"Aku daun. Kau manusia."
*
Aku takkan mengatakannya di akhir, bahwa aku adalah daun. Aku katakan di awal agar kau tak merasa kaulah daun yang gugur itu, yang tak membenci angin, yang tak berkesah, pasrah. Kau kah itu? Tidak, itu aku!
Aku daun, kau manusia. Aku gugur, kau tidur.
Mengapa kau selalu ingin menjadi diriku, sekalipun aku tak pernah ingin menjadi dirimu. Aku suka saat diriku menguning, disapa angin, kalau saatnya aku lepas dari tangkai aku tak mengelak. Dan kau manusia, kau dilahirkan, tumbuh-berkembang dengan paras yang dipuja alam, ada pula saatnya kau menua, dan kembali pada yang Kuasa.
Apakah kau ingin menjadi manusia yang tak bersyukur? Aku hanya tak mengerti inginmu. Menjadi aku? Lalu, aku? Aku hanya ingin menjadi diriku. Daun. Aku takkan berdebat mencari siapa lebih hebat. Aku hanya ingin kamu memberitahukan pada teman-temanmu, bahwa kau manusia. Itu saja. Terlepas apakah mereka percaya atau tidak, pengakuanmu adalah melepas jerat kufur. Kau bisa puas tersenyum sebagai manusia. Aku juga. Meski aku gugur, diinjak oleh tapak, dan berakhir dalam pembakaran. Tetaplah, abu itu adalah abu daun. Aku suka segala perjalananku, menjadi apa pun akhirnya.
Aku daun. Kau manusia. Mari bersyukur pada Yang Maha Kuasa.
Mksr, 200314
No comments:
Post a Comment