Judul Buku: The Palace Of Illusions
Penulis: Chitra Banarjee Divakaruni
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
*
Siapa saudara perempuanmu? Akulah dia.
Siapa ibumu? Akulah dia.
Fajar merekah bagimu seperti juga bagiku.
Prolog yang indah, bukan? Baiklah, saya tidak terlalu mahir membuat resensi buku. Saya hanya akan bercerita -seperti biasanya- dengan sebebas-bebasnya tanpa aturan yang saya tahu. kalau ada yang merasa kurang, saya ucapkan terima kasih. #eh hahaha...The Palace of Illusions milik Divakaruni sukses membuat saya menutup buku dengan hati puas. Puas sekali rasanya mengikuti jalan cerita yang penuh lika-liku namun bermakna.
The Palace of Illusions (Istana Khayalan) menceritakan tentang kisah Mahabrata (tau kan?) dengan sudut pandang Dropadi, seorang perempuan. Kata pemilik buku, kebanyakan kisah Mahabrata ditulis dengan sudut pandang lain dan sama saja. Ini berbeda. Siapakah Dropadi?
Dropadi adalah titisan Dewi Agni, yang diramalkan akan mengubah sejarah. Dro diramalkan bahwa dia akan menikah dengan
lima pahlawan besar pada zamannya, akan menjadi ratu dari segala ratu,
dicemburui para dewi. Akan menyebabkan perang terbesar, kematian kakak
dan anak-anaknya, akan menyebabkan sejuta perempuan menjanda. Dan
ramalan tersebut menjadi kenyataan. (wow)
Perjalanan Dro menuju dan menjalani ramalan-ramalan itu lah yang membuat kisah ini mengagumkan. Jadi, mari kita letakkan diri kita sebagai Dro? Menikah dengan 5 pahlawan (drrrr)? Lalu menjadi ratu di atas ratu? Dicemburui para dewi? Menyebabkan perang besar dan yang lainnya?!! Seorang perempuan yang dihadapkan pada takdir baik-buruk bergantian, dengan hati sekuat apa kita bisa menjalaninya? Yah, Dro menghadapi itu semua dengan segala kekuatan yang dia punya, emosi, cinta, serta pemikiran yang terkadang meledak-ledak dan bijak.
Divakaruni memang menjadikan Dro tokoh utama dari cerita ini, namun yang menarik adalah dia tidak memihak kepada Dro maupun tokoh lainnya. Semua berjalan seimbang. Pemikiran-pemikiran filosofis berserakan di tiap halaman, membuat saya diam sejenak untuk mengiyakan kadang menggeleng menolak.
Ini kisah cinta? Tentu. Dro adalah putri yang sangat cantik dari kerajaan Panchali. Untuk menikahinya pun perlu diadakan sayembara besar, walau ternyata sebenarnya sang Ayah sudah memilih siapa calonnya. Dro, perempuan yang keras, penuh rasa ingin tahu, namun tetaplah mendambakan cinta yang agung. Tak dinyana, takdir membawanya pada cinta serumit jaring laba-laba. Penuh dengan intrik, bahkan darah perang mewarnai. Kepada siapa cinta Dro berlabuh? Yudistira|Dewa Keadilan, Bima|Dewa Angin, Arjuna|Raja Para Dewa, Nakula dan Sadewa|Dewa Kembar Penyembuhan? Atau Karna? Khrisna? Atau ada lelaki lain yang berhasil merebut hati Putri Panchali ini? Rahasiaaaa.... pokoknya baca deh. Dijamin bukan roman picisan.
Haruskah saya menulis kekurangan buku ini? Ehm, kalau menurut saya yang pelupa ini, banyaknya tokoh membuat saya sedikit pusing. Tokoh manusia dan dewa terputar-putar. Sampai-sampai saya harus kembali ke halaman depan untuk melihat nama-nama tokoh dengan penjelasannya, siapa dia dan dia dan dia... uff. Tapi, ini bukan masalah kok. Iya, kan? :D
Terakhir, saya akan menuliskan potongan-potongan kutipan yang saya temukan di buku ini. Dengan membacanya, saya harap kalian tergugah untuk mencari dan membaca buku ini. Recomended for you gals. Why? Just read! :P
*
"Cinta
datang seperti halilintar, dan hilangnya pun demikian. Kalau kau
beruntung, cinta yang tepat akan menemukanmu. Kalau tidak, kau akan
menghabiskan seumur hidupmu merindukan laki-laki yang tidak bisa kau
miliki."
"Kalau ada yang meraih tanganku melawan kehendakku, bagaimana mungkin itu menjadikan aku miliknya?"
"Apalah artinya sumpah yang sudah mati, dibandingkan kehancuran seorang perempuan?"
"Ingat itu adikku: tunggu seorang laki-laki membalaskan dendam untukmu, dan kau akan menunggu selamanya."
"Kekuatan keyakinan seseorang merembes kepada orang-orang di sekitarnya -ke dalam tanah, udara, dan air- sampai tidak ada yang lainnya"
"Takdir itu kuat dan cepat. Kau tidak bisa memperdayanya dengan mudah. Meskipun kau tidak mencarinya hari ini, pada waktunya takdir yang akan menemukanmu."
"Kebenaran mempunyai banyak segi, seperti berlian."
"Bukankah kita semua bidak di dalam tangan waktu, pemain terbesar itu?"
"Perempuan ikut andil dalam masalah-masalah dunia, dengan ratusan cara tersembunyi dan membahayakan."
"Memang sudah seperti itu sejak dulu. Kapan mereka yang tidak bersalah tidak menderita?
"Bukankah imajinasi selalu melebihkan -atau mengurangi- kebenaran?"
"Ketakutan membuat orang jadi mementingkan diri sendiri."
"Seorang pahlawan tetap pahlawan, tidak peduli apa kastanya. Kemampuan lebih penting daripada kelahiran yang kebetulan."
"Tidak ada yang lebih kuasa atas diri kita daripada kebenaran."
"Perempuan tidak akan pernah bisa menghabiskan semua air mata dalam hidupnya."
"Harapan adalah seperti batu-batu tersembunyi di jalanmu-hanya membuatmu tersandung."
"Agar kemenangan bisa terjadi, seseorang harus kalah."
"Waktu akan mengajarimu apa yang tidak mau kau pelajari dari orang-orang yang bermaksud baik padamu."
"Aku ingin percaya bahwa kadang-kadang hal baik mungkin terjadi tanpa keburukan langsung menyusulnya."
(sumber: di sini )
*
Demikianlah, (bukan) resensi buku ini. Mengapa saya menyarankan para perempuan membacanya? Karena saya perempuan! :) Terima kasih kakak puisi telah meminjamkan buku ini pada saya. :)
Maros, 20/05/14
wiiiiiiiiiih.. pengen baca.. visit back kk.. :)
ReplyDeleteBahhh baca nah dek,,, klo menyesal uang kembali #eh :D
Delete*selaluka kunjungi blogta, tp gak update -_-
meski bukanka' perempuan.... :) (Y)
ReplyDeleteYeah, I know that. Hohoho :P
Delete*trm kasih sdh meninggalkan jejakta di sini :)