Sunday, June 21, 2015

Tentang Orang-Orang Kehilangan dan Merasa Kehilangan


Selamat Jalan, Adik Imha. Surga tempatmu kembali. Aamiin.

"Tak akan pernah sama. Sampai kau merasakan setiap detail, detik-detik kepergian, udara yang kebas, sesak, dan menjelma dirinya: orang-orang kehilangan." (aim)

*

Orang-orang kehilangan, perlu ruang untuk mengekspresikan perasaannya. Sekejap ada menyampaikan luka, sekejap hilang masuk ke dalam dirinya paling diam. Beri ruang yang lapang, sejenak mereka riuhkan lepas itu hampa lagi. Kita tidak akan pernah paham, karena kehilangan adalah cerita seorang.
 
 
Orang-orang kehilangan, akan terus dihantui bayang yang hilang. Boleh jadi hari ini air mata sedu-sedan, besok-besok mampu ditahan. Bisa juga sebaliknya. Atau bahkan tidak keduanya. Apalah yang bisa kita terka, persoalan perasaan selalu menggiurkan untuk diselami, padahal lautan sendiri tak dikenali.


Orang-orang kehilangan, akan menjadi sok tegar padahal tidak, sok kuat mungkin ternyata lebih, tak menentu. Karena di luar mereka, kita hanya pembaca; mengeja kesedihan. Dan tak akan pernah sama. Tunggu perputaran waktu saja, untuk kemudian kita dibaca.


Orang-orang kehilangan, yang kita tahu selalu tentang pengurangan. Dari sepuluh jadi sembilan, dari delapan jadi tiga, dari banyak menjadi sedikit. Yang kita kasihani seputar angka padahal kenangan tak terhingga. Yang kita tidak tahu, ada kelipatan kekuatan untuk bertahan. Seperti satu kuat, untuk menguatkan yang lainnya. Hasilnya mungkin nanti, saat mereka bisa tersenyum kembali.


Perasaan tidak memiliki barometer, atau neraca untuk menimbangnya dan disimpulkan: lebih besar, lebih banyak, lebih sedikit, lebih dalam, dari apa/sesiapa. Tapi sejatinya, tak akan (pernah) sama antara yang kehilangan dan merasa kehilangan. Seperti beda antara merasakan langsung terik matahari dengan terkena biasnya. Tapi satu yang sama, kehilangan adalah hilang. Entah bagaimana lagi menjelaskannya.


*Tulisan dari orang yang merasa kehilangan.
 

Ckrg, 210615
 

No comments:

Post a Comment