Thursday, October 31, 2013

Bongkar Diary!


Kekuatan kata itu hebat dan... lucu! Pernahkah kamu merasakan jatuh cinta yang sangat hanya dengan membaca tulisan seseorang? Saya pernah. Dan sesungguhnya yang masih saya pertanyakan adalah... 

"Apakah saya mencintai orang itu karena kata-katanya? Atau saya mencintai kata-katanya dan bukan dia? Apakah tulisannya menjadi bagus di mata saya karena saya mencintainya? Atau karena saya mencintai tulisannya dan dia terlihat bagus di mata saya?" 

Oh yah, mencintai bukan kata yang tepat. Ganti dengan menyukai atau mengagumi saja. hahaha Adakah jawabannya? Sayang sekali, tak ada!

Tapi bukan itu yang ingin saya sampaikan di tulisan ini. Oke, saya hanya ingin berbaik hati sedikit dengan memperlihatkan hasil dari bongkar-bongkar diary tadi sore. Bukan hal yang penting memang, tapi saya hanya ingin menunjukkan pada diri saya betapa kata-kata itu punya magis, setidaknya apa yang pernah saya tulis bisa menjadi penghibur di kala lara. Kayak obat galau gitu. Karena dengan melihat tanggal dibuatnya, isinya, saya bisa terpingkal-pingkal meski sedang galau berat. Tsssaaahhh...Lupakan! -_-

Cekidotttt....kapan lagi baca isi diarynya orang toh, dipersilahkan lagi. hohoho


1. Galau karena merasa dijauhin sama teman-teman... :'(

5 tahun yang lalu


 2. Menjelang Ujian Akhir Nasional, berharap peringkat 1 dan berhasil! :D

antara optimis ato gila rangkingka kapang -_-
 

3. Menghitung hari berakhirnya UAN, mencari kekuatan sendiri...ckckck

cieee hari keempat nih yeee


4. Curcol gaje, betapa deg-degannya setelah berpuisi di depan ibu/bapak DPR,
pimpinan pesantren, ustadz/ah, warga dan santri sekalian wkwkwk

kapok!


5. Ini saat menjelang 'sweet seventeen', dirundung takut... jiaahh

berdoa di mulai!


6. Masih menjelang 17-an, alay banget tulisan saya ternyata... -_-"
alayyyyyyy -_-


7. Masih keu-keuh pengen jadi yang pertama. Olala banget sih dirimu is... -_-

terkabul!


8. Cieee... ini pas mikirin Yongky. Satu kata: LEBAY!

nggak gitu2 amat kali, Is!


 9. Doa ketika teman-teman tak dipercaya sama 'mereka'. 
Walaupun kurang akrab, tapi sebenarnya saya peduli sama sekelasku. fiuhhh.

tuluska gang... :')


10. Terakhir, ternyata 2 tahun yang lalu saya pengen banget jadi Menteri toh? ckckck
hahaha lucu juga. Tapi sepertinya tidak untuk sekarang, klo menjadi penulis...tentu masih!

kurang besar tulisannya, Is. -_-

***

Yah itulah yang terjadi dari tahun ke tahun. Saya selalu ingin menuliskan apa yang saya rasakan, yang terjadi, dan yang saya hadapi. Hidup sungguh sulit dijalani sendiri tanpa teman cerita, dan menulis adalah alternatif sementara untuk mencegah penggilaan dini. *apa kubilang ini* 

Membaca beberapa tulisan di atas membuat saya kembali berfikir, "Hei! Kau pernah merasakan situasi dimana kamu yakin bukan? Dan apa yang kamu yakini bisa kamu raih. So, mulailah untuk seperti itu kembali. Jangan menyerah! Terus berserah!" Inilah yang saya bilang obat galau. Karena sesungguhnya saya sedang dalam masa sulit untuk percaya, bahkan pada mimpi-mimpi saya yang mengendap di dasar keraguan. 

Tapi, hari ini bongkar-bongkar diary berhasil mengembalikan semangat saya. Jika saja, tahun demi tahun saya melewatkan semuanya tanpa menulis, masa depanku akan terus 'sakit', sepertinya. Finally, inilah kekuatan kata. 

Ayooooo, 
tulis kisahmu dan hiduplah! Salam.



Malam menjelang November, 31.10.13/20.35


Apakah Warna Hujan?


tetap mencintai langit yang cengeng :D

Seseorang bertanya padaku, "Apakah warna hujan?"
Ah, warna hujan yah?

Pagi. Siang. Malam

Hujan tak berhenti menampakkan diri.
Sebanyak apapun aku mengamati, sebanyak itu aku tak mengerti.

Dia akan datang lagi, nanti. 
Membawa pertanyaan yang sama.
Maaf, aku tak punya jawaban.
Tapi aku akan memberikannya payung,
sebab aku benci melihatnya basah dan...biru!


