Sunday, January 20, 2013

Wednesday, January 16, 2013

Volunteer Hebakk




Sebelum saya melupakan mereka (semoga tak akan), ada baiknya saya bekukan mereka dalam kata-kata sederhana, menyimpannya dalam rumah kedua saya di dunia maya. ^^ 


'Volunteer Hebakk' 25-27 November 2012
Here they are... 




Okke, sebenarnya agak malass memosting foto di atas, coz tidak ada dirikkkku -_-"
dan sayangnya, gaya mereka ok-ok banget di depan layar baliho yang terkembang. :)


Right, kita perkenalan dulu.. ehm dari yang paling beda deh, ujung kiri ada Jumardan Muhammad, kakak cantik Yusdianti, kak Alfian Ahsyar, [Pak Aslan Abidin], kak Alfian Tuflih, kak Mahadi, Dhani. Nah... yang di bawah dr ujung kiri lagi, ada Nur Rahmah S, Izma Ariyani Iskandar, kak Uswatun Hasanah Musa dan yg terakhir tentunyaa muke aye tuh. :D


Klo foto yang ini, bersama PM Toh, itu loh nyang suka ngedongeng dari Aceh. Oia, di samping kanannya PM Toh itu relawan yang pualing mudaaa hehhe namanya Pak Baharuddin Iskandar. *pissss :D


Olala, bersama Bang Saut Situmorang. His hair cetar membahana lho.... >_<"


Isma with mbak... ehm, siapa yah? Aduh. Lupa. :( Maaf.
oia, semoga benar..namanya La Ode Wulan Ratna. *berpikir keras


See... 


2nd Day, sarapan di hotel Aston. Waduh, serius banget nih, mungkin dalam hatinya kak Atun lg dilema. "Ambil gak yah..." hehehe


Ardan, why you look so pretty.. hahaha


God, saya lupa lagi sedang bertrio wek2 dengan siapa.. :( *penyakit lama
padahal dibacakan puisi langsung dr penyair kerenggg bekennnng di atas. 



yeyyy, meratui bis.. :)


Oe, 2 fotografer sedang beraksi.... ckckck


Weitssss, ada boyband baru nih.... Apa tuh? Super Senior! haha
Oia, yang ujung kiri relawan lagi tuh, kak Muhammad Iqbal.


With Pak Zawawi Imron. Aseeeek sekaliiii... sayangnya tidak ada diriku. :(


Yaaaaa, ini dia relawan yang suka bolos :D namanya kak Iqbal Naspa. Eh, eh, eh, bukan yang pake rompi yah, klo itu eyang Djoko Lelono. Idolanya Isma. hohoho


Superrr Girl, minus Amma. :( Persiapan pulang, huh. T_T lebayyy


"Namaku Nagari. Umurku 30 tahun!"
hehehe, saya lupa siapa nama aslinya itu monologer yang di tengah. Ini foto diambil pas hari terakhir, mau pulang semua. Perpisahan gituuu... :'(


Eitsss, jangan lupa dengan pak Anis Kaba, itu loh yang rumahnya di Jl. Kelinci. Lho! hehhe
Itu e yang paling muda di belakang, panitia yang rumahnya sangat keren sekaliii. Banyak bukunya ronk... ^_^Y



***



Uff, yah... itulah beberapa moment yang bisa dibekukan oleh alat bernama kamera, secara otomatis menamakan dirinya 'kenangan'. 

Kebersamaan singkat ini, cukuplah memaksa saya menjadi penabung rindu. Untuk bertemu kalian lagi, wahai teman-teman volunteer hebakk. 

Volunteer Hebakk, dengan segala kerelaan menjalani tugas spesial dari orang spesial untuk acara yang spesial pula. :)

Volunteer Hebakk, dengan segala kerelaan saya merindukan kaliannnn... :*


^_^





Tuesday, January 15, 2013

Sinokdokhe





EMPAT MUSIM


Pertemanan dalam kebaikan adalah penolak bala mati kesepian.

Kadang kala, ada satu waktu dalam hidup yang mampu mengubah paradigma berlumut di kepalamu. Seperti kisahku, tentang empat manusia yang menasbihkan pertemanan. Seperti empat penjuru yang memiliki arahnya masing-masing. Serupa empat musim yang memiliki waktunya sendiri untuk bercerita. Aku dipertemukan mereka.

1.
Summer
Namanya kak Dani, dia perlu menukarkan cintanya untuk semangkuk bakso rica-rica. Kegalauan seakan menguasai semua tweet dan statusnya di jejaring sosial. Banyak kali diingatkan, semakin berulah dirinya. Namun sejajar pula doa kami, semoga dia menemukan penutup lubang di hatinya.
Hei, dia relawan sejati. Selalu mengatakan nakke dan menunjuk katte? Entah apa maksudnya. Siapalah aku mengajarkan pertemanan, hanya saja dimana kamu mendapati kekurangan namun tak mempersoalkan? Kak Dani mengajarkan hal ini pada kami.

