Please... |
Saya: Ah, yah.
Teman: blablablablablabla (menambahkan alasannya)
Saya: Oh begitukah?
Teman: blablabablablabla (memperpanjang alasannya)
Saya: Ehmmm...
Teman: blablablablablabla (memperindah alasannya)
Saya: Okkeh
Teman: blablablablablabla (menutup alasannya)
*
Ahahahaha, tak ada yang lebih sakit kawan, ketika kamu bercakap pada seseorang yang padanya kamu tahu dia sedang berbohong. BER-BO-HONG! Baiklah, jika permohonan tolongku tadi terasa berat, mengapa tak ditolak saja tanpa membuat-buat alasan yang sumpah demi Tuhan aku tahu itu bohong?! tenanglah, aku takkan marah. Karena ketika kita minta tolong pada seseorang, kita harus siap untuk diterima atau ditolak, aku paham itu. Tapi, kalau harus berbohong segala, sungguh menyakitkan. Hei, you're my friend, F-R-I-E-N-D! Bukalah kamus dan baca apa artinya itu...sungguh ini menyakitkan!
Kejujuran yang pahit itu lebih baik dari kebohongan yang manis.
Yayayaya, rasanya kalimat itu mewakili. Seseorang pernah jujur padaku, dan saat itu rasanya sedih sekali, aku pikir kenapa dia mengatakannya, diam sajalah, bukankah itu lebih baik? Tapi hari ini aku sadar, seseorang itu telah berbuat hal yang benar. Karena rasa sakit dibohongi itu LEBIH menyakitkan daripada mendengar pahitnya sebuah kejujuran. Sungguh, sampai kupikir ingin rasanya aku mengunci mulut temanku dengan teriakan, "Berhentilah! Aku tahu kamu sedang berbohong!!!"
Astaghfirullah.
Iis, seperti inilah rasanya dibohongi. Maknailah! Maknailah! Maknailah!
Aku hanya penasaran saja, apa temanku masih bisa tersenyum padaku, saat aku mengatakan padanya bahwa aku tahu semua yang dia katakan padaku adalah BOHONG?!!!
Aku hanya penasaran saja, apa temanku masih bisa tersenyum padaku, saat aku mengatakan padanya bahwa aku tahu semua yang dia katakan padaku adalah BOHONG?!!!
Siang yang panas, 04-12-13.
No comments:
Post a Comment