Thursday, September 18, 2014

Surat Lelaki Pengecut


Dek, aku tidak tahu bahwa lelaki sepertiku bisa sepengecut ini. Aku tak bisa menjaga perasaanku, menyisihkannya di ruang pertemanan yang telah kita jalin. Bahkan menjadi begitu lemah untuk mengembalikan diriku ke tempat semula sebelum aku mengenalmu.
Dek, aku menyukaimu, kadang di keheningan malam, aku malah merasakan aku telah sampai pada cinta yang jatuh. Padamu. Meski yang kusampaikan hanya kekaguman, aku yakin kau melihat lebih dari itu. Aku begitu pemalu, sampai aku harus berpura-pura mencintai orang lain untuk menutupi cintaku padamu yang teramat sunyi.
Dek, aku tak bisa lagi, tak akan pernah bisa menahan perasaan yang sialnya tak bisa pula kusampaikan padamu secara tegas. Karena aku tahu, hatimu telah menuju seseorang yang ada sebelum kehadiranku. Aku tidak akan membandingkan cinta siapa yang lebih besar, selama matamu memancarkan kebahagiaan, itu cukup. Sudah aku putuskan, aku takkan berjuang, jika itu hanya akan merusak hatimu -bahagiamu-.
Dek, maaf untuk setiap sms datar yang kubalas untukmu -telah kubuang semua emo tersenyum yang selama ini menghiasi pesanku-, sengaja lambat membalas, yang terparah aku tak membalas semua smsmu lagi. Yah, aku adalah si pengecut itu, yang mencoba membalik keadaan. Mengorbankan pertemanan, ketulusanmu, dan hatiku.
Dek, jika kamu selesai membaca surat ini, aku siap menjadi lelaki egois di matamu. Maafkan aku. Aku tak mengenal diriku lagi, saat aku memtuskan untuk berhenti berteman denganmu. Maaf.
Lelaki Pengecut
Selembar kertas jatuh di pangkuan Perempuan. Tangannya bergetar, hatinya telah dulu poranda. Perempuan terdiam, lama, sangat lama. Dia tak percaya pada apa yang baru saja dibacanya, bullshit. Perempuan marah kepada semua yang meninggalkannya karena alasan yang tak masuk akal. Aku hanya ingin berteman, memiliki teman. Masih dengan tangan bergetar, Perempuan mengambil handphone-nya dan mencari satu kontak. Dia hanya tinggal menekan tombol hijau, untuk melakukan panggilan dan memarahi sang pemilik nomor. Namun, Perempuan urung. "Seperih itukah berteman denganku, kak?" Perempuan menatap surat yang kini telah tergeletak di lantai, tangannya menekan sebuah tombol, saat itu juga air matanya jatuh mengiringi nomor seseorang yang telah terhapus dari handphone-nya. "Kak..."

*

Perempuan adalah setiap perempuan, yang perlu banyak belajar. Menarik satu benang merah dari tiap peristiwa yang terjadi dalam hidupnya. Semisal, benarkah ada pertemanan antara pria dan wanita yang dapat lepas dari sebuah rasa?

*

jkrta, 190914

4 comments:

  1. Kuerren Mba'ais, aku terenyuh membacanya. :')
    Dasar laki-laki tidak berprasaan dan pengecut, mau menjauh saja masih ngirim surat.
    Dasar perempuan cengeng, gitu aja nangis. Eh! :))

    ReplyDelete
  2. Dasar pembaca, tulisan begini aja kamu terenyuh :P

    ReplyDelete
  3. Nda sadar kalau mataku' berkaca-kaca stelah baca ini..huaaaa :'(

    keren kak(y) ^^

    ReplyDelete