MATA BIRU SAHABATKU
“Cepatlah, dia datang!” si mata biru
berbisik dengan nada takut yang berlebihan. Perempuan berkucir kuda menoleh dan
melototkan matanya.
“Bersikaplah santai, Glen.”
Dengan ketenangan yang tak
dibuat-buat, kedua tangan lentik bermain lincah di tombol keyboard, matanya
lurus menatap layar computer yang bertebaran angka dan huruf. Perempuan itu
tersenyum, licik. Dengan penuh percaya diri dia menekan tombol enter. Tanda copying
tertera dengan waktu lima menit. Si mata biru, Glen, menghapus keringat yang
mengucur di kening dan lehernya. Lelaki itu tak pernah nerasakan setakut ini, tepatnya
sejak kedatangannya ke Indonesia tiga tahun lalu.
“Semua akan berjalan lancar Glen,
kau tak perlu belajar mati-matian hingga kepalamu pecah. Soal-soal ada di
tangan kita. Apakah kau meragukan persahabatan kita?”
Perempuan itu bersiul kecil. Glen
diam, merenungi perkataan Laura.
Inikah arti persahabatan? Glen ragu.
Tapi hanya Laura yang tahu betapa tersiksanya dirinya di sekolah menghadapi
pelajaran-pelajaran walau mudah tetap saja terasa amat sulit baginya.
Sayangnya, keluarga Glen tidak mengerti. Yang mereka tahu hanya menuntut Glen -anak semata wayangnya- berprestasi. Hanya itu.
“Glen,”
“Eh,”
“Ini. Ambillah…”
“Aku takut Laura.”
Laura menggenggam tangan Glen.
Tersenyum, “Aku akan lebih takut lagi kalau kamu tidak lulus dan orang tuamu
memakanmu mentah-mentah. Kamu tahukan maksudku?”
Glen tergelak, lalu buru-buru
menutup mulutnya. Mereka bersalaman, erat. Pintu kantor SMA GARUDA terbuka.
Kertas di tangan Glen jatuh seketika.
*
Well, ini cerpen 15 Oktober 2011.
Seingatku, saat itu aku ingin membuat cerpen untuk remaja bertema persahabatan. Kayak sinetron yah? :( Nyatanya tak pernah selesai. Hanya sampai di situ saja. Fiuhhhh...
No comments:
Post a Comment