*
Apakah
kau tahu apa yang lebih menakutkan dari rasa marah? Lelah! Beberapa
orang meluapkan kemarahan dengan cara yang berbeda-beda; ada sebentuk
emosi yang membuncah, ada kebisuan yang merayap diam-diam, ada pecahan,
ada pukulan, ada teriakan, semua ada. Rupa-rupa. Meski kemarahan
mengikutkan banyak hal negatif, tak sedikit pula menimbulkan kelegaan.
Kemarahan itu menakutkan. Bagi hati yang terlalu peka, menyimpan banyak
kantung maaf: meski tak (selamanya) bersalah, mereka meminta -juga
memberi- maaf dengan sukarela. Klasik memang, namun tak bisa kau
pungkiri, ada hati seperti ini di lingkaran hidupmu. Kemarahan memang
tak selalu berakhir pada maaf-memaafkan. Tapi, itulah yang dibutuhkan.
Bahkan ada hari di mana maaf-memaafkan terjadwalkan. Bukankah seperti
itu? Kemarahan membuat orang bergerak; untuk meluapkan; mengalirkan; melepas. Tapi tidak dengan rasa lelah.
Lalu, bagaimana jika yang lelah adalah hati yang mencintaimu?
Duniamu
akan terbalik. Kekosongan akan memenuhi tiap detik yang tak lagi sama
seperti dulu. Hati yang lelah lebih buruk dari kemarahan; tak bergerak; tiada daya; pasrah; abai; menyerah.
Hati yang lelah adalah hati yang telah melakukan perjalanan panjang dan dipaksa berhenti oleh banyak hal. Untuk apa? Saat
pertanyaan itu muncul, maka berakhirlah perjalanan. Seperti seseorang
yang menujumu tak lagi memiliki alasan kuat untuk terus berjalan, karena
kau tak memberikannya. Sehingga semuanya nampak seperti buih di lautan.
Banyak namun tak berarti.
Karena
lelah: tak ada lagi senyuman yang lebar di bawah mentari pagi, tak ada
sapaan selamat malam, tak ada lagi jejak kaki di sampingmu. Tak lagi
bisa -mau- mengejar, mencari kebenaran, membicarakan impian, membangun
harapan, menangis, tertawa, dan lebih menyakitkan saat hati lelah untuk
marah sekalipun.
Kau
bisa membayangkan itu semua? Kau akan berpikir lebih baik dimarahi
seribu kali dibandingkan menatap seseorang yang balik menatapmu dengan
kekosongan. Kau rela menjadi kaki untuknya berlari daripada melihatnya
diam di tempat membiarkanmu berlalu. Kau siap menerima tuduhannya
sesakit apapun itu daripada dibiarkan melakukan apapun tanpa pedulinya.
Sungguh terbalik duniamu. Sebab hati yang lelah adalah hati yang
kehilangan alasan untuk berjuang.
Jika
kamu -sedang- saling mencinta, saling menguatkanlah! Karena hati yang
lelah dekat dengan menyerah. Bukankah sangat menyakitkan saat seseorang
menyerah atasmu?
Maros, 21/05/14
*Meluapkan kemarahan dengan cara kebisuan yang merayap diam-diam .
ReplyDelete*Bagi hati yang terlalu peka, menyimpan banyak kantung maaf.
*Hati yang lelah adalah hati yang telah melakukan perjalanan panjang dan dipaksa berhenti oleh banyak hal.
*Seseorang yang menujumu tak lagi memiliki alasan kuat untuk terus berjalan
(y)
:)
Deleteku sukaaaaaaaaaaa.............. :)
ReplyDeleteNama karropo itu kusuka :P
Delete*terima kasih adek :)