Tak terhitung berapa banyak 'selamat tinggal' kukatakan padamu sejak hari dimana kita bertemu, namun sampai saat ini, yang pergi hanyalah keraguan demi keraguan. Aku masih saja di sisimu, mengomentari apa yang salah, jelek, atau aneh di hidupmu. Mencerewetimu. Beruntungnya, kamu tak mengusirku karena kesal atau terganggu.
Tak terhitung maaf yang kita lontarkan di tiap-tiap kesempatan, seperti melepas pantun dan saling berbalas. Maaf-maaf-maaf. Kalau otakku sedang error, aku bertanya-tanya sendirian. Apakah kita adalah sepasang kesalahan yang enggan berakhir?
Tak terhitung terima kasih yang mengisi kantung kesopanan kita, saat kamu dan aku saling memberi atau berbagi, saling menolong dan menyelamatkan. Pernah kubayangkan, kita saling mengejek kantung siapa paling penuh terisi, dan saling tak mengakui, lalu berakhir diam-diaman. Padahal, kantung kita sama-sama terlalu penuh, tumpahlah kebahagiaan.
*
Ada banyak 'tak terthitung' yang tak kutuliskan, karena sunyi memangku malam. Ditegaskannya lewat langit dan bulan yang gerhana tadi, cukupkan hitung-hitungan dan syukurilah kehidupan. Ada yang tak terukur untuk sebuah perasaan di hati yang tumbuh subur. Kalau aku bisa, aku ingin berteriak dan meloncat-loncat kegirangan, sebab aku tak pernah beranjak dari kesetiaan. Dan kamu di sana, melihat penuh gelak tawa dan gelengan kepala: namun langkahmu tetaplah menuju. Aku.
Jkrt, 09-10-14
No comments:
Post a Comment