telah kembali ke Rahmatullah. Innalillahhi wainna ilaihi rajiun. Allahummagfirlahum. :(
Saya duduk di samping mama Onah. Aih, saya ingin foto bareng dengan beliau tapi hape lobet. Saya pun mencoba mematri wajhnya di ingatan saya agar kelak, saya akan cepat menyapanya jika berjumpa lagi. Ah yah, saya juga bertemu dengan Pak Ian yang ramah, beliau masih ingin banyak berbincang sepertinya, tapi saya memutuskan untuk pulang. Hari semakin gelap. Saya melewati sekali lagi gerbang sekolah dengan perasaan yang berbeda saat memasukinya. Ada terima kasih yang ruah berkecambah di hati saya, andai guru-guru saya ada di sana, saya takkan alfa untuk mengucapkan syukur telah diajari oleh mereka. Terima kasih Pak, Bu. :')
*
Nostalgia sendiri ini, menyelamatkan hariku yang hampir purna sedihnya. Hei, kalian lakukanlah sesekali. Ini sangat membantu. Selamat bernostalgia! :))
Jkrt, 010814