Tuesday, August 27, 2013

Dari Seorang Perempuan


Ketika seorang perempuan dikisahkan dan ditulis oleh tangan perempuan.


***



Selamat mengulang tanggal kelahiran. Orang-orang mengulang tanggal kelahirannya, tak pernah sanggup mengulang masa hidupnya. Sekali ini, dengarkan saja semua nasihat yang menyampiri telingamu, Aisyah. Dengarkan baik-baik! Orang-orang selalu menyampaikan hal-hal yang sebenarnya selalu ingin kita dengar, atau sesuatu yang biasanya jadi harapan kita juga. Baca! Teliti semua doa-doa yang mampir di matamu. Baca baik-baik, banyak yang sering berbasa-basi menyelipi kita doa yang belum tentu benar kita butuh. Tapi bukankah selama itu baik tak jadi masalah? Ya, benar. Tapi aku ingin menjadi doa yang dapat sungguh-sungguh kau aminkan, Aisyah

Ah, tidak. Tentu muskil agaknya memintai keinginan-keingananmu untuk kumasukkan dalam satu doa yang bisa kusampaikan dalam satu tulisan dan ucapan, kan? Boleh kita buat satu saja kesepakatan? Di usiamu yang genap dua puluh dua ini, berdoalah yang banyak, berdoalah yang panjang, aku akan berada di hilir, tidak sebagai amin, jangan menjadikanku sebagai siapa-siapa, cukup sebagai ketukan bagi puisimu yang ini.


***
....
Kamu bayangkan saja, kamu adalah doa. Yang tak kunjung selesai,
yang tak ada putusnya,
selalu ada sujud di rakaat terakhir,
yang (selalu) berujung:
 Aamiin.
Yang tak, belum, berakhir.
*** 

Kepada Kau, Perempuan yang sejak mula kutemui dalam kebetulanyang sesungguhnya bukan kebetulan—telah sangat memesona. Coba tawan terus kami di sana. Buat sangkar yang lebih besar, masih banyak cinta yang perlu kau tangkap, bahkansemisalkeindahanmu sendiri.
Tak ingin kuberi satu lagi ucapan selamat pada ulang tahunmu. Berkurangnya usia tak butuh kata selamat kan, Aisyah? Tapi kebermanfaatan butuh. Maka teruslah bermanfaat!
Uhibbukifillah, yaa ukhty.

Makassar, 27 Agustus 2013



Uhibbukifillah, Azure Azalea :) 

Lihatlah rumahnya yang indah di sini temukan kombinasi keajaiban hati, pikiran, dan tangan perempuan.

*

 

Monday, August 26, 2013

Kepada Aisyah Usia 22



Bismillahirrahmaanirrahiim...

Kepada Aisyah usia 22, bacalah catatan ini. Sebuah tulisan panjang yang akan sulit ditamatkan, berlarut-larut, mungkin akan membuatmu terkantuk-kantuk. Tak apa. Aku minta, bacalah, bacalah, bacalah...dengan nama Tuhanmu. Itu cukup.

*

Aisyah usia 22, 

Kamu tak berfikir bahwa kamu bisa mencapai angka cantik itu dengan serta-merta saja kan? Kamu pernah menjadi Aisyah kecil, sayang... oh tidak, bahkan kamu berwal dari setetes mani. Kamu berproses. Kamu hidup, tumbuh dan berkembang. Kamu pernah mungil, menggemaskan, tentunya setelah kamu habiskan 9 bulan di rahim ibumu. Kamu dilahirkan, dengan kaki dan tangan sekecil tikus -begitulah cerita ibumu-, diiqomahkan ayahmu, digendong, dibuai, dinamakan dengan sebaik-baik nama: Aisyah Istiqomah Marsyah

Kamu hidup, tumbuh dan berkembang. Percaya itu!

Aisyah usia 22,

Kamu kecil, balita, kamu menjalani masa itu dengan kegembiraan yang tak lagi kamu ingat. Jadi, tak banyak yang bisa kamu ceritakan. Tetapi akan ada banyak yang bisa kamu dengarkan, dari mulut ibumu, bapakmu, kakek-nenekmu, om-tantemu, semua yang menyaksikanmu di masa itu. Sayangnya kamu selalu melewatkan pertanyaan itu, kamu lebih suka melihat kamu yang hari ini kan? Tunggu, aku ingat satu hal, kamu balita mirip bule. Putih-berambut pirang. Hahaha, karena hanya itu yang kerap kali kamu dengar saat melihat foto masa balitamu. 

Kamu hidup, tumbuh, dan berkembang. Percayalah!

Aisyah usia 22,

Pra-sekolah. Aku sedikit bangga padamu. Kamu lumayan cerdas, lumayan baik, lumayanlah untuk diingat. Hahaha, maaf. Kamu suka membaca, jadi jangan heran melihat dirimu yang sekarang yah. Kamu melahap buku-buku pelajaran kakakmu. Mengeja sendiri di kamar. Terbata-bata dalam hati. Kamu lakukan sendiri, dan...sepi. Yah, sejak dulu kamu suka menyendiri, mengkhayalkan banyak hal, bertanya-tanya, seperti "Allah itu kayak Casper yah, kan Maha Melihat?" Oww, tak usah kaget...saat itu kamu belum tahu apa-apa, kamu hanya seorang anak kecil yang bingung mengapa Tuhan bisa melihat semua perbuatan manusia. Bermilyar manusia! Dan bagimu, hanya ada 2 mata, 2 telinga. Jadilah.... 

