Monday, November 5, 2012

Perempuan Pertama



DIA ADALAH CAHAYA

Cinta dia yang tulus sedalam-dalamnya, mampu mengubah kata mustahil menjadi bisa. Terperangahlah kita dalam kebisuan. Masih sanggupkah kita melukai hatinya?

*

            Dia memohon, mengenyahkan sedikit harga diri agar eksekusi pemutusan listrik di rumah ditunda. Bujukan gagal. Lalu membongkar isi lemari, berharap menemukan selembar saja uang untuk menghentikan ini. Nihil. Karena memang sudah tak ada lagi yang tersisa di tangannya.
            Dia melepas kepergian dua petugas dengan satu helaan nafas, berat. Aku tahu artinya. Tak ada cahaya, semua akan berjalan dalam kegelapan. Segelap pikiranku yang memikirkannya.

            Dia nampak tegar, bangkit lalu menyampirkan kerudung ke kepalanya. Berkata tanpa suara, “Jaga adik.”
Aku mengangguk.
            Tak lama, dia kembali dengan tiga buah lilin hasil utang. Melanjutkan kembali rutinitas tanpa memasak, karena tak ada bahan. Tak ada keluh ataupun kesah. Tapi, aku yakin dia lelah.

*

            Tiga hari dalam keremangan cahaya. Kadang gulita.
Suara rewel si bungsu minta nonton TV, erangan kesakitan karena menabrak sesuatu, gerutu kesal adik mengeja huruf, ditambah lagi ucapan pedas tetangga yang lewat, dia mendengar semuanya. Aku gerah mendengarnya.
            Tapi, dia diam. Lebih memilih bicara pada Tuhan, lewat berbait-bait doa yang berisi pengaduan. Tentang suami dan anak-anaknya. Semua demi keluarga, dia bertahan untuk tak menguraikan air mata di depan aku dan adik-adik. Bertilawah di bawah naungan sepotong lilin.

*

            Seminggu berlalu. Tekanan terasa semakin berat.
            “Sabar anak-anak, Insya Allah ada jalan. Kita doakan bapakmu saja semoga diberikan rizki.”
            Kami putus asa. Dia tetap yakin, Tuhan akan membantunya.
           
            Siang hari bapak datang sambil tersenyum. “Ada uang tiga juta di rekening bapak.” ucapnya gembira. Entah dari siapa, bapak hanya iseng mengecek saldo.
            Semua terperanjat. Dia mengucap syukur berkali-kali, matanya basah oleh titik-titik air. Ada angin segar yang berhembus. Dari keteguhan dan segala pengorbanan yang dia lakukan, terbayar sudah. Kegelapan kan berakhir.

            Dia adalah cahaya itu. Cahaya cinta… ibu.

*

Diangkat dari kisah nyata. 9/07/11.

No comments:

Post a Comment