source: google |
Di bulan Juni, kutemukan jejak Sapardi dari awal pagi hingga malam kini.
Orang-orang tersihir, tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni,
begitu kalimat yang didengungkan. Purna percaya, meski kelak hujan bulan
Juni turun sesekali. Tak ada yang disimpannya selain rindu, bunga-bunga
melayu di bunuh waktu. Tak tahu.
Apakah benar tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni?
Di bulan selain Juni, hujan pernah begitu setia jatuh merajut sapa langit pada bumi. Musim penghujan, di tiap tahun selalu sama saja, memulai taji di awal-awal November. Saat almanak membuka hari di tahun yang baru, hujan bagai peluru membalas letusan kembang api. Januari. Lepas itu, kata ibuku, tunggu di bulan Februari puncaknya menderas. Lantai rumah mulai meninggi, bapak-bapak pulang dengan sepatu boot baru, payung berupa ukuran menggantung di dinding, jas hujan dibersihkan dari debu, dan masih banyak laku bak menjemput tamu. Selebihnya hujan jatuh sesuka waktu.
Apakah hujan selain bulan Juni begitu terburu-buru?
Tidak tabah? Tidak mampu menyimpan rindu, kepada putik bunga? Kepada apa saja yang dirindukannya? Setahun yang lalu, tepat pada hari ini di jam yang berbeda, telah kutuliskan tentang keinginan mengalahkan hujan bulan Juni. Harus ada yang tabah selain hujan bulan Juni milik Sapardi, meski padanya takzimku tak ada habis-habisnya. Kalau boleh bertemu dengan beliau sekali lagi, akan kukatakan padanya,
"Ada hujan yang lebih tabah dari hujan bulan Juni, disimpannya rindu dan lebih dari itu kepada putik bunga juga kehidupan yang tak lelahnya memaksa untuk mengaku. Pilu.
Ada hujan yang lebih tabah dari hujan bulan Juni, turun di musim penghujan berlindung dari kesepian dalam genangan. Turun di musim kemarau, membasahi jalan menguarkan bau debu kenangan.
Ada hujan yang lebih tabah dari hujan bulan Juni, yang tak mengenal waktu. Orang-orang perlu tahu, agar kelak di bulan-bulan mendatang -selain bulan Juni- mereka sama bijaknya menjamu. Sama tersihirnya. Sama percaya, bahwa ada hujan yang juga tabah seperti hujan bulan Juni bahkan lebih."
Hari ini kutuliskan kembali tentang hujan, Juni, dan ketabahan. Agar ada yang mengingat lagi, ratusan hari sebelumnya sebuah pilihan telah diputuskan. Masihkah meyakininya?
Apakah benar tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni?
Di bulan selain Juni, hujan pernah begitu setia jatuh merajut sapa langit pada bumi. Musim penghujan, di tiap tahun selalu sama saja, memulai taji di awal-awal November. Saat almanak membuka hari di tahun yang baru, hujan bagai peluru membalas letusan kembang api. Januari. Lepas itu, kata ibuku, tunggu di bulan Februari puncaknya menderas. Lantai rumah mulai meninggi, bapak-bapak pulang dengan sepatu boot baru, payung berupa ukuran menggantung di dinding, jas hujan dibersihkan dari debu, dan masih banyak laku bak menjemput tamu. Selebihnya hujan jatuh sesuka waktu.
Apakah hujan selain bulan Juni begitu terburu-buru?
Tidak tabah? Tidak mampu menyimpan rindu, kepada putik bunga? Kepada apa saja yang dirindukannya? Setahun yang lalu, tepat pada hari ini di jam yang berbeda, telah kutuliskan tentang keinginan mengalahkan hujan bulan Juni. Harus ada yang tabah selain hujan bulan Juni milik Sapardi, meski padanya takzimku tak ada habis-habisnya. Kalau boleh bertemu dengan beliau sekali lagi, akan kukatakan padanya,
"Ada hujan yang lebih tabah dari hujan bulan Juni, disimpannya rindu dan lebih dari itu kepada putik bunga juga kehidupan yang tak lelahnya memaksa untuk mengaku. Pilu.
Ada hujan yang lebih tabah dari hujan bulan Juni, turun di musim penghujan berlindung dari kesepian dalam genangan. Turun di musim kemarau, membasahi jalan menguarkan bau debu kenangan.
Ada hujan yang lebih tabah dari hujan bulan Juni, yang tak mengenal waktu. Orang-orang perlu tahu, agar kelak di bulan-bulan mendatang -selain bulan Juni- mereka sama bijaknya menjamu. Sama tersihirnya. Sama percaya, bahwa ada hujan yang juga tabah seperti hujan bulan Juni bahkan lebih."
Hari ini kutuliskan kembali tentang hujan, Juni, dan ketabahan. Agar ada yang mengingat lagi, ratusan hari sebelumnya sebuah pilihan telah diputuskan. Masihkah meyakininya?
Ckrng, 020615/08.20pm
*memelukSapardidalamdoa :')
No comments:
Post a Comment