Tuesday, February 11, 2014

Rumah Tanpa Kita


"Sudah sampai rumah?"

*

Aku sampai. Iya, aku berkeliling kota lebih dulu, ini memang tak biasa. Kelak menjadi kebiasaan. Aku simpan tas dan buku-buku perpustakaan yang terpaksa aku pinjam -agar ada yang bisa kupegang- di atas meja. Di kursi ruang tamu, aku rebah. Aku sangat lelah.

Lepas istirahat sejenak, aku ke kamar. Berhenti di depan sebuah cermin, meneliti daging kecil yang tumbuh di wajah. Mereka ada banyak. Wajahku berminyak.

Aku rebah kembali, di atas kasur yang tak kenyal. Aku suka bergurau dengan kata itu: pipimu kenyal! Aku tertawa sendiri. Beringsut mematikan lampu, tidur tanpa cuci muka. Lagi.

Mataku tak langsung terpejam, kedap-kedip saja. Yang kupikirkan sudah tak terhitung, yang kugumamkan makin tak jelas, yang terjadi selanjutnya: aku menangis tak karuan. 

*

Aku sampai. Iya, aku berkeliling kota lagi, ini sudah tiga bulan lebih. Aku bisa menggambarkan rute perjalananku, tapi nanti. Kerlap-kerlip lampu di taman saat malam hari itu indah, aku ingin lebih lama di sana, mematri pendarnya dan kugambarkan ulang dalam ingatan. Kalau aku sudah di atas kasur dan sulit tidur.

Aku ke kamar mandi. Gosok gigi. Cuci muka. Cuci kaki. Aku baik-baik saja hari ini. Tak memaksakan diri meminjam buku, aku mulai terbiasa berjalan sambil menggenggam angin. Sesekali menepis dingin.

Lampu kamar menyala. Aku sedang mencoba tidur dalam terang. Menggosok-gosokkan kaki di seprei, lalu kegerahan. Aku tertidur perlahan. Aku melakukannya berulang dan menangis tak karuan jadi berkurang.

*

Aku sampai. Tidak, lepas kuliah aku langsung pulang. Ini sudah tahun ketiga, orang tuaku sebentar lagi datang. Walau kujelaskan bahwa aku bisa bertahan, mereka sangsi. Katanya mereka peduli dan takkan membiarkan aku hidup sendiri.

Sendiri.

Aku mengamati sekitar. Aku memang sendiri, menikmati segala yang sepasang. Mug, piring, sendok, handuk, sikat gigi, bantal guling, sendal rumah: sisa-sisa kebersamaan kita.

Di rumah ini pernah ada mimpi, saat kita terjaga mendengarkan dengungan nyamuk dan tertawa. Di rumah ini tinggallah sepi, semenjak kau tak lagi ada. Di rumah ini kelak akan menjadi cerita tetangga, tentang pasangan muda yang bahagia. 

*

Aku sampai, suamiku.


12.02.14/01.55

4 comments:

  1. Hm, kusuka sekali ini iis.... kubayangkan diriku. Nyeseknya klo begitu...
    :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. ahahaha... sebenarnya malah bingungka, kenapa juga bikinka tulisan begini. -_- kayak tong kutau rasanya kehilangan suami...ckckck :D

      Delete
  2. Aisssssss... tulisannya dapat bangeettt. Suka sekali!!! d^_^b

    ReplyDelete
    Replies
    1. tengkyu kak. :)

      yang di atas sukanya sekali, k aida juga sekali, hmmm... sekaliji stlh itu nda nasukami :3 :P

      Delete