Ada Melati tadi malam, Mewangikan malamku…
Tadi malam, saya bernafas dalam kekacauan. Berondong masalah
menghantam. Saya pusing. Ingin rasanya meledakkan kepala saya dan tidur tanpa
kepala. Haha, silly me!
Saya mencoba bertahan untuk menyimpannya sendiri. Untuk
masalah pribadi saya terlalu yakin bisa mengatasinya. Tapi, hei, saya manusia.
Saya makhluk zoon politicon yang sewajarnya tak bisa hidup sendiri. Sekuat
apapun. Toh, pada akhirnya saya membutuhkan seseorang untuk menyandarkan kepala
saya yang tanpa daya. Lemah. -sepertinya saya harus mengakui hal itu sekarang-
Biarlah. Stop untuk bersandiwara. Saya bukan artis yang baik.
Saya mulai bertanya-tanya, berapa banyak teman yang saya
miliki? Mengapa tak ada tenaga yang tersisa untuk memanggil mereka, satu saja,
membangunkannya di tengah malam dan meminta dia untuk mendengar, hanya
mendengarkan saya bercerita,,, itu saja. Tidak lebih. Tidak juga solusi, karena
ketika kamu bercerita dan seseorang mau mendengarkannya itu sudah menjadi
bagian dari solusi tanpa basa-basi.
Saya tidak memanggil siapapun. Saya tidak menghubungi
siapapun. Saya berpikir, semua orang punya masalah. Siapa saya datang meminta
mereka menyediakan ruang untuk masalah saya, ah, egois sekali. Masalahmu, telan
sendiri! Begitulah saya mengulang-ulang kalimat pahit dan menunggu pagi saja
dengan kepala yang berdenyut ingin pecah.
Tapi Allah Maha baik, walau saya sempat melupakanNya...karena
tak langsung menghadap padaNya yang sudah jelas sebaik-baik tempat kembali.
Allah mengirimkan pada saya seseorang yang mampu membalikkan keadaan. Dan
menyadarkan saya arti kehidupan saya yang perlu disyukuri. Banyak. Banyak
sekali.
Namanya Melati,
Mengenalnya belum sampai pada angka 1 bulan. Tapi kekuatan
cinta dalam ukhuwah seakan-akan membuat saya merasa dekat dengannya, melebihi
teman yang saya kenal bertahun-tahun lamanya.
Tadi malam Melati datang. Dalam ruang sms dia menanyakan
keadaan saya dan meminta saya untuk berbagi. Hah?! Hei, are you kidding?!
Bukankah di status saya sudah katakan…saya tak mau berbagi kesedihan (walau
sebenarnya sangat ingin), tapi dia seperti…ah, dia membaca saya. Dia tahu bahwa
saya membutuhkan seorang teman. Dia siap mendengarkan. Dia selalu sotta tapi
benar. Hihihi
Namanya Melati,
Tadi malam Melati datang. Dia sms saya, “Mw nlp ke tlkmsel
for 5mnit tdk? Bs tdk? *bisik2. Oeee.. z blm mw tdr, ada yg lg z pikir juga..
ayo saling menenangkan :-/” Right, tentu. Ah, saya terlampau senang dan menghiraukan
waktu yang sudah larut. Sepi. Semuanya saya terobos dan saya menelponnya. Untuk
pertama kali kami berbincang. Bertukar suara. Dan itu sangat lucu. Huaaahhhh,
saya terlalu banyak tertawa… saya tak bisa menahannyaaaaaaa :D. Apalagi ketika
Melati berbicara ala tegal…hahahaha, God, she was funny!
Look, saya belum dan tidak menceritakan masalah saya..tapi
tawanya membuat saya melupakan itu semua. Look, seperti yang saya katakan…saya
hanya perlu 'suara lain' selain bisikan gila yang menggilakan. Bahkan sapaan selamat malam saja bisa menjadi obat sakit
kepala, ah… aneh. Tapi tidak semua dapat mengerti hal kecil ini. :(
Namanya Melati,
Tadi malam Melati datang. Dia menceritakan kisah hidupnya. Dan
saya bersyukur dia percaya pada saya, saya bersyukur dapat mendengar ceritanya,
saya bersyukur mengenalnya, saya banyak bersyukur tadi malam.
Oh, Melati. Saya memeluknya tadi malam. Dengan doa-doa yang
luruh bersama air mata. Dan dia memeluk saya dengan kisah hidupnya yang
benar-benar menjadi pelajaran untuk saya. Dia menyadarkan saya. Dia membawa
saya kembali dari ketidaksadaran. Dia menarik saya dari kejatuhan. Ah, dia
… saya tidak tahu berkata-kata. Malam itu
milik Melati untuk bercerita, saya hanya ingin mendengarkan. Melati membuka
mata saya. Dan saya tahu, itulah seharusnya seorang teman.
Satu jam kami melewati malam. Tahukah kamu betapa berharganya waktu yang
singkat itu. Saya masih ingin mendengar ceritanya, tapi tangisan saya lebih
hebat. Memaksa saya tergugu. Bahkan untuk memberi salam pada Melati saja saya
tak sanggup. Oh, maafkan saya.
Malam tadi, masalah-masalah saya yang terasa besar dan memenuhi
kepala lantas menjelma buih. Kecil. Tak
ada apa-apanya. Saya malu. Pada diri saya yang terpuruk tanpa menyadari bahwa
di atas langit masih ada langit. :(
Namanya Melati,
Tadi malam Melati datang. Begitu pula pagi ini. Smsnya menenangkan.
Saya tak membalasnya. Masalah pulsa. :D Tapi saya tahu, semua yang Melati
lakukan untuk saya tak memerlukan balasan. Hanya kebaikan pada diri saya lah
yang dia harapakan.
“Agar kamu bisa lebih siap mental menghadapi hidup.
Bersyukurlah dengan lingkunganmu yang baik, perasaan yang mengujimu, keluargamu
dan cerita hidupku ini. Semoga kamu tambah kuat.”
Oh, I see. Melati, saya pernah membaca sebuah tulisan,
katanya kelak lingkaran pertemanan yang kita miliki bukan menjadi lebar dan
besar. Tapi sesungguhnya, lingkaran itu akan menjadi sempit. Bukan pada
banyaknya teman yang membuat kita bahagia, tapi semakin dalamnya ukhuwah kita,
itulah yang nantinya membuat lingkaran itu berharga.
Saya berharap, kelak ketika lingkaran pertemanan saya ‘menyempit’
dia ada di dalam sana. Begitu pula diri saya di lingkaran pertemanannya.
Namanya Melati,
Tadi malam dia datang. Walau dalam telepon saja. Saya sudah cukup senang. Dan saya berharap Tuhan
menganugerahkan waktuNya untuk saya datang kepadanya. Atau sebaliknya. Dalam
keadaan yang nyata, diberkahi, dan diridhoi.
Terima kasih Melati. Terima kasih, teman.
Aku mencintaimu karena Allah. Tetaplah mewangikan hari-hari
saya. Semoga saya bisa menjadi teman yang baik pula untuk dirimu. #Hug
Ini Melati, Wanita yang tegar. She is my inspiration now. :)
Yahhhhhhhh....ini dia! Hahahahha... funny face!
Oia, inilah wajah asli dari...
>_<"
Melati Khan Dini
^_^v"
Pisssssss mamen.....
Oia, inilah wajah asli dari...
>_<"
Melati Khan Dini
^_^v"
Pisssssss mamen.....
mawar, melati... semuanya indah ~(^_^~)(~^_^)~
ReplyDelete#sing
titip salam buat si melati-mu ;P
Bah, Insya Allah akan kusampaikan...
Deletehehehe.. :)