"Ah, apakah warna hujan biru?"


Malam tanpa ide, 31.10.13/20.05

***

November, jangan galak-galak yah... :)


Monday, October 28, 2013

Sepasang Janji


Sepasang, begitu mudahkah menjadikannya realita?

Kita adalah sepasang teman yang terikat perjanjian hati,
takkan saya ingkari. Sampai kamu memintaku pergi.

Dan perjanjian akan lenyap dalam senyap.



Malam Sumpah Pemuda, 28.10.13/20.55


Uncategorized!


Is!

Cinta monyet? Hei, guys I'm not a monkey! 

Okelah, untuk pertama kalinya saya ingin bercerita tentang cinta di masa sekolahku. Yang sangat amat jarang terjadi. Selama 12 tahun masa wajib sekolah, hanya satu yang pernah hadir dan saya akui sebagai 'The Man Who Cant be Moved' dari hati saya.

Sejak mengenakan seragam sekolah, saya jarang suka sama seseorang. Saya lebih suka belajar dari pada memikirkan hal konyol -anggapan dulu- yang hanya merusak konsentrasi belajar. Tapi, lelaki itu, dia mematahkan prinsip kekekalan saya. Hahaha. Dia hebat, saya akui itu.

Saat itu saya kelas 2 SMP. Karena terlalu banyak murid, saya mendapatkan jatah kelas siang hari. Ini menjengkelkan sebenarnya. Hari pertama masuk, saya memilih bangku paling depan -selalu- dan saya masih seperti Iis yang dulu. Pendiam. Untung saja beberapa teman adalah teman SD, juga teman saat kelas satu, perkenalan pun tidak terlalu sulit.

Oia, lelaki itu. Dia di ujung kelas, memilih bangku di sudut dan tenggelam dalam kesibukannya sendiri dan terkadang dengan teman sebangkunya yang ribut. Semua berawal ketika saya mengamati isi kelas, membaca suasana dan tak sengaja menatap matanya yang (seperti) sedang memandangi saya. Deg! Okelah, saya bukan orang yang cepat ge-er, saya pun menganggap hal itu kebetulan saja.

Perjalanan waktu ternyata membuat kisah ini menjadi semakin seru. Sepasang mata di sudut kelas sudah berkali-kali saya tangkap kedapatan sedang menatap saya. Ah, dia curang, dia bebas sekali membaca saya-gerakan saya karena dia dibelakang dan saya di depan. Sedang saya? Huh, harus menahan rasa ingin tahu yang begitu hebat. Apa yang sedang dia lakukan? Apakah dia masih menatap saya? Apakah dia tertawa atau tersenyum atau murung seperti biasa? Saya tak pernah mendapat jawaban karena setahun berlalu saya selalu di depan dan dia di belakang.

Tentang dia, teman SMP saya yang baik. Sedikit pendiam, walau terkadang cerewet juga. Tulisannya rapih. Pintar. Kami biasa bertemu di Musholla, di saat teman-teman yang lain lebih meramaikan warung jajan daripada shalat ashar. Dia tinggi, putih, sudah pasti menjadi incaran cewek-cewek lain. Oia, dia selalu memakai topi. Dan yang masih saya ingat, matanya bening. Hahaha. 

Apa yang membuat saya jatuh hati padanya?

Ada hal konyol yang dia lakukan selama setahun kami menjadi teman sekelas. Setiap pulang sekolah, dia yang bertempat tinggal lebih jauh dari saya, selalu menunggu saya di pertigaan. Di sana, dia dan teman-temannya nongkrong menunggu angkot. Tapi, dia tidak akan pergi sebelum saya lewat. Yah, itulah yang dia kerjakan selama dia menyukai saya. Ketika saya lewat di hadapannya, dia akan memanggil saya, "Is!" Lalu saya menoleh sambil terus berjalan. Dia hanya diam-saya pun diam. Menatap saya sampai menghilang. Terkadang, saya tidak menoleh sedikit pun. Sesekali, saya memilih mengambil jalan lain untuk menghindar. Saya takut saya bisa jatuh atau terpeleset lantaran keki yang tak ketulungan.

Itu konyol yang menyenangkan!

***

Saya menyukainya? 

Iya. Itu sudah jelas. Namun tak ada yang tahu. Meski kabar dia menyukai saya begitu santernya, saya tetap bisu. Perasaan itu, saya menyimpannya sangat dalam. Tidak ada yang bisa membacanya, saya pikir. Pernah beberapa kali, teman saya berkata, "Iis, terima dia dong! Dia suka banget tau sama elu." Saya timpali bujukan mereka dengan tawa. Andai mereka tahu bisikan hati saya, "Apa yang mesti diterima? Ngomong aja gak pernah."

