Karena orang baik mudah terdeteksi.
(Dika)
*
"Kenapa kamu percaya begitu saja padaku, kita kan belum kenal?" kutanyakan hal ini pada teman dumay suatu hari, lalu dia menjawab dengan emo senyum mengawali, "Karena orang baik gampang terdeteksi."
Pada senin 27 Juli 2015, banyak orang berduka, atmosfer kebahagiaan di awal kegiatan paska libur panjang berubah menjadi begitu dingin saat kabar kematian seorang Guru. Satu dari banyak adalah aku. Ustadz Arham, sapaanku padanya. Seorang guru yang tak lebih dari satu bulan kudapati mengajar di kelas, namun berbilang waktu yang sedikit mampu menarik banyak duka hingga terasa sekali kosongnya. Mungkin saja ustadz tak ingat namaku, tapi saat di pesantren, tiap kali bertemu beliau pasti tersenyum. Ramah. Mungkin saja samar di benaknya, sepertinya dia pernah jadi santriku.
Tak mengapa, ustadz. Engkau boleh tidak mengingatku, tapi sampai kapan pun santrimu ini akan selalu mengingatmu atas jasa dan pengabdianmu pada dunia pendidikan. Karena, engkau baik. Engkau orang baik, ustadz. Untuk hitungan hari saja diajar olehmu, berbekas untuk bilangan tahun. Karena engkau baik, ustadz.
Beberapa hari sebelum ajal menjemput, kudapati wajahmu di jejeran para petinggi pesantren. "Ya ampun ustadz Arham, lamanyami baru kulihat lagi." dalam hati kuingat kembali dirimu. Dan selang beberapa hari saja, sungguh tak perlu berlama-lama, kudapati lagi engkau dengan wajah yang diam, kaku.
Kematian akan mengajarkan pada manusia, bahwa dia bukan tebakan yang bisa terjawab sukasuka. Kematian bukan permainan ramalan, yang ditentukan oleh pikiran atau hitungan dunia. Kematian adalah misteri, takdir yang hanya Allah Maha mengetahui. Kematian adalah pintu, dan pada orang-orang baik, kematian selalu menjadi alarm untuk tetap dan terus berbuat baik. Agar kelak, bekalnya cukup di kehidupan akhirat.
Benarlah kata temanku, orang baik mudah terdeteksi. Aku tak butuh menjadi muridmu bertahun lamanya, untuk percaya bahwa engkau orang baik. Dan kumpulan duka dari orang-orang yang kehilanganmu, semakin menegaskan bahwa engkau orang baik, sangat baik. Semoga Syurga tempatmu kembali, ustadz. Segala kebaikan yang engkau torehkan, menjadi jejak untuk kami (murid-muridmu) untuk mengikutinya. Allahummaghfirlahu warhamhu waa'fihi wa'fuanhu.
Selamat jalan, Pak Guru.
Ckrg, 280715