Hei, selamat malam? Selamat berjumpa dengan tulisanku lagi. Mengapa kamu baru berkunjung? Sepertinya kamu mulai bosan dengan tulisanku yang selalu berubah, tidak tentu temanya, seperti itu yah? Hehehe maaf. Jika aku sedang tak ingin mengingatmu, aku menulis banyak hal yang sejauh mungkin bukan tentangmu. Semacam pelarian yang melelahkan. Tapi tenanglah, kali ini aku malah kepikiran tentangmu terus. Dan tulisan ini, ehmmm kamu bacalah. Semoga kamu suka. Ini tentang...
Hei, aku memintamu untuk tak membayangkan diriku sedang tersenyum, tersenyum dengan sangat manisnya, di pipi sebelah kiri nyatalah lesung pipi yang kecil saja, ehm bagaimana? Kamu membayangkannya bukan? Hahaha kamu lucu!
Hei, berhentilah ikut tersenyum. Kini aku minta padamu untuk tak membayangkan diriku merengut, lipatan berlapis di jidat, mulut yang memanyun, melengos, mendengus, dan akhirnya kamu membayangkan diriku dengan wajah jelekku yang sedikit (sok) polos, benar begitu? Hohoho jangan marah. Tertawalah saja, aku memang sedang ingin bercanda denganmu.
Hei, jangan bayangkan aku tertawa! Yah yah yah, kamu mebayangkannya lagi, gelak tawaku yang renyah memenuhi kepalamu bukan? Hmmm, kini kau malah ikut tertawa dan jengkel sedikit. Aku tak mempermainkanmu, aku hanya ingin bermain 'bayang-membayangkan' denganmu. Aku harap kamu suka yah...
Ufff
Hei, kini aku memintamu lagi untuk membayangkan aku yang tersenyum di hadapanmu, kemudian tertawa dengan sangat cerianya, dan bayangkanlah di balik tawaku, tepatnya di hatiku, aku sedang tersakiti karenamu. Kamu bisa membayangkannya? Rasa perih itu, luka itu, sesak yang berombak mendebur dengan kerasnya. Hatiku nyeri. Kamu membayangkannya bukan? Hei, jawablah! Kamu membayangkan aku tersenyum, dan hatiku menggigil karena 'ketidakpastianmu', aku tertawa, dan hatiku membeku mendengar ceritamu tentang 'perempuan-perempuan itu'.
Kamu membayangkannya, bukan?
Hei, bagaimana? Yah, permainan ini memang tak lagi menyenangkan. Karena apa yang kuminta padamu adalah nonsense! Engkau takkan bisa membayangkan apa yang terjadi di ruang hatiku, tidak akan. Karena ini bukan lagi perihal yang bisa digambarkan dengan pikiran. Ini tentang perasaan. Yang hanya bisa dirasakan, dan yang merasanyakan hanyalah aku. Hatiku. Tidak kamu, juga siapapun.
Hei, tidak, tidak mungkin kamu juga merasakan hal yang sama. Aku tak pernah percaya mulut-mulut yang berkata, "Aku bisa merasakan apa yang kamu rasa." atau "Apa yang aku rasa sama denganmu." Hoh, tidak sekali-kali tidak. Perasaan bagiku seperti sidik jari, tiap individu berbeda, tidak juga kembar sekalipun. Perasaan yang aku rasakan, hanyalah aku yang rasakan, apatah sedih, bahagia, luka, perih, kesemuanya. Kamu takkan merasakannya. Yah, kamu...
Hei, maaf. Aku terlihat emosi dengan permainan ini. Konyol? Iya, maaf. Aku akhiri saja permainan ini. Kamu terlihat tak suka, oh, mungkin tak mengerti. Hmmm, kamu tak pernah benar mengerti, karena berkali-kali yang terjadi selalu saja sama. Bukankah artinya kamu, ah, sudahlah... aku lelah. Permainan ini menguras sekali tenagaku, pikiranku, juga hatiku yang kini sedang penuh-penuhnya tentang kamu.
Seseorang yang bertanya-tanya, "Apa salahku?"
Hei, selamat malam.