Hahaha, yah... believe or not, saya dan dia tak pernah bicara, bercakap, selama setahun berteman. Begini, saya adalah tipe orang yang tidak akan berbicara pada cowok yang saya tahu bahwa dia suka dengan saya. Saya benci koor-an "Cieee" jika saya tertangkap basah mengeluarkan kata, meski hanya sepatah. Huh. Itu menyebalkan sekali.

Sampai naik ke kelas 3, saya tidak yakin apakah pernah bicara dengannya lebih dari 5 menit. Semenit pun tidak, seingatku. Ckckck


***

Sejak kelas 3 SMP sampai saya lulus SMA di pesantren, saya tidak pernah menyukai seorang pun selain dia. Ini keren, bukan? Saya pikir saya akan bertemu dengan sepasang mata bening itu lagi di kemudian hari, harapan saya muluk banget, juga konyol. Saya berharap dia mencari saya, masih menyukai saya, dan ingin menatap saya lagi. Saya hidup dalam hayalan, kasihan. Hahaha, ada yang mesti ditertawakan. Dia seharusnya tahu bahwa saya sudah takluk dengan matanya. Matematika sudah kalah menempati singgasana di kepala saya. Sepasang mata miliknya adalah pemenangnya.

Lagi, perjalanan waktu itu seperti membuat skenario semakin semakin seru lagi.

Kami bertemu di dunia maya, facebook tentunya. Ada kenyataan yang saya terima seperti menerima surat duka. Yah, kalian bisa menebaknya. Tak ada sedikit jejak pun yang menggambarkan bahwa dia mencari saya, 'berusaha' menemukan saya. Dia sudah 'menatap banyak perempuan' sepertinya. Dia banyak, banyak berubah. Saya tidak mengenalnya, ah, jangan-jangan saya memang tidak pernah mengenalnya dengan baik?

Dalam beberapa kesempatan dia mencoba mendekati saya, mencoba membangun 'kedekatan' yang asing sekali, saya merasa tak nyaman. Mungkin karena harapan saya yang pupus? atau karena sejak dulu saya tak suka 'hubungan' apapun? Entahlah. Yang jelas saya menghindar dan menjauh, jauh sekali. Walau sesekali, dia menyapa saya dan saya menyapanya.

***

Apakah saya masih menyukainya?

Saya suka matanya yang bening. Dan tak ada lagi perasaan 'lain' yang bisa saya jelaskan secara rinci. Saya suka sekali kisah ini. Cerita ini. Saya merasa saya wanita normal, Lol, yang pernah menyukai lelaki. Punya cinta monyet. Pernah patah hati. Pernah galau. Pernah deg-degan. Dan segala-gala yang orang-orang tak pernah tahu, sekarang saya utarakan.

Yah, demikianlah kisah 'cinta' yang tak pernah sampai padanya. Selamat! Kalian yang membaca ini, lebih dahulu tahu dari si pemilik sepasang mata yang kini tengah menatap wanita lain. Oh God, kasihan sekali, dia melewatkan saya! 

Hahahahaha

Malam sumpah Pemuda, 28.10.13/20.48








Kalah!


Laa Taghdab, ibu guru...

Apakah kalian membenci saya?

...adalah kalimat yang ingin saya lontarkan ke murid-murid kelas 1 SMP. Kenapa? Apa yang membuat kalian sebegitunya tidak mendengar? Hari ini, saya sedikit menyesal telah bertindak bodoh dengan keluar dari kelas dalam keadaan marah. Yah, Marah!

Jadi, cerita itu bermula ketika saya sedang mengajar. Jam pertama di hari senin. Entahlah, ada apa dengan mereka, murid-murid itu? Mereka selalu saja bercerita, mengobrol, bercanda, pokoknya mereka seolah-lah menunjukkan bahwa merekalah yang berkuasa. -_-

Berkali-kali saya menegur, namun sebanyak itu pula mereka tertawa. Di menit-menit pertama saya mencoba untuk bersabar, karena saya tahu, masih ada yang ingin belajar sungguh-sungguh dan tentunya mau mendengarkan saya. Tapi, kemarahan saya tak lagi terbendung, Akb*r, murid yang sangat jelas tidak menyukai pelajaran ini berkata kasar kepada saya (untuk kesekian kalinya). Tumpas sudah! 

Saya menghempaskan diri di bangku, membereskan buku dan memasukkannya dengan sangat emosi. Bibir saya bergetar, dada saya terasa ingin meledakkan semua perasaan jengkel, tapi saya tidak menangis meski mata ini mau menumpahkan airnya. Tidak.