Kamu hidup, tumbuh, dan berkembang. Terima itu!

Aisyah usia 22,

Masa SD. Kamu senang sekali masa ini, yah, sangat dan sangat. Kamu mengingat hampir banyak hal kecil, ah, kamu selalu ingin kembali ke masa ini. Membayangkan dirimu yang berseragam merah-putih, rambut panjang terurai acak-acakan, jarang pakai dasi-topi-ikat pinggang. Memang sedikit memalukan di bagian ini, dimana kamu amat tidak tahu mempercantik diri. Setidaknya membaguskan dirimu deh... Hei, bukankah kamu kadang tak mandi pergi sekolah, karena kamu selalu telat bangun! Huh. Kamu tak pernah pakai bedak. Rambutmu selalu kusut, jadi kamu perlu minyak sayur (ampunnnn) untuk meluruskannya. Cuek sangat untuk penampilan luar. Kamu cengeng. Selalu jatuh. Selalu takut. 

Tapi, kamu tetap anak yang baik kok. Kamu disukai banyak orang. Orang tuamu (tentu), guru-gurumu, teman-temanmu, tetanggamu, dan kamu kadang tak sadar itu.

Ah, kamu akan suka sekali membaca part ini. Jangan khawatir, kamu melewatkan masa ini dengan sangat baik. Kamu berprestasi. Kamu diandalkan. Kamu dipercaya untuk menjadi pengisi upacara, kecuali jadi pemimpin upacara. Hahaha... oia, kamu terlalu sibuk belajar. Sudah aku katakan, kamu kadang terlalu cuek dengan sekitarmu. Kamu lebih memilih membaca di perpustakaan ketika teman-temanmu mengobrolkan sesorang cowok yang jadi incaran. Kamu selalu menghindar dari dunia per-love-an. Sampai saat kamu 'ditembak' kakak kelas SMP, kamu hanya bisa menangis karena tidak tahu apa yang harus diperbuat. Kamu mengabaikan yang memujamu, dan hanya memuja angka-angka di rapormu. Ehmm.

Kamu tak usah segan tertawa, tertawalah....karena kamu memang lucu. :D Eh, jangan pikir aku akan menceritakan kebaikanmu saja. Oh, tentu saja ada bagianmu yang sangat jelek juga. hihi Kamu sangat pemalas. Kamu selalu mencari alasan untuk tidak disuruh, dan itu menjengkelkan ibumu, beliau perlu berteriak untuk membangunkanmu yang pura-pura tidur. Kamu juga suka diam-diam minum di bulan puasa, yah beberapa kali sih. Kamu kalau sudah berantem dengan adikmu, hohhhh kamu seperti petinju. Tanganmu terlalu keras untuk ukuran seorang wanita. kakimu juga. -_-" Kamu kadang cerewet, suaramu terlalu pelan, dan jago mengejek. Yah, itulah kamu!

Kamu hidup, tumbuh, dan berkembang. Percaya kan?

Aisyah usia 22,

Masa SMP. Prestasimu semakin oke. Tapi tidak dengan ibadahmu. Banyak hal mulai berubah dari dirimu. Ada juga yang tetap menjadi bagian dirimu, seperti tak ingin pindah, seperti halnya membaca dan malas berdandan. Kamu berjilbab, karena sekolah mewajibkannya, saat pulang ke rumah jilbab terlepas. Kamu tetap pribadi yang baik dan menyenangkan, tapi kamu sedikit gila belajar di masa ini. Kamu terlalu ambisius mengalahkan orang-orang di atasmu. Kamu mulai bergenk, dan bertingkah sedikit lebih centil di pelajaran olahraga. Kamu melewati masa tersulit saat kelas 2 SMP, kamu menyelesaikan satu tahun dengan perjuangan yang berat. Keuangan keluargamu sangat tak baik saat itu, kamu lakukan apa saja yang penting kamu bisa pergi sekolah. Kamu tak ingin bolos. Kamu tak ingin ketinggalan pelajaran. Yang terpenting, kamu tak ingin kalah pada keadaan. Walau pada akhirnya, kamu harus menerima untuk pertama kalinya keluar dari jajaran 3 besar. Kamu terlempar jauh di peringkat 7, hingga kamu tak bisa menahan air matamu tumpah di gerbang sekolah. Kamu terpukul sekali saat itu, yah, sudah aku katakan...kamu pemuja angka di buku biru. Dan kamu, memiliki cinta pertamamu di masa ini. :)

Kamu ambisius, sayang...kamu bangkit di kelas 3 SMP. Kamu hanya ingin membuktikan pada teman yang meremehkanmu, bahwa kamu bisa, dan memang KAMU BISA! Kamu tutup masa ini dengan penuh kebahagiaan. Kamu dua kali peringkat satu dan menyabet juara dua santri berprestasi. Bapakmu-ibumu, mereka merayakannya.