2.
Winter
Orang unik setingkat di atas orang cerdas, papar guruku. Ah, tak dinyana lingkaran pertemanan ini diisi oleh Gading. Selalu ingin tampil beda dari orang lain, walau akhirnya terlihat aneh dengan membuat diri se-cool mungkin ketika yang lainnya pecah dalam tawa. Gading punya aura merah yang berlebih, meledak-ledak, yang menakutkan dia memiliki kejujuran tingkat dewa. Suka jika suka. Tidak bila tidak. Harus punya hati yang kuat untuk berteman dengannya. Dia unik bukan?

3.
Autumn
Lewati saja aku.

4.
Spring
Jika kak Dani bergerak di bidang kata-kata gokil, kak Irna selalu punya persediaan kalimat aneh yang mampu membuat kami mati kutu. Semoga tak benar dan tak salah pada waktunya. Silahkan memaknainya, jika otak kamu sudah siap tertusuk-tusuk jarum.
Oh yah, tidak ada yang bisa menghentikan tawa kak Irna kecuali dirinya sendiri. Ah, kuakui sangat menggelikan melihatnya menahan tawa.


***

            “Al, kamu sudah siap?”
            Tentu. Aku menutup buku. Meletakkan pena. Ada sangsi di wajah ibu, lalu aku kuatkan perkataanku dengan senyuman. Tak berhasil ternyata. “Yang sabar yah nak, kuatkan dirimu.” Pelukannya mengendur, tangisnya berubah isak ketika suara dokter menyapa kami.
            “Sudah saatnya, Al.”
            Jaga baik-baik bukuku, bu.”

***


            Setiap cerita memiliki masa. Aku pikir tak ada yang lebih baik selain berteman dengan sepi. Sungguh, Tuhan Maha membolak-balikkan hati. Aku lupa pada tanggal berapa aku memiliki teman. Teman yang nyata. Yang mampu membuatku keluar dari musim kesunyian, lalu memperlihatkanku pelangi selepas hujan. Ramai tawa di sepanjang obrolan. Hangatnya sebuah kebersamaan.
            Ada yang mengingatkanmu, menertawakan hal-hal aneh, marah-memarahi, semuanya aku dapat dalam koridor pertemanan. Sejak itu, sajak-sajak sepi memiliki porsi sedikit di bukuku.  
“Sekarang kamu tahu bagaimana caranya tertawa kan?”
Aku mendelik, “Hei, kalian pikir selama ini aku tak pernah tertawa?!”
“Ehm, karena ketika kami menemukanmu, wajahmu lebih tua sebelumnya. Kamu terlalu banyak melipat kening dan merengut. Bukan begitu, Gading?” kelakar kak Irna.
“Dan dia selalu tersesat. Menggelikan sekali.” Mereka tertawa puas mempermainkanku. Aku melempar pandangan. “Tobatlah secepatnya!” ketusku.
“Tobat itu, buah berwarna merah temannya cabe kan?” kak Dani memulai.
“Haha, itu tomat!” balas Gading. “Dan tomat itu, yang biasa dilakukan dukun. Tomat-tamit!” Aku tersedak.
“Bukan Gading, itu komat-kamit! Ah, kalian semua ini mulai deh penyakitnya pada komat.”
Serempak aku, kak Dani, dan Gading berteriak, “Itu Kumattttttttt!” Tawa meruntuhkan kejengkelanku. Sore itu, aku lupa rasa sakit yang menusuk-nusuk kepalaku. Sementara kak Irna lupa bagaimana menghentikan tawanya.


***


            “Apa yang kamu tertawakan, Al?” Mungkin kali pertama dokter melihat pasien yang akan dikemotheraphy tertawa lepas sepertiku. Raut wajahnya penuh kebingungan.

       Dokter, aku adalah Autumn. Di belahan bumi utara, pepohonan melepas daun-daun mereka seperti halnya rambutku yang menggugur. Dan matahari terbenam lebih awal. Hari-hari terasa lebih pendek. Aku bak musimku, dok.

            Kebingungan di wajah dokter bertambah dua kali lipat. Aku tersenyum.

           
***


            3.
            Autumn
Aku punya ingatan yang lemah, suka lupa mengingat tanggal, nomor telepon, nama jalan, dan banyak hal. Tapi di puncak rasa sakit ini, aku dapat mengingat jelas janji kak Irna untuk menjaga bukuku, kak Dani yang akan mentraktir bakso rica-rica, serta tawaran Jus Alpukat dari Gading. Senyum mereka. Tawa kami. Segala kenangan yang terukir. Mataku terpejam.
Aku bahagia. Karena aku tahu, aku takkan mati dalam kesepian.



[Ini hanya fiksi belaka,
kalo ada kesamaan nama, watak, tokoh yah anggap saja emang disengaja hehehe]



*Kupersembahkan untuk yang merasa saja. Tak lagi melempar bola, ini benar-benar gol... hehehe





Thursday, January 10, 2013

Dualisme



Harapan membangunkanku, tapi dia terlalu plin-plan,
harapan menusukku dari belakang.


Sempat kudengar tangisannya,
sebelum aku benar-benar menutup mata.

Dasar, plin-plan!



Friday, January 4, 2013

Di Dunia Lain


: Eh, kamu suka sama saya yah?

: Ah, tidak. Saya tidak suka.

: Baguslah.

: Lho, memangnya kalo suka kenapa?

: Karena, saya tidak suka sama kamu.


#Mungkin di dunia lain, mengungkapkan perasaan tanpa perasaan bisa lebih mudah. :)