Mereka semua terdiam. Tanpa melihatnya, saya tahu mereka semua kaget melihat saya yang seperti ini. Bukankah selama ini guru mereka selalu tersenyum dan tak pernah marah? Tidak, nak. Hari ini gurumu sangat marah. Dan kalian harus tahu itu

"Yah sudah kalau kalian tidak mau belajar. Silahkan main-main saja.Semua sudah pintar kan?"

Setelah mengucapkan kalimat itu dengan lirihnya. Tanpa menatap satupun mata mereka, saya melenggang pergi. Waktu mengajar saya masih tersisa 15 menit, namun saya mengalihkannya dengan pergi ke sebuah kursi kosong dan menenangkan diri di sana. 

Saya tidak menangis. Saya diam saja. Namun pikiran saya bekerja lebih keras dari biasanya.

Apa yang telah saya lakukan? Apa yang baru saja terjadi? Mengapa mereka membuat saya marah? Mengapa saya tidak bisa menahan amarah? Apa yang harus saya lakukan? Bukankah menjadi guru adalah selalu menyenangkan untuk saya? Mengapa sekarang tidak?

Saya tidak menangis. Meski angin menyapu genangan di mata saya begitu lembutnya. Alhamdulillah, saya tidak menangis di hadapan siapapun bahkan pada diri saya sendiri.

***

Baiklah, 15 menit perenungan itu membuahkan hasil. And these are...

1. Saya akan meminta maaf dan memberi maaf.
2. Saya akan bertanya kepada mereka, apa yang mereka inginkan? Mungkin dengan membuat daftar atau semacam curhat kertas. Atau apalah!
3. Saya akan banyak belajar. Mempelajari ilmu mengajar. Membaca buku lebih banyak lagi.
4. Mengembangkan metode belajar, mungkin mereka bosan. Ah, pasti mereka bosan. -_-
5. Mendoakan mereka tiap sudah shalat.
6. Mencoba untuk lebih sabar, sabar, dan sabarrrrrr...


*Saya kalah oleh diri saya sendiri. Bukan pada apapun selain itu.

Menatap Mata Medusa


Medusa, ah.
Sampaikan pada Medusa, tentang seseorang yang mencarinya pada zaman tak seorang pun mengenalnya.

Sampaikan pada Medusa, ada yang membutuhkan matanya untuk ditatap. Lalu dingin menjalar, merambat beku, seperti yang diinginkan; tak lagi lelah; tak lagi sakit; kuat untuk selamanya.

Sampaikan pada Medusa, tak apalah bilamana harus mengikuti jejak Alaska. Seseorang yang pintar akan memilih bodoh, sebab dia bodoh. Dan karenanya langit tetap tegak. Lihatlah!

Sampaikan pada Medusa, seseorang tengah mencarinya di zaman tak seorang pun peduli padanya. Bukan rindu, kerana. Bukan cinta, pasalnya.

Sampaikan pada Medusa, seseorang tengah mencarinya hanya untuk menatap matanya. Lalu menjadi kuat, meski bodoh. Lalu menjadi bodoh, namun kuat selama-lamanya.


Setelah hampir menangis, 28.10.13/13.53


sumber gambar 

Friday, October 25, 2013

Kicauan di Penghujung September


ujung menyedihkan, huh


: seperti sebuah surat dari galaksi lain


Halo, kamu!
Sesungguhnya aku sudah kelu. Lidahku mati.
Aku berteriak-teriak tanpa suara. Aku menangis tanpa air mata.
Aku tidak ditinggal oleh seseorang dan menjadi janda.
Aku hanya wanita yang sudah lupa bagaimana bicara.
Apalagi saat kau berkata, “Apakah kamu mencariku?

Bodoh!

Bagaimana pertanyaan itu muncul seperti ucapan selamat malam?
Bagaimana aku tak merindukanmu yang kuharapkan menujuku?
Bagaimana aku tidak mencarimu ketika aku sudah memutuskan untuk menujumu?
Bagaimana aku bisa mudah menjawab sementara aku merasa tak berhak?
Bagaimana aku, ah bukan, bagaimana hatimu sesungguhnya?


*imajinasi*


Adik yang Selalu Hadir di DM

salamku adik...


Baiklah, kehilangan memang telah menjadikan saya seperti sekarang. Tapi tetap sakitnya sama. Dan bolehkah saya merasa lelah. Akhirnya saya memilih sendiri. Agar tak terlalu banyak kehilangan. 