Tapi sayang, kamu memang memeluk dunia ini terlalu erat. Kamu lupakan akhiratmu, kamu bukanlah pribadi yang 'baik' di mata agamamu. Kamu masih jarang shalat, kamu tak berhijab, walau tak pernah pacaran tapi kamu lupakan mengenai mahram...ah, saat itu kamu sedikit tahu dan mengabaikannya. 

Kamu hidup, tumbuh dan berkembang. Yakinilah...

Aisyah usia 22,

Masa SMA. Di sini semuanya berawal. Dan akan sangat-sangat panjang, istirahatlah jika kamu lelah mambacanya. Sayang, dari masa-masa yang kamu lewatkan, di titik inilah terjadi perubahan besar dalam hidupmu. Hal yang tak pernah kamu bayangkan terjadi, kamu meninggalkan kota Jakarta dengan segala mimpi yang pernah kamu tata, dan memasuki sebuah pesantren. Yah, pesantren! Sekuat kamu menolak, sekuat itu pula bapakmu memaksamu...akhirnya kamu pasrah. Dan mulai menjalaninya.

Aku akan sedikit mempersingkat, perubahan pada dirimu seiring waktu menggetarkan hidupmu. Ada yang diam-diam meranggas mimpimu, dan memanam sesuatu yang lain. Kamu mengubah impianmu. kamu mengubah penampilanmu. Kamu mengubah prilakumu. Kamu mengubah tuturmu. Kamu ingin menjadi Aisyah baru, kamu yang dulu terdesak kini mulai bernafas teratur dengan aturanmu sendiri. Kamu menjadi sedikit lebih tenang, kamu mempelajari banyak hal, tentang duniamu-akhiratmu. 

Kamu tetap suka membaca, bahkan kamu menulis juga. Kamu berprestasi dengan pelajaran-pelajaran barumu. Tapi kamu tak lagi gila angka. Kamu bahagia dengan rasa yang tak bisa diucapkan. Walau beberapa kali di masa ini kamu terjebak di lubang kekecewaan yang dalam, toh kamu bisa jua keluar dari sana. Aku akui, kamu kuat di masa ini sayang. Kamu menjadi pribadi yang kamu sendiri tak menyangka bisa seperti itu, kamu...ah, kamu rindu masa ini bukan?

Kamu hidup, tumbuh, dan berkembang. Kuatkan hatimu!

Aisyah usia 22,

Masa Kuliah-sekarang. Apa yang harus aku ceritakan padamu? Kamu terlalu berwarna di masa ini. Kamu lebih dewasa, kamu sedikit tahu berdandan, kamu dikenal banyak orang meski kamu sendiri selalu lupa bersosialisasi. Kamu sedikit lebih berani, tak lagi taku tersesat. Kamu pun kembali sedikit nakal, selalu jengkel pada dosen yang 'narsis' padahal kamu juga suka narsis. Kamu adalah aku hari ini. Masih suka membaca, menulis dan berpuisi. Aku sangat suka membagi kebahagiaan, kamu harus tetap menjadi yah, pencipta kebahagiaan. 

Hari ini, adalah hari terakhir aku ada. Besok aku akan melebur dalam dirimu. Aisyah usia 22. Aku tuliskan catatan ini, agar kamu mengingat aku juga Aisyah yang dulu. Yang selalu dan masih berproses. Kamu akan menjadi wanita dewasa dan aku sekarang adalah remaja akhir. Aku mohon padamu, sambung mimpiku! Hidupkan kembali, nyalakan lagi semua impian yang aku simpan hari ini. 

Berhentilah menjadi aku yang tak baik. yang selalu mengejar dunia tanpa memperdulikan akhirat. Matikan saja sisa-sisa diriku yang buruk. Kamu harus lebih baik dari aku. Harus! Kamu, aku memohon padamu, aku meninggalkan banyak PR untuk dirimu dan kehidupanmu selanjutnya. Maaf.

Kamu hidup, tumbuh, dan berkembang. Yah, pasti!

Akhirnya.... Aisyah usia 22, masih banyak yang ingin aku tuliskan. Tapi kucukupkan catatan ini, aku buat untukmu. Agar kamu bisa bercermin dari proses panjang hidumu. Agar menjadi kompas dalam hidupmu. Menjadi bintang selatan yang menyinari jalanmu. Menjadi tongkat ketika kamu jatuh. Atau menjadi alarm ketika kamu lupa dan abai. Sekali lagi, bacalah, pahamilah, ... sebenarnya aku sangat takut akan diriku yang tak lama lagi melenyap menjadi kenangan. Tapi aku mohon, sambutlah aku dengan keberanianmu. Hadapilah hidupmu, hadapilah mimpimu, hadapilah hingga nafas terakhirmu!

Terima kasih. Semoga Allah memberikan berkah pada angka yang terus bertambah dalam hidup kita. Sekali lagi, 

KAMU HIDUP, TUMBUH, DAN BERKEMBANG! AAMIIN!

Maros, 27 Agustus 2013

Salam, Aisyah usia 21.