Menulismu untuk Menemukanmu |
Sudah beberapa hari aku menguji keberuntungan hatiku, Vir.
Memasuki pasar, menahan serbuan bau yang tajam menusuk hidung, berharap
ada kamu tengah menawar sesuatu -apa sajalah- dengan kesantunanmu, lalu
kamu menoleh padaku seraya berteriak, "Hei!" Kamu terkejut mendapati
diriku di sebuah pasar, satu dari banyak tempat yang tak ingin
kukunjungi.
But, it's lucky time for us. Deraiku.
Hahaha
aku juga ingat, pernah berharap bertemu denganmu di sebuah jalan yang
asing, kau tahulah aku tak hafal area kotamu. Di pinggir jalan,
tepatnya, saat aku mengucek mataku berharap dalam jeda sepersekian
detik, di antara perih dan nanarnya mataku, aku menemukanmu di
seberang; menunggu lampu merah, berjalan menuju padaku; di hadapanku kau
tersenyum manis dan berseru, "Hei!"
It's lucky time for us, bisikku.
Satu
waktu, aku menganggurkan motor di parkiran swalayan. Nekat pulang naik
angkutan kota, saat itu senja baru saja digusur hitam, entah dari mana
keyakinan bodohku kambuh lagi. Apalagi yang aku harapkan, kecuali
bertemu denganmu. Tempat duduk terasa sesak, aku terhimpit dua badan
besar yang memakan banyak tempat. Aku melengos pasrah, ketika
satu-satunya tempat kosong di sisi sopir diisi oleh seorang wanita.
Sayangnya, itu bukan kamu. Mobil melaju kencang, membawa sebuah kata
yang menggantung hampa di kepalaku. "Hei!"
It's lucky time for us, maybe. Gumamku.
Huh! Masih banyak lagi cerita -halhal aneh yang kulakukan- demi menguji keberuntungan hatiku. Menemukan kamu.
Tapi, kau tahu, sejak dulu keberuntungan (sepertinya) enggan berpihak
padaku. Sungguh pertaruhan yang mahal. Menemukanmu dalam
ketidaksengajaan yang disengaja, hah, apa yang aku bicarakan ini?
Maksudku, kau sangat berharga Vir. Aku tahu itu. Aku yakin itu.
Menemukanmu, tak apalah, harus menceburkan diri di tumpukan jerami untuk
mencari sebatang jarum. Tak apalah, berlelah kesah, memisah minyak dari
air. Atau berteman malam, menjelma punuk merindukan bulan. Tak
apalah...
Vir, aku hanya ingin menemukanmu. Sekali lagi. Memperjuangkanmu. Untuk banyak kali.
: lewat selembar kertas yang beraroma kuat.
*selalu dan akan seperti ini, cerpen yang teramputasi. :D
11.05.13/19.35
No comments:
Post a Comment