Dan saya memilih kamu untuk tetap tinggal. Karena sejak pertama kenal. Kamu satu satunya yang bisa membuat saya tersenyum. Jadi, tolong. Jangan pergi. Saya terlalu sakit jika harus sendiri. Ah tapi (mengapa selalu ada tapi di hidup ini) jika kamu-pun tetap pergi. Saya tahu saya bisa. Dan harus. 

by: MS*

***

Mungkin, dia adalah hadiah dari Tuhan untuk saya. Untuk menambah 'pemoles senyum' yang telah ada beberapa sebelumnya. Dia ingin saya jaga. Sebaik mungkin. Sebagai adik yang lahir dari rahim kata. Saya ingin menyayanginya, seperti saya sayang pada blognya yang sungguh sepi pengunjung. Tapi, itulah yang membuat saya beruntung. Dia tidak menginginkan blognya diekspos, namun dia memberitahu saya. Membiarkan saya membaca tulisannya yang -baiklah saya harus jujur- sungguh mati saya suka!

Di dunia maya, beberapa orang datang dan terabaikan. Ada diterima, sekedar say hai. Ada yang melekat, terasa rekat. Ada yang spesial, hadir seperti hadiah dari Tuhan. 

MS, adalah teman dunmay yang berada di opsi akhir. Spesial. Yang tak perlu saya jelaskan secara rinci. Kelak, jika ada yang kamu dapatkan seperti ini, JAGA dia! Hadiah seperti ini, sungguh langka adanya. :)


*adik yang jauhhhh di sana, bukan di negeri ini.

Sosok Ilusi


kamu ingin aku menjadi ilusi saja? selamanya?

: kepadamu

Cahaya bertebaran di sekitarmu.
Masih ada waktu untuk meninggalkan
lorong yang sepi ini. Sebab kesunyian
memintamu selalu menuju. Bukan memilih.

Lekas ambil satu cahaya dan ciptalah senja.
Masih ada kesempatan untuk melupa
dinding yang tinggi ini. Sebab pendakian
mengintaimu untuk meluka. Bukan suka.

Telah pergi para peragu, takut kelelahan.
Telah bangun para pemimpi, takut kesakitan.
Menyisakan dinding dingin dan lorong berdebu.
Merupa sesosok bualan panjang tak berkesudahan.
Dari mulut ke mulut yang tak berperasaan.

Bilakah iya...

Kamu hanya perlu menjadi dirimu untuk menemukannya.
Kamu hanya perlu sedikit sabar untuk menujunya.
Sampai dia melihat dirinya di matamu.
Sampai dia menjadi nyata di sisimu.

Bilakah tidak...

Dia hanya perlu waktu lagi untuk ditemukan.
Dia hanya perlu banyak sabar untuk dituju.
Sampai dia menemukan doanya di sepasang bola mata.
Sampai dia menemukan senyumnya adalah nyata.

: bukan ilusi.


Maros, 11 Oktober 2013/21.55

s e t a h u n


untuk kakak Melati


Harus ada satu musim,
untuk Melati.

Harus ada senyum,
untuk Melati.

Harus ada ruang,
untuk Melati.

Harus ada luang,
untuk Melati.

Harus ada air mata,
untuk Melati.

Harus ada cinta,
untuk Melati.

Harus ada doa,
untuk Melati.

Harus ada percaya,
untuk Melati.

Harus ada sabar,
untuk Melati.

Harus ada tegar,
untuk Melati.

Harus ada waktu,
untuk Melati.

Harus ada aku,
untuk kita.

Lalu:

Harus ada kita,
untuk hari ini.

Harus ada kita,
untuk esok nanti.

Harus ada kita,
untuk setahun.

Harus ada kita,
untuk bertahun-tahun.

Harus ada kita,
untuk merindu.

Harus ada kita,
untuk bertemu.

Harus ada kita,
untuk bahagia.

Harus ada kita,
untuk bercerita.

: harus ada kita sebab kisah ini harus ada. 


#Happy Our Anniversary! 16.10.12-16.10.13 >_< ~>> ♥♥♥



Tak Butuh Judul


ha ha ha *just it*


Tulisan ini ada karena alasan lebay yang sederhana. Karena pagi masih seindah biasa. Dan karena bahagia itu bukan tentang siapa lebih dulu dari siapa. *bijak

Tulisan ini ada karena memang saya yang tulis. Karena hati yang nyuruh, di ACC otak, di eksekusi jempol deh. Karena bahagia itu tak selebar daun kelor. *Eh!

Tulisan ini ada karena saya bangun pagi dan belum mandi. Karena saya lapar dan belum makan. Karena bahagia itu sedikit aneh dan mendebarkan. *tuing

Tulisan ini ada karena ada note di FB. Tulisan ini ada karena mudah saja menuliskannya. Karena bahagia itu lebih bahagia ketika rela dibagi-bagi. *iklan

Tulisan ini ada dan hanya satu. Hanya buatanku. Karena hanya saya yang bangun pagi, kelaparan, malas mandi, buka jendela, dan memilih senam jari. Jadilah tulisan ini. Karena bahagia itu bukan makanan tapi mengenyangkan hati. *error

Tulisan ini ada karena saya ada. Dan tetap ada walau tak ada pembaca, tidak dibaca, tidak disuka, juga segala tidak lainnya. Karena bahagia itu bukanlah rahasia yang perlu dijaga, bongkar saja! *gubrakk

Tulisan ini ada karena sesungguhnya saya sedang ingin memberitahukan sesuatu. Yang sedang merasakan hal yang sama, pasti tahu lebih dulu. Bahkan sebelum mencapai bait akhir ini. Karena bahagia yang paling bahagia adalah saat kamu percaya kamu memang bahagia. *fiuhhh


Salam buccu, orang kelaparan. ^_^¥ 
 

Sajak Ter-


Pagi dan Pagi lagi.
 
Di suatu pagi, lebih pagi, paling pagi.
Ada yang terasa indah, lebih indah, paling indah.
Saat memilih tersenyum manis, lebih manis, paling manis.
Mari melupa duka, lebih duka, paling duka.
Terciptalah bahagia, lebih bahagia, paling bahagia.

: adalah kita, lebih kita, paling kita.


051013/06.20

*Selamat pagi! Nikmati hawa sehangat pagi ini, sambil baca mantra di atas yukk.. hhaha 
 

Sore Berdebu


sore dan lelah

Sebelum menepi,
seperti ada aku yang menatap langit biru, sungguh biru, 
sampai kupikir telah menjadi biru kah mataku?

Sebelum menepi,
seperti ada aku yang tertunduk menelusuri permukaan sepatu coklat kusam. 
Yang aku tahu, bukankah perjalananku baru dimulai pagi tadi?

Tapi sore ini terlalu berdebu, berdebu, sampai luka mataku, 
sampai memerah, sampai memerih, sampai aku lupa seharusnya cepat menepi.

Seperti ada aku, yang pasrah dihantam kereta waktu. Di suatu sore berdebu.


041013/17.11 


Emphera: Halo!

halo!



: kepada kamu dari aku untuk kita demi mereka, halo!

Kamu kisahkan lagi perihal mencintai musim yang tak menemukan rumahnya. Kamu bawa lagi diriku, dalam arus Oktober yang deras menghantam batu-batu besar sepanjang perjalanan tanpa muara. Kamu menikmati kemarau September yang belum terobati, menguatkan diriku dengan sepotong-sepotong nasihat tentang waktu.

Sembuh itu hasil produksi kumpulan detik, kekasih.

Jadi, kesakitan di Januari akan terobati oleh Februari? Luka Maret akan kering di April, seperti itu? Aku mendesakmu, karena ketidakpercayaan yang menggunung dan sesuatu bergemuruh di dalamnya.

Kamu menghembuskan nafas, debu-debu keraguan berterbangan di selasar tempat kita menautkan duka. Kamu tak menjawab. Kamu tak bertanya. Kamu tak tersenyum. Kamu bersembunyi dalam sunyi lindap. Seperti tatal kamu berhamburan di mata-mata air yang kering berkepanjangan: mataku.

Mengapa kamu berpikir mengajakku ke taman gersang yang kamu sendiri mengutuk serakan dedaunan coklat lagi kering, kekasih?

Selagi waktu berkumpul dan menamakan dirinya sebagai hari, bulan, dan tahun. Saat itulah ada yang meluap-luap. Membentuk tubuhmu kembali di suatu tempat yang lelap: mataku.



*untuk kamu, sungguh ingin ini hanya untuk kamu!

Hati Sebelum Oktober



santriku... i miss you all :')

: untuk santri-santriku


Assalamualaikum Wr. Wb


Hei, semua! Masih ingat saya? Saya mantan pembinamu, yang selalu marah-marah di masjid, yang selalu banyak bicara di muhadarah, yang selalu pengumuman bilingual (tak jelas), yang selalu mengontrol asrama pagi-malam, yang kadang sekke izin, kadang pula terlalu lemah gombalan, yang selalu malas ke mat'am, yang bolong-bolong juga jamaahnya (tutup muka), yang selalu ditodong membuat puisi, yang membuat kalian jengkel, yang menjadi topik pembicaraan kalian -saat marah, juga senang- semoga! Yang selalu apa lagi yah? Hahaha

Masih belum ingat juga? Ehmm kalau yang selalu bawa minyak gosok, ingat gak? Hehe awas kalo masih lupa juga. Saya hukum hafal 100 mufradat loh atau sikat tangga masjid sampai kinclong! :P

Kalian apa kabar? Di penghujung September, saya diserang rindu. Rindu berat dan tebal. Rindu masa dimana saya menjadi pembina kalian, santri-santriku. Ah, sebenarnya saya mau bilang kalian 'mantan' santri, tapi gak tega. Biarlah saya saja yang jadi 'mantan' pembina karena sampai kapan pun kalian saya anggap santri-santriku. (terharu sendiri)

Selama 2 tahun membina, sangat banyak kenangan yang tercipta bersama kalian. Perlu berlembar-lembar kertas untuk menuliskannya, mulai dari yang biasa saja, yang galau, yang menjengkelkan, yang mengharukan, yang menyedihkan, juga segala kenangan yang beku di pikiran. Semuanya, kini, menjadi kerinduan segar yang menyegarkan.

Hei, santriku yang entah kini berpijak dimana. Saya takkan panjang-lebar berdakwah, hanya ingin meminta maaf saja kalau selama ini ada salah. Dari laku, kata, juga segala apa yang telah saya perbuat di kampus putri. Untuk yang masih di kampus putri, saya selalu melewati gerbangmu, dan pastikan saja saya selalu mendoakan kebaikan untuk kalian. Tidak ada ibu yang mengharapkan keburukan untuk anaknya, seperti itu pula seorang pembina, kelak kalian akan paham hal ini.

Hidup ini bukanlah perihal satu-satu, segalanya lahir dalam satu paket.

Kelahiran-kematian, duka-bahagia, baik-jahat, pahit-manis, tawa-tangis, pun pertemuan dia sepaket dengan perpisahan. Semoga paket yang kita pilih adalah paket yang diberkahi oleh Allah SWT, pertemuan yang dipisahkan dengan keikhlasan atas segala yang telah kita lalui bersama. Dan ditutup dengan kesyukuran bahwa kita pernah bertemu.

Dimanapun kalian, menjadi apa pun kelak, semoga Allah tetap menyambung tali silaturahim kita. Meski hanya dengan sebuah doa diam-diam.

Hei, kalian! Berbahagialah, sukses dunia-akhirat yah... :)


Wassalamualaikum. Wr. Wb.


Salam rindu, mantan pembinamu.


Pesantren Darul Istiqomah, 28 September 2013/19.42

Cerita Dari Ia

Ia bukan Dia


Ia bercerita panjang sekali. Lupa bahwa ada koma dan titik yang dicipta untuk jeda. Atau sengaja tak ingin bernafas di sore yang gigil. Sedang suara hatinya lemah memanggil.

Ia bercerita panjang sekali. Didengarkan langit-langit kamar tak mendengarkan suara hujan. Seperti kembali sengaja melawan kenyataan, bau basah tanah lebih tajam dari harapan.

Ia bercerita panjang sekali. Mencoba berbelok ke awal saat reda sampai pada ujung. Ia tak menemukan apa-apa selain keraguan yg terpasung.

Ia bercerita panjang sekali. Sepanjang titik air yang tak terukur, seperti layangan terulur, seperti garis, seperti takdir, seperti bualan dari mulutnya yang tak berakhir.

Ia bercerita panjang sekali.
Tak ingin henti. Tak ingin lari.
Sampai senja mengantarkan malam.
Sampai Ia karam dalam temaram.


_Saat dan selepas hujan, 14.10.13/16.58 ^_^¥


*sumber gambar

Tuesday, October 22, 2013

j o d o h, oh, j o d!


Orang-orang di hadapan mataku,
hanyalah orang-orang.

: yang lewat, menyapa, dan pergi.

Sesekali, aku izinkan menginap.
Dalam pikiran.
Dan hanya sekali, Tuhan menakdiri.
Dalam hati.

*at class, 23.10.13/10.45

Help me, I think I need a little holiday beetween thursday and wednesday. -_-'

as easy as blablabla



Jangan ngarep klo yang bakal gue (baca aja 'saya' sampe ocehan tamat) tulis ini isinya cap cus bahasa inggris sesuai judul, absolutly NOT! Gue gak jago bahasa asing selain bahasa hati gue sendiri, dan tengkyu yang nganggap gue jago, it means I can be an artist *thinking* :-D

Jadi, gue mau out of box pagi ini. Yang biasa baca -kemelowan- puisi2 gue dan tidak bisa menerima -kegajean- tulisan ini harap angkat kaki. Gue gak papa kok. Suerrr *masuk kamar mandi nangis sendiri* Terserah deh mau jadi apa tulisan ini, gue lagi happy sih jadi malas mikir yang berat2.

Oia, gue itu orangnya gimana sih? *mulai mikir* Skedar nginfo yah, gue paling suka menghayal, bahasa kerennya berimajinasi. For example, bangun pagi gue pikir gua ada di sebuah galaksi lain cuman gara2 ada binatang aneh nyelip di jari-jari. Atau gue yakin ada sepasang mata yang nguntit gue dari bangun tidur sampe tidur lagi, rasanya pengen nyolok tuh mata, paparazi banget kan. *esmosi*

Menghayal itu, eh berimajinasi itu enak enak enak gak enak loh. Seperti Ratu di kerajaan sendiri. Seperti Sutradara di film sendiri. "Cut! Cut!" seenaknya. Mau itu yang protagonis gue kasih jungkir balik, trus si antagonis gue buat dia end sebelum waktunya, figuran mengambil alih dunia, kucing fesbukan, ayam yang dengan 3 jarinya bisa twitteran, trus ngetwit "mention aku kok nggak dibalas. huh galau!" So how funniest my world then. Au ah gelap untuk kepala puyeng tiap hari ato sakit aneh di malam hari. Gue puasss klo udah ada di dunia imajinasi. *yelling*

Gak enaknya juga ada, namanya juga hidup, gak seru kalo enak terus. Okkeh, pertama gue jadi malas ngapa2in, kan yg mau gue kerja udah selesai-finish-tuntas-tamat di imajinasi gue. -_- Example lagi, gue mau kerja tugas, yang harus gue lakuin hanya buka buku dan bayangin ajah tuh pulpen jalan sendiri, nyorat-nyoret kertas dengan raut wajah seperti lagi mikir keras. Yap, sedang gue enak2an denger musik sambil ngebayangin lagi karaokean bareng vocalisnya The Script. *ngucek mata* Yeah, gila banget kan? Walhasil tugas cuma bisa diam merengut, "Lo-gue END!" How poor!

Gak enak juga klo ngayal sendiri, "Eh lu tau gak? Pangeran berkuda putih berkacamata kuda ada di balik tembok itu loh." dan teman tak berprikemanusiaan menjawab, "Mana? Gue lihatnya tukang bubur yang nggak naik2 haji tuh." Huaaaahhh, so annoyed. I just like a Lol girl. o_O

Ada lagi, susahnya itu klo berimajinasi jatuh cintrong. Just chase the guy one, and thinking stupid story. Nanti, ketemunya begini, terus begitu, lalu begini, kemudian begitu, dan berakhir di sebuah taman penuh daun berguguran sambil melihat sunrise ato sunset supaya lebih romantis. Alurnya enakkkkk banget, gak pake konflik, endingnya pun manissss. And when you back to your real world *jreng jreng jreng* rasanya lebih sakit dari bisul kepencet, lebih ngilu dari lubang gigi yang kemasukan es batu, dan pastinya lebih nyesek dibanding gue duduk di angkot dijempet Saykoji cowok plus Saykoji versi cewek. So difficult feeling! Karena kenyataan adalah kenyataan. Kecuali raga gue nggak nyata juga, mungkin it's ok!

Yah begitulah nasib menjadi seorang gue. Kalo ada sertifikasi Penghayal, mungkin gue ada di lini depan, lalu mencetak gol, trus selebrasi sujud di lapangan *oh no* meluk Ravi, meluk bola, meluk tiang, meluk semua penonton di stadion *oh no again* dan gue berakhir dengan kelelahan.

Ini udah paragraf ke berapa yah? Au ah sabodo teuing! Jempol gue lagi hamil tua jadi butuh banyak begerak. *maksa banget*

So, what actually I'm talking about? Nothing! I just want to write my random feeling this morning. Until I forget that I skipped my work today. Maybe I'm tired. Maybe I need a vacation. Or I just need to imagine anymore. Not really sure. *hela nafas*

Ah, baiklah. Gue capek -kayaknya-, laper juga, ngantuk lagi, fiuhhh... If you need a conclution from my writing, bikin sendiri! Baca baek2, tarik kesimpulan sendiri, enak aja masa gue udah cape2 nulis eh untuk kesimpulan aja mesti gue juga. Let your brain work hardly dong sesekali. :-P

Finally, udah yah. Salam sayang dari saya. *kembali ke asal* :-) :-* ;-)

Di kapal Titanic, 17.10.13/10.35

catatan penting:
1. klo ada salah bahasa inggrisnya di maafin yah...masih nuansa lebaran loh. Klo nggak dimaafin, yaudah marahin ajha tuh google translet. Hohoho *pisss*
2. Si ayam mention pak Beye pantes gak dbls2.
3. Kapal Titanic a.k.a My broken bedroom
4. Udah!

Sunday, October 6, 2013

Tak Lagi Separuh







Telah kukabarkan pada angin yang jatuh di sisi pipi kiriku,
bahwa aku mencintaimu genap satu di bulan ini.
Seperti purnama.

Telah kusampaikan pada hujan yang gerimis di teras rumahku,
bahwa aku mencintaimu penuh di bulan ini.
Seperti purnama.

Aku harap kau tak membeku.
Agar kau melihat bahwa di langit, purnama utuh.
Sebab padamu, cintaku tak lagi separuh.


Makassar, 06/10/13


*Puisi ini dari akun kompasianaku :)