Wednesday, May 21, 2014

Hati yang Lelah





"Karena hati yang lelah dekat dengan menyerah."

*

Apakah kau tahu apa yang lebih menakutkan dari rasa marah? Lelah! Beberapa orang meluapkan kemarahan dengan cara yang berbeda-beda; ada sebentuk emosi yang membuncah, ada kebisuan yang merayap diam-diam, ada pecahan, ada pukulan, ada teriakan, semua ada. Rupa-rupa. Meski kemarahan mengikutkan banyak hal negatif, tak sedikit pula menimbulkan kelegaan. Kemarahan itu menakutkan. Bagi hati yang terlalu peka, menyimpan banyak kantung maaf: meski tak (selamanya) bersalah, mereka meminta -juga memberi- maaf dengan sukarela. Klasik memang, namun tak bisa kau pungkiri, ada hati seperti ini di lingkaran hidupmu. Kemarahan memang tak selalu berakhir pada maaf-memaafkan. Tapi, itulah yang dibutuhkan. Bahkan ada hari di mana maaf-memaafkan terjadwalkan. Bukankah seperti itu? Kemarahan membuat orang bergerak; untuk meluapkan; mengalirkan; melepas. Tapi tidak dengan rasa lelah.

Lalu, bagaimana jika yang lelah adalah hati yang mencintaimu?

Duniamu akan terbalik. Kekosongan akan memenuhi tiap detik yang tak lagi sama seperti dulu. Hati yang lelah lebih buruk dari kemarahan; tak bergerak; tiada daya; pasrah; abai; menyerah

Hati yang lelah adalah hati yang telah melakukan perjalanan panjang dan dipaksa berhenti oleh banyak hal. Untuk apa? Saat pertanyaan itu muncul, maka berakhirlah perjalanan. Seperti seseorang yang menujumu tak lagi memiliki alasan kuat untuk terus berjalan, karena kau tak memberikannya. Sehingga semuanya nampak seperti buih di lautan. Banyak namun tak berarti. 

Karena lelah: tak ada lagi senyuman yang lebar di bawah mentari pagi, tak ada sapaan selamat malam, tak ada lagi jejak kaki di sampingmu. Tak lagi bisa -mau- mengejar, mencari kebenaran, membicarakan impian, membangun harapan, menangis, tertawa, dan lebih menyakitkan saat hati lelah untuk marah sekalipun.

Kau bisa membayangkan itu semua? Kau akan berpikir lebih baik dimarahi seribu kali dibandingkan menatap seseorang yang balik menatapmu dengan kekosongan. Kau rela menjadi kaki untuknya berlari daripada melihatnya diam di tempat membiarkanmu berlalu. Kau siap menerima tuduhannya sesakit apapun itu daripada dibiarkan melakukan apapun tanpa pedulinya. Sungguh terbalik duniamu. Sebab hati yang lelah adalah hati yang kehilangan alasan untuk berjuang. 

Jika kamu -sedang- saling mencinta, saling menguatkanlah! Karena hati yang lelah dekat dengan menyerah. Bukankah sangat menyakitkan saat seseorang menyerah atasmu?

Maros, 21/05/14


4 comments:

  1. *Meluapkan kemarahan dengan cara kebisuan yang merayap diam-diam .
    *Bagi hati yang terlalu peka, menyimpan banyak kantung maaf.
    *Hati yang lelah adalah hati yang telah melakukan perjalanan panjang dan dipaksa berhenti oleh banyak hal.
    *Seseorang yang menujumu tak lagi memiliki alasan kuat untuk terus berjalan
    (y)

    ReplyDelete
  2. ku sukaaaaaaaaaaa.............. :)

    ReplyDelete