Bismillahirrahmaanirrahiim.
Seseorang pernah bilang: Betapa luar biasanya diri
kita, karena siapapun diri kita, seperti apapun kehidupan yang telah
kita lewati, kita adalah kita. Tak ada yang bisa menyamainya, meski
kembaran sekalipun. Kita itu hanya satu. Tak ada yang lain.
Yah,
kurang lebih seperti itu yang saya tangkap. Sangat mengena. Karena
terkadang, saya (mungkin juga kamu) mendambakan menjadi orang lain, yang
ini-itu, bisa begini-begitu, tanpa pernah melihat dan mengeja ‘siapa
saya sebenarnya’?
Saya wanita luar biasa.
Seharusnya kalimat pamungkas itu datang lebih awal, mengetuk kepala saya yang error lantaran sibuk mengutuk diri ‘Saya bukan siapa-siapa. Saya bisa apa?’
Tapi tak apalah, itu berarti ada lagi alasan untuk hadirnya pepatah ‘Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali’
Meski
sebenarnya, saya lebih suka dengan -lebih baik tidak terlambat daripada
terlambat- mengingatkan saya pada ucapan penjaga sekolah yang bosan
mencatat nama saya (Si anak baru) di daftar Black List. Miss later.
Bagaimana saya bisa tahu, saya wanita luar biasa? Bacalah!
Pernahkah
kamu bertahan berjam-jam membaca di perpustakaan dari awal buka hingga
tutup kembali? Saya pernah. Pernahkah kamu menguasai Tenses
sedangkan umurmu baru sekitar delapan tahun? Saya pernah. Pernahkah kamu
ingin/sedang bermain, tiba-tiba bapakmu menyuruhmu ambil buku terus
belajar? Saya pernah. Pernahkah kamu tetap nekat pergi ke sekolah,
padahal kamu tak memegang uang sepeser pun ditambah banyak tagihan ini-itu
menanti dan tanganmu terancam dipukul selang? Saya pernah. Pernahkah
kamu menjual PR-mu demi mendapatkan uang jajan? Saya pernah. Pernahkah
kamu menulis puisi berlembar-lembar hingga menjadi sebuah buku, lalu
menyiramnya dengan air karena ibumu membacanya? Ah, saya pernah.
Meski terdengar aneh…
Pernahkah kamu?
Adalah
pertanyaan terbaik yang dapat mengungkap siapa saya/kamu sesungguhnya.
Pertanyaan yang menyadarkan saya, ada banyak ‘sesuatu’ yang telah saya
lalui dan belum tentu orang lain pernah merasakannya. Pertanyaan yang
memperlihatkan pada diri saya, bahwa saya berbeda. Pertanyaan yang
membius saya untuk berdiam sejenak dan berpikir lantas berteriak: Saya
melakukannyaaaaaaaa!
Pernahkah kamu?
Pertanyaan
ajaib yang mengubah kata ‘biasa’ menjadi ‘luar biasa’, mungkin
pertanyaan yang saya sebutkan tadi sepele bagi kamu, bisa jadi ada
hal-hal yang lebih besar pernah kamu kerjakan dibanding sekedar menjual PR demi uang jajan.
Itulah
maksud saya, kita memiliki pertanyaan dengan jawaban yang berbeda-beda
sesuai dengan jalan hidup kita masing-masing. Kita luar biasa dengan
gambaran dan jalan yang berbeda.
Lemparkanlah pada saya
sebuah pertanyaan: Pernahkah kamu menempuh perjalanan 2 Km tanpa alas
kaki, naik-turun gunung, menyeberangi sungai demi menimba ilmu? Atau,
pernahkah kamu memanjat pohon kelapa di umur tujuh tahun? Atau mungkin,
pernahkah kamu menangis berjam-jam karena putus cinta? Jawaban saya
adalah: tidak pernah!
Tapi, belum tentu denganmu, (mungkin) dengan bangga kamu berkata: Saya pernaaaah! (salut) Empat jempol saya kasih, :)
***
Baiklah,
sampai di sini saya sadar, saya baru saja bertingkah seperti
Orang-Yang-Sok-Paling-Tahu, tapi memang benar, inilah yang saya ketahui
dan saya mau kalian juga tahu. Bahwa kita spesial. Kita berbeda. Kita
hanya satu. Kita bukan dia. Kita bukan mereka. Kita adalah kita. Kita
luar biasa. Kita sangat luarrr biasaaa.
Ditunggu pertanyaannya. Pernahkah kamu? Dan lihat jawabannya.
(Mau percaya atau tidak, mentari tetap bersinar)
No comments:
Post